Eps 15. Kedipan Mata

4.5K 178 0
                                    

"Eh San, lo tau Avea nggak?" Gladis sedang bingung, mengapa sahabatnya yang super bego itu tidak memperlihatkan batang hidungnya
dari pagi hingga jam istirahat begini.

"Duh.. Jangan panggil gue San dong, kayak cewek aja gue, panggil aj.."
Sandyo yang tidak tahu-menahu kondisi malah menanggapinya dengan
protesan tidak penting.

"Bacot sih lo, gue nanya lo tau Avea nggak?" tukas Gladis dengan ketus.

"Elah, kalau gue tau mah gue uda.."

"Bilang aja gak tau, dasar tuh mulut kayak jalan tol, lancar banget kalo
suruh jawab!" potong Gladis dengan penuh nada kekesalan. Gladis beranjak dari tempat duduknya hendak mencari Avea.

"Eh lo mau kemana?" Sandyo menarik rambut panjang milik Gladis, sontak membuat pemilik rambut menjerit kesakitan.

"EH LO TUH PUNYA OTAK NGGAK SIH, INI RAMBUT ORANG ASAL LO TARIK!" Gladis kini memukuli lengan Sandyo bertubi-tubi.

Brakk...
Tiba-tiba Avea datang lalu menggebrak meja dengan keras, penampilannya yang acak-acakan, wajahnya yang kusam, dan bajunya yang kotor, menyuguhkan visual bahwa Avea benar-benar berantakan dan bermasalah.

Dan sekarang malah ia disuguhi pemandangan kalau Gladis sedang setengah memeluk Sandyo, sedangkan Sandyo sedang memegangi pergelangan tangan Gladis.

Entah perasaan apa yang muncul dalam hati Avea sekarang, sejak pertemuan pertama kali dengan Sandyo memang Avea sangat terpukau dengan parasnya yang tampan. Bisa dibilang Avea FANS SANDYO.

Lalu semenjak kejadian dimana ia digendong Sandyo, kata FANS berubah
menjadi SUKA.

Avea yang merasa semakin geram mendekati Sandyo dan Gladis,
"Lo dari mana aja Ve?" tanya Gladis dengan penuh kekhwatiran. Avea sama sekali tidak merespon.

"Kayaknya dia lagi nggak oke deh Dis." Bisik Sandyo kepada Gladis.

Mau tak mau, untuk membisikkan hal tersebut kepada Gladis, Sandyo harus
sedikit menunduk dan posisi wajahnya sangat dengan kepala Gladis bagian
samping.

Melihat hal itu Avea semakin geram, ia membatin "Rasa apa ini ya Tuhan? Kenapa jantung Avea kayak berdenyut-denyut miris begini? Avea padahal
udah jaga kesehatan Tuhan, jangan ambil nyawa Avea dulu!"

"Ve lo kenapa sih?" Gladis kini merengkuh pundak Avea, akan tetapi
Avea menepisnya dengan kasar, lalu pergi dari kelasnya secepat kilat.

Avea berlari menuju taman belakang, dimana ia menjalankan hukuman
tadi. Disana ia merenung, kenapa dia sampai seperti ini kepada Gladis?
Padahal Gladis tidak salah apa-apa kepadanya.

"Iya juga sih, Gladis nggak salah apa-apa sama gue, gue harusnya nggak
boleh lampiaskan perasaan gue ke dia. Avea harus minta maaf." Kemudian
Avea beranjak dari tempat duduknya.

Lagi-lagi kakinya tersandung oleh kaki kursi, hal ini membuat ia jatuh tersungkur dan lututnya berdarah, padahal luka yang dibuat Vero dahulu
belum sepenuhnya sembuh.

"AVEA!" teriak Sandyo dari pintu masuk taman belakang, memang benar. Sandyo sedari tadi membuntuti Avea.

"Aw.. sakit ini lutut." Avea merintih kesakitan.

"Aduh, lo kok bisa jatuh lagi sih, sini gue bantu!" Sandyo kini mengalungkan tangan Avea ke lehernya, akan tetapi Avea tetap tidak bisa berjalan normal, kaki kanannya terus saja menyeret.

"Kaki lo kenapa?"

"Nggak tau ini sakit banget buat digerakin!" Sandyo kini mendudukkan Avea, lalu mengecek kondisi kaki kanan Avea.

"Ini kaki lo terkilir Ve, bisa-bisanya lo jatuh sampe kayak gini!" Kini Sandyo langsung membopong tubuh mungil Avea menuju UKS.

"Maaf, gue ngrepotin lo terus." Ucap Avea dengan lirih, akan tetapi masih terdengar oleh Sandyo.

"Nggak pa-pa kok udah tugas gue jadi dokter." Balas Sandyo.

Sesampainya di UKS, Sandyo merebahkan tubuh Avea diranjang. Dan ternyata hari Selasa adalah waktu dimana Gladis harus menjaga UKS.

"Dis, gue minta maaf ya, tadi gue kecapekan aja, makanya gue emosi!"
Avea menundukkan kepalanya takut melihat wajah Gladis.

"Ah kayak lo nggak tau gue aja, gue kira lo tadi malah lagi bercanda Ve.
Hehe..." Gladis yang mengerti maksud kedatangan Sandyo dan Avea kesini, langsung mengambil kotak P3K dan mengobati luka Avea.

- - - -

"Ve lo nggak pulang?" tanya Gladis.

"Agak nelat, gue ada janji mau belajar bareng."

"Oh oke, ati-ati ya lo ntar pulangnya," Gladis memang bukanlah orang yang sangat kepo, dia tipikal orang yang cuek-cuek perhatian.

Avea menunjukkan kedua jempolnya, kemudian mendahaului Gladis untuk keluar dari ruang kelas. Ia berjalan menuju ruang kelas Vero, matanya langsung berbinar ketika melihat cowok yang duduk seorang diri d bangku paling pojok.

"HALO VERO!" gertak Avea dari pintu kelasnya.

Vero memang sedikit terkejut, tetapi ia kembali fokus ke bukunya sembari
berdoa kepada Tuhan, "Tuhan semoga langkah yang diambil Vero, mau
ngajak gadis aneh ini belajar bareng jadi berkah Tuhan."

Tanpa ia sadari kini Avea sudah duduk dikursi sampingnya, ia terkejut dan
reflek menjauhkan diri.

"Tahan Vero, tahan.. lo pasti bisa Vero.." batin Vero.

"Hari ini kelas lo bab apa matematika nya?" tanya Vero untuk menghilangkan kegugupannya.

"Aduh.. gue lupa nggak nanya ke Gladis, kayaknya sih stoikiometri." Avea asal ceplos. Medengar jawaban Avea, Vero tertawa sangat keras hal ini membuat Avea bingung.

"Lo kenapa sih?" tanya Avea.

"Stoikiometri itu kimia bego!" kini Vero sudah berhenti dari tawanya, lalu dia membuka materi matematikanya.

"Oh, baru tau gue kalo itu kimia, padahal gue asal jawab!" Setelah berdebat cukup panjang, akhirnya Vero memutuskan untuk memilih materi sendiri yang akan dipelajari Avea.

Suasana canggung terus menerus meliputi mereka. Seiring berjalannya waktu, kegugupan Vero ketika berada di dekat Avea semakin menipis, akan tetapi rasa merinding tetap menjalar ketika Avea memperbaiki tempat duduknya untuk lebih dekat lagi kepada Vero.

Di tengah penjelasan Vero, tiba-tiba ponsel Avea berbunyi. Ternyata itu
adalah Mang Joko yang sudah menunggunya digerbang sekolahan sedari tadi, Avea benar-benar ceroboh karena tidak menghubungi sopirnya itu.

Mau tidak mau, Avea harus pulang karena kasian juga Mang Joko yang
sudah menunggu lama malah disuruh pulang kembali atau menunggu lebih
lama lagi.

"Vero gue pulang duluan ya, makasih ya lo baik banget sih mau ngajarin gue." Sebelum benar-benar pergi Avea mengedipkan satu matanya, bukannya terlihat seperti genit atau cabe-cabean, jika Avea yang melakukan jatuhnya malah manis. Dan seketika itu, jantung Vero berpacu lebih cepat.

••••
.
.
.
.
.

Avea cemburu ketika lihat Gladis dan Sandyo berduaan? Apa sebenernya hubungan mereka? Kan Gladis udah ada Babe Dika? Hayooo.

SAVEA - [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang