“Mending kita makan aja ya, cacing baik hati diperut gue udah pada demo micin nih,” kata Sandyo dengan santainya. Avea menghela napas jengah dengan tingkah cowok didepannya ini. Tak lupa senyuman terus terpatri di paras mereka berdua.
Tanpa sepengetahuan mereka lagi, pria berbalut jas hitam rapi itu terus mengintai mereka.
“Kita harus bantu, sepertinya mereka terjerat dalam dunia nyata, tetapi bukan kenyataan,” katanya kepada bodyguard disebelahnya.
Setelah usai makan, Sandyo menghantarkan Avea pulang ke rumahnya. Ya jelas ke rumahnya lah, ya kali ke rumah tetangga Avea.
“Terimakasih ya Sanyo,” Avea menunjukkan senyum lebarnya kepada Sandyo.
“Dibilangin, nama gue Sandyo bukan sanyo!”
“Selisih huruf D doang aja ngambek,” bantah Avea.
“Selisih satu huruf udah beda makna,” Avea menanggapi ucapan Sandyo dengan tertawa garing.
“Avea..” panggil Sandyo disela tawa Avea.
“Apa lo udah punya jawaban untuk yang tadi?” raut Sandyo kembali serius. Avea hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Yaudah gue bakalan tungguin kok,” Sandyo mengelus puncak kepala Avea.
“Yaudah gue duluan ya, ati-ati!” Avea langsung keluar mobil tanpa menunggu jawaban Sandyo. Jujur Avea sangat malu. Sandyo hanya tersenyum melihat tingkah Avea.
Keesokan harinya, adalah hari Selasa. Ingatkan bahwa hari Selasa selalu ada pengecekan yang dilakukan para siswa pilihan guru, OSIS, dan juga guru BK. Lantas apa yang special? Ya menu sarapan hari ini, Avea bangun kesiangan.
Sesampainya di sekolah, Avea mendapati halaman yang sepi dengan pagar yang tertutup rapat. Bagaimana cara dia masuk? Ia mencari cara dan ya dia ingat bahwa teman sekelasnya yang paling nakal pernah kabur dengan memanjat tembok yang cukup pendek.
Avea mencari lokasi tembok itu, ketika ia sudah menemukannya dengan semangat ia melempar tasnya dahulu ke dalam, tanpa mempertimbangkannya lagi.
“Aduh, ini apaan woi?” gerutu seseorang di balik tembok itu, karena terkena lemparan tas.
“Sebentar, gue kayaknya tau deh ini tas siapa!” seseorang itu memutuskan untuk menyembunyikan diri dan tentu bersama tas itu juga.
Jarak beberapa menit, Avea sudah berhasil memenangkan ninja warior, eh bukan maksudnya memanjat tembok tanpa tangga. Sekarang masalahnya, dimana tas dia?
“Duh tadi perasaan gue lempar nggak kenceng banget, tapi kok nggak jatoh disni ya? Apa jangan-jangan tas gue punya sayap bisa terbang gitu, wah keren juga tuh ya, gue harus cari merpati kali buat panggil tas gue supaya..” seperti biasa Avea melakukan monolog dengan hayalan yang supernya itu.
“Begonya nggak usah diterusin,” potong seseorang dari balik tubuh Avea.
“Eh mantan.. mantan ketua OSIS ganteng banget sih hari ini, itu tas gue kenapa ditenteng gitu, kasian tau digitu mending sini kasih ke gue, biar gue rawat,” Avea berusaha mengubah suasana sembari berusaha meraih tasnya, tapi apa daya gerakan Vero lebih gesit darinya.
“Lo mau tas ini? Ada syaratnya!” Vero tersenyum-senyum tidak mengenakan hati.
“Ya gue turutin, asalkan balikan tas gue dulu, rusak lo tanggung jawab ya, karena pajak ditanggung pemegang,” protes Avea dengan tetap berusaha meraih tasnya.
Tiba-tiba Vero melingkarkan satu tangannya dipinggang Avea dan satu tangannya lagi untuk menyangga pada dinding. Gerakan dadakan itu membuat Avea syok.
“Eh.. eh.. lo.. Ve.. Vero kan? Kok lo..” Avea sangat gugup bila berdekatan dengan cowok ini, entah karena apa.
“Iya gue Vero, kenapa?” Vero mengangkat sebelah alisnya.
“Dan ya, disini nggak akan ada guru atau murid, karena disini dekat gudang yang jarang banget didatangin murid, so lo gak bisa kibulin gue,” kata Vero dengan nada penuh peringatan.
“Gu.. gue mau tas gue!” pinta Avea, jangankan memberikan tas itu, Vero malah semakin merapatkan pelukannya di pinggang Avea.
“Gue kasih tau ya Avea, permintaan ketiga. Lo. Jadi. Pacar. Gue.” Vero mengatakan hal itu tanpa tersirat raut main-main dari wajahnya.
“Tapi kan..”
“Gak terima jawaban bahkan tolakan!”
“Gak bisa gitu dong, perjanjian kita cuma permintaan dan pelaksaan nggak ada paksaan,” protes Avea dengan kesal. Sepertinya ia mengibarkan bendera perang.
“Oh jadi lo nolak, kalau gitu....” manik mata Vero bergerak menyusuri wajah Avea dengan teliti, hingga fokusnya terkunci pada sesuatu yang membuatnya tertarik.
Mengetahui maksud Vero, Avea secepat mungkin menutupi bibirnya. Selanjutnya ini hal yang sangat menyakitkan bagi kaum adam. Avea reflek menendang bagian rawan Vero, sebagai tanda pembelaan diri.
“Bangke, sakit anjir, gue udah nahan mati-matian supaya nggak gemeter, malah ditendang njir, musibah apa ini,” gerutu Vero sembari mengaduh-aduh, bahkan hingga tumbang ke tanah. Sedangkan Avea malah berlari ria, tanpa memperdulikan tas dan Vero.
°°°°°
Sandyo hari ini memang izin tidak masuk, sebab ada keperluan mendadak untuk bertemu dengan seseorang. Sebenarnya dia ini dokter atau pengusaha? Sebab asistennya kemarin menelepon bahwa ada client yang ingin bertemu.Apa tidak salah? Posisi client dan pasien sangat jauh berbeda. Tetapi Sandyo tetap saja menuruti kata asisten yang sangat ia percayai itu. Ia sungguh sangat bingung, client itu mengajaknya rapat di sebuah kantin rumah sakit. Yakin?
Sandyo semakin dibuat penasaran dengan seseorang yang disebut client itu.
“Apakah Anda dokter Sandyo?” tanya seseorang dengan suara bariton serta berpostur tubuh tinggi dan berotot.
“Eh... iya,” Sandyo kaget dengan kehadiran seseorang itu.
“Mari saya antar,”
“Baik,” Sandyo mengikuti langkah seseorang itu.
Sampai disana ia melihat seseorang dengan kacamata hitam dan masker hitam dengan pakaian cukup santai. Orang itu mengulurkan surat kepada Sandyo, Sandyo pun menerimanya dengan ragu.
Setelah itu, orang misterius dan pria berotot tadi meninggalkan Sandyo yang masih memasang muka bingungnya.
“Memakai jam LV dan jeans LV,” ucap lirih Sandyo sembari mengamati ciri fashion orang misterius itu.
“Emang dikira pantai apa pake kacamata item gitu, perasaan tempat ini juga sehat gak perlu masker juga kali ya,” canda Sandyo pada dirinya sendiri.
Tanpa pikir panjang ia membuka surat itu, disana bertuliskan.
“Kau memang berada di dunia nyata, tetapi tetap beradalah pada kenyataan, 09,”
(•••••)
.
.
.
.
.Enjoy ya. Thx.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVEA - [COMPLETED]
Teen Fiction[SELESAI] Savero Wicaksana Putra, ketos yang walaupun sudah tidak menyandang jabatan sebagai ketos, tetap saja terkenal. Ia mampu membuat kaum hawa meleleh dengan tatapan mata saja. Sayangnya, masa lalu membawa dampak buruk terhadap dirinya. Hingga...