Kring.... kring.... kring....
Terlihat seorang gadis yang baru saja bangun dari tidurnya."Masih jam setengah delapan pagi." ujar gadis itu, lalu ia kembali tidur.
"HAH BUSET! SETENGAH 8?!" Gadis itu langsung turun dari tempat tidurnya, secepat mungkin berlari ke kamar mandi.
Gadis itu adalah Avea Viasnika Sanose.
Setelah dirasa siap, gadis itu segera turun dan berangkat ke tempat barunya dalam menuntut ilmu.
Kini Avea sudah berada di kampus dengan pagar yang sudah ditutup rapat-rapat.
"Lakuin cara yang sama kayak SMA ah!"
Avea melempar tas ranselnya terlebih dahulu, lalu ia memanjat tembok dengan lihainya.
Avea tersenyum bangga karena ia berhasil melewati tembok kampusnya. Tiba-tiba ingatannya kembali dimana saat SMA, ia melakukan hal seperti ini tanpa disengaja pula Vero terkena lemparan tasnya.
"Udah Avea jangan diingat!" ujar gadis itu pada dirinya sendiri.
Kini, Avea sekampus dengan Jali, Alvi, Evan, Yola, dan Raka, sedangkan Gladis, Dika, Adnan, Nadia mereka memilih melanjutkan pendidikan di kota kembang.
Lalu dimanakah Savero? Bahkan Jali dan Alvi sudah tidak bertukar kabar lagi dengan Savero.
"Oh ternyata kelakuan adik dokter kayak maling ya?!" sindir seseorang dari balik Avea.
"Emang lo pikir adik dokter harus kayak apa? Kayak lo yang mirip ondel-ondel betawi gitu?" ucap Avea sarkastik.
"Kurang ajar lo!" gadis itu naik pitam, ia adalah kakak tingkat Avea.
Ketika Avea menyusuri lorong kampus yang sudah sepi, ia tidak sengaja bertabrakan dengan Jali yang sedang membawa berkas-berkas kuliah.
"BUSET! BUJANG LAPUK!" umpat Jali spontan.
"Maafin gue abang jali jelek, maafin gue!" Avea meminta ampun kepada Jali.
"Maaf... maaf... bantuin gue!" mau tidak mau, Avea yang sudah sangat terlambat itupun membantu Jali.
"Nih... dah beres Jal." Avea memyerahkan setumpuk kertas kepada Jali.
"Eits... Ini gue anter ke dosen beranak kok, dosen tuh dikelas lo."
"Hah dosen beranak? Dukun beranak kali!"
"Pak Reynal itu lo, istri banyak sekali macam koleksi."
"Oh gue paham."
Avea dan Jali berjalan menuju kelas Avea. Bahkan, gadis itu tidak merasa takut dihukum karena ia terlambat hampir satu jam.
"Permisi Pak." fokus kelaspun teralihkan menuju Avea dan Jali.
"Saya hendak memberikan ini kepada Bapak." ujar Jali sopan.
"Terimakasih Nak."
"Kamu yang wanita, bukannya mahasiswa kelas ini ya?" tanya Pak Reynal tiba-tiba.
"Hehe... iya Pak, maaf saya telat." Avea menunjukkan sederet giginya.
"Baiklah, kamu ingin berjemur di depan tiang bendera kampus atau menjadi istri saya yang ke-7?" tawar Pak Reynal dengan tampang sombongnya.
"Untung Bapak, a little bit ganteng jadi karena saya ingin tidak bersusah-susah maka saya memilih berjemur saja." jawaban Avea mendapat gelak tawa seisi kelas.
Avea dan Jali pun keluar dari kelas itu, tentu saja Avea tidak akan berjemur tetapi ia beralih haluan menuju kantin.
Jali juga mengikuti langkah Avea untuk pergi ke kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVEA - [COMPLETED]
Teen Fiction[SELESAI] Savero Wicaksana Putra, ketos yang walaupun sudah tidak menyandang jabatan sebagai ketos, tetap saja terkenal. Ia mampu membuat kaum hawa meleleh dengan tatapan mata saja. Sayangnya, masa lalu membawa dampak buruk terhadap dirinya. Hingga...