23. IVF

6.1K 252 27
                                    

Dibaca!

18++

Part ini mengandung unsur dewasa. Bagi teman2 yang belum dewasa secara usia, mental, pemikiran, juga spikologi. Harap skip aja part ini ya...

Jangan asal report cerita orang!!

Susah tahu cari ide. Enak aja report2. Kalau enggak suka jangan mampir dan jangan baca.

Terima kasih.

*

*

*

Selamat membaca....buat teman2 yang sudah kangen sama Rena Arya.

Maaf lambat update karena seperti biasa kegiatan dunia nyata dan mood yang kurang baik. Maaf kalau ada typo-typo bertebaran. Juga bagian-bagian yang aneh. Ini aku udah aku baca ulang, terus aku lanjutin nulis, tapi aku malas baca lagi. Hehe

Terima kasih sudah mau nunggu Rena Arya. Sehat selalu teman2 semua ^_^

*

*

*

23. IVF

arohaBEBE

Ibu Yadi menutup pintu kamarnya setelah membaringkan Renita yang tertidur pulas dalam perjalanan pulang dari villa. Ibu Yadi berjalan kearah Pak Bimo yang sedang meletakan barang-barang miliknya keatas meja di ruang tamu. Hari belum begitu malam saat Pak Bimo mengantar Ibu Yadi sampai ke rumah. Sengaja Ibu Yadi berpamitan lebih awal mengingat besok Renita masuk sekolah, gadis kecil itu tidak suka membolos. Sementara Rena masih bersama-sama dengan si kembar karena mereka memutuskan pulang sore hari atau mungkin ke esokan harinya. Arya bertugas menemani ketiga wanita tersebut karena sang kakek juga nenek memutuskan pulang lebih dulu.

"Terima kasih." Ibu Yadi mengulas senyum.

Pak Bimo mengangguk singkat dengan sikap hormat. "Sudah seharusnya, Ibu Yadi. Saya..."

"Bisa kita berbincang sebentar, mas Bimo?" ibu Yadi memotong ucapan pak Bimo.

Pak Bimo menatap mata ibu Yadi yang nampak bergetar.

Pak Bimo menghela napas perlahan. "Tugas saya sudah..."

"Tidak bisakah Mas bersikap biasa?" suara ibu Yadi terdengar menahan amarah. Sejak hari pertunangan Rena dan Arya, ibu Yadi tidak mempunyai waktu yang tepat untuk berbicara dengan Pak Bimo. Bahkan ucapannya waktu itu harus terpotong dan tempatnya juga kurang tepat. "Aku tahu aku salah. Aku minta maaf." Kini suara ibu Yadi bergetar.

Pak Bimo menatap dalam diam teman lamanya tersebut. "Itu sudah lama terjadi."

"Dan Mas belum bisa memaafkan aku bukan?" Mata Ibu Yadi berkaca-kaca, suaranya serak. "Aku minta maaf. Aku minta maaf..." ibu Yadi tertunduk, suaranya lirih.

"Rima." panggil Pak Bimo.

"Maafkan aku, Mas..." Ibu Yadi masih tertunduk, ia menyeka air matanya.

Ibu Yadi mendongak saat kedua lengannya disentuh oleh pak Bimo. "Aku sudah melupakannya." Ucap Pak Bimo, menatap lembut wanita dihadapannya.

"Aku tahu aku sudah menyakiti, Mas." Pak Bimo menggeleng perlahan menanggapi ibu Yadi. "Dan sekarang, sekarang aku merasakan sakit yang Mas rasakan." ibu Yadi tergugu. "Tolong maafkan aku..." air mata ibu Yadi mengalir membasahi pipi. Kesalahan yang ia buat bertahun-tahun lalu membanyangi dirinya. Kata maaf yang harusnya terucap sejak dulu harus ia simpan. Hanya bisa meminta pada Tuhan untuk dipertemukan kembali pada seseorang yang telah ia kecewakan dan sakiti. Disaat Tuhan telah memenuhi permintaannya. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, ibu Yadi mengungkapkan isi hatinya. Setelah kata maaf terucap, hatinya merasa lega. Ibu Yadi tahu kata maaf belum tentu menyembuhkan luka yang pernah ia goreskan dihati Pak Bimo. Namun setidaknya, bebannya berkurang...sedikit.

Love in IVF (in vitro fertilization)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang