Keesokan harinya, tim cewek sudah bangun terilebih dahulu. Mereka juga mandi terlebih dahulu, lalu segera ke dapur untuk membuat sarapan.
"Oke jadi gue sama Gladis yang masak, Yola sama Avea yang bantu nyiapin bahannya ya?" Nadia membagi tugas dengan adil, merekapun melaksanakan tugasnya dengan baik.
Setelah menyiapkan semuanya, tim cewek kembali ke kamar untuk mengecek ponsel masing-masing. Mereka memang membuat peraturan bahwa ketika semuanya berkumpul dilarang membuka ponsel kecuali dijam-jam yang telah ditentukan.
"Eh gue angkat telepon dari bebeb acuu dulu ya guys!" Avea beranjak dari tempat tidur, berpindah ke balkon.
"Halo vero"
"...."
"Halo?"
"...."
"Masih nyambungkah?"
"Masih"
"Nah gitu dong dijawab, ada apa Vero? Kangen kan?"
"Nanti pulangnya gue jemput!"
"Tapi kan aku berangkat sama temen-tem..."
Sambungan terputus.
"Ish... selalu putusin telepon sepihak, sebel deh!" Avea masuk ke kamarnya dengan raut muka ditekuk.
"Kenape lu?" tanya Gladis.
"Biasa.... Vero maksa supaya gue pulang barengan sama dia," Avea menghempaskan tubuhnya di atas kasur.
Gladis, Yola, dan Nadia saling melempar tatapan yang mengartikan "Bagaimana rencana kita?"
"Btw gue bangunin cowok-cowok dulu ya, biar mereka sarapan, biar nanti pulangnya juga nggak kemaleman," pamit Avea.
"Eh ada yang mau nemenin gue nggak?" tanya Avea kepada ketiga temannya.
"Gue ikut," jawab Yola dengan semangat.
Sebelum Avea dan Yola benar-benar pergi, Yola mengacungkan ibu jarinya kepada Gladis dan Nadia.
"Nad, kalo rencana A gagal, ya rencana B pasti nggak gagal dong," ujar Gladis dengan semangat.
"Pasti dong!" lalu mereka bertos-ria.
Avea dan Yola sudah sampai di depan kamar tim cowok. "Ve lo bangunin yang dikasur, gue bangunin yang disofa ya?"
"Iya serah deh, mentang-mentang pacar lo tidur di sofa," dengan gerakan malas Avea berjalan ke arah kasur.
"Woi bangun Raka Adnan, cepetan, bangun cepet" Yola sangat berisik sehingga dua insan itu langsung terjaga dari tidur pulasnya.
"Apa sih sayang?" tanya Raka sembari menguap.
"Gak waktunya sayang-sayangan, sekarang cepetan pergi, noh liat Avea masih mau bangunin Evan," Yola menunjuk dengan dagunya.
Raka dan Adnan tersenyum usil, Yola juga mengode supaya mereka segera keluar.
"Satu.... Dua.... Tiga..." Yola, Raka, dan Adnan kabur, tak lupa mereka juga mengunci pintu kamarnya.
Avea yang hendak membangunkan Evan pun kaget serta bingung.
"Hei! Mau kemana lo pada? Kok gue ditinggal sih?" tanya Avea dengan berteriak kencang."Berisik!" Evan mulai terusik.
"Makanya cepetan lo bangun! Dasar kebo!" ujar Avea dengan nada kesal, tetapi tidak ada respon dari Evan.
"Bangun woi! Bangun! Bangun! Bangun!" Avea mencubiti lengan Evan dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVEA - [COMPLETED]
Teen Fiction[SELESAI] Savero Wicaksana Putra, ketos yang walaupun sudah tidak menyandang jabatan sebagai ketos, tetap saja terkenal. Ia mampu membuat kaum hawa meleleh dengan tatapan mata saja. Sayangnya, masa lalu membawa dampak buruk terhadap dirinya. Hingga...