3. IVF

11K 398 11
                                    

Kembali aku ingatkan bahwa cerita ini absurd. Terima kasih sudah mau mampir untuk baca.

*

*

*

3. IVF

arohaBEBE

Langkah Rena gontai, ia baru saja mengantar ibu dan adiknya ke terminal setelah perdebatan panjang yang terjadi antara dia dan ibunya. Akhirnya Rena mengambil keputusan mengungsikan sang ibu dan adiknya di desa untuk sementara waktu. Resikonya adalah Renita –adik Rena- ijin tidak masuk sekolah, Renita pasrah mengikuti perintah Rena.

Rena mengarahkan motor bebeknya menuju kedai minuman favoritnya. Ini masih pukul setengah delapan malam dan tempat tujuannya pasti masih buka. Rena melangkah memasuki sebuah kedai, saat itu hanya ada empat pelanggan. Rena langsung menuju tempat duduk paling pojok.

Rena duduk –terlihat lelah- kedua telapak tangannya tertangkup diwajahnya. Mulai terdengar isakan-isakan dari bibir Rena, ia mencoba mengatur nafas tapi nihil isakannya semakin bertambah. Pelanggan yang ada disana sempat memperhatikan Rena. Ani yang mengetahui langsung menghampiri dengan membawa segelas air putih, seakan tahu yang dibutuhkan temannya.

"Minum dulu, Ren." Meletakkan gelas di meja Rena. Ani duduk berhadapan dengan Rena dan memandang kasihan.

Rena mengangkat gelas, meneguk air putih itu, ia memang sangat haus. Rena menyeka air yang ada disekitar mulutnya dengan punggung tangan.

"Ada apa Ren?" Tanya Ani setelah melihat Rena minum dan nafasnya sudah teratur. Tapi yang terjadi Rena kembali meneteskan air mata dan terisak lagi. Rena membuka mulutnya mencoba untuk bicara tapi tidak ada kata-kata yang bisa ia keluarkan, tenggorokannya serasa tercekat. Ani dengan sabar menemani Rena yang masih meneteskan air mata. Ani tahu pasti siapa Rena, temannya itu tidak akan pernah memperlihatkan bahwa dirinya adalah orang yang lemah dihadapan siapa pun. Ani tahu bahwa saat ini Rena sudah tidak kuat menahan semuanya.

Setelahnya Ani mengantar pulang Rena ke rumahnya sepulang ia bekerja. Ani mengikuti Rena dari belakang, mereka menggunakan motor masing-masing. Ani ingin memastikan bahwa temannya itu pulang dengan selamat.

*

*

*

Rena menunduk ia berusaha menyembunyikan wajahnya. Rena merasa malu dengan keadaannya saat ini, matanya sembab karena tadi malam ia terlalu banyak menangis. Mata sembabnya sudah mencuri perhatian teman-teman sekerjanya yang sebagian besar sudah berumah tangga, baik pria maupun wanita. Terlebih lagi mata sembabnya membuat ia dipanggil oleh boss-nya tadi pagi saat tiba di tempat kerja dimana ia jadi karyawan pertama yang datang.

Rena bersyukur memiliki boss seperti ibu Anisa yang mengerti dengan keadaannya. Bahkan saat ini boss-nya itu mau direpotkan oleh Rena. Ya. Rena meminta bantuan kepada boss-nya untuk bisa membayar hutang-hutang ibu tercinta. Rena sangat bersyukur karena boss-nya tidak mengumbar-umbar aibnya. Oleh karena boss-nya lah saat ini teman-teman sekerja Rena mengira Rena menangis karena putus cinta.

"Mbak Rena...!" teriakan seorang anak laki-laki membuat orang-orang yang sedang duduk bersila di ruangan saat itu mendongak dan tersenyum. Anak laki-laki itu berlari kemudian menghambur untuk memeluk Rena.

"Bagas. Ayo ganti baju dulu." Anisa, ibu dari anak laki-laki yang bernama Bagas itu memberi perintah. "Ayo. Ganti baju dulu." Anisa berdiri mengamati anaknya yang sekarang duduk dipangkuan Rena dan dengan nyaman menyandarkan punggungnya pada tubuh depan Rena.

Love in IVF (in vitro fertilization)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang