DUA

33 4 0
                                    

"Hola!" sapaku setelah berhasil menjepit ponsel di antara bahu dan pipi kiriku sembari kembali memasukan pakaian kerja yang baru saja ku setrika itu dalam gantungan lemari. Lantas mendaratkan punggung pada sandaran kursi yang berhadapan dengan meja kerjaku.

"Buatin mie dong, Re" pinta Uyan dari seberang telepon.

"Yan, jangan manja, deh. Kamu bisa buat sendiri, kan."

Aku mendengar Uyan mengeluarkan desahan sedih, diikuti suara lain yang menandakan ia baru saja melempar badan ke atas tempat tidur. "Please, Re. Lo tau mie kornet keju buatan lo itu paling enak se-dunia!"

"Yang hamil Piu, kenapa kamu yang ngidam?" tanggapku diikuti tawa.

Aku membuka laptop dan memilih folder film; mencari mangsa baru untuk kunikmati hari ini sembari Uyan mengeluarkan kalimat memohon seperti "I'll do anything for you, Re!"

juga "Please, lah, my Rere! Abis itu gue temenin belanja deh pake duit gue."

dan kalimat "Oh, atau lo mau gue beliin sex toy baru?!" yang memaksaku untuk mengeluarkan "Yan!!"

Uyan lagi lagi mendesah pasrah, lantas menyalakan music box yang kutau berada di samping tempat tidurnya. "Gue cuma kangen mie lo, yang"

"Yang yeng yong!! Ya udah, aku kesana lima menit lagi, plus aku harus mampir ke mini market buat beli bahan masakan. Ntar gantiin duit aku ya." ucapku diikuti pergerakan mematikan laptop dan melangkah menuju lemari untuk menarik jaket dan celana kulot motif garis vertikal.

"Siap, bos!" tanggap Uyan sebelum memutuskan panggilan tersebut secara sepihak, yang membuatku langsung mengenakan jaket jeans biru keabuan dan mengganti hot pants hitamku dengan kulot.

-----

Aku memutar kenop pintu rumah Uyan dengan tangan kanan, kemudian melangkah masuk menuju dapur yang ternyata sudah dihuni oleh si pemilik rumah.

"Hei." sapaku sembari meletakan kantong plastik berisikan mie kari ayam tiga bungkus, kornet kaleng kemasan kecil, keju dan daun bawang, serta bumbu rahasia yang tidak akan kuberi tahu pada siapapun.

"Re, lo terlihat kusut."

"Bacot ah! Kan ini hari dimana aku bisa menikmati film, Julian sayang! You know that and you just ruin it cuma karena kamu kangen mie buatanku blah blah blah" balasku ketus sembari membuka jaket jeans dan melemparkan benda tersebut pada Uyan.

"Are you wearing tank top right now?! Lo sedang di rumah seorang lelaki dan make tengtop tipis?" ucap Uyan setelah melihat pakaian yang sebelumnya kusembunyikan dalam jaket jeans ku; membuatku mengeluarkan anggukan tanpa peduli reaksi lebay Uyan atas pakaian yang kukenakan.

"Aku sedang di rumah Julian, not a random guy." tanggapku sembari memasukan mie dalam rebusan air panas, lantas memotong daun bawang kecil kecil.

Julian bangkit dari kursinya dengan mengenggam satu satunya jaket jeans yang kumiliki, lantas ia menyampirkan benda tersebut pada kedua pundakku; "But still, i'm a guy, Re" bisiknya di telinga kananku, kemudian pergi ke arah ruang keluarga.

-----

Aku meletakan dua mangkuk yang baru saja ku cuci itu dalam rak di sebelah wastafel, lantas  menarik ponsel dan memutuskan untuk bergabung dengan Uyan di kamarnya. "Bang Marco kemana, Yan? Aku baru sadar kalo rumah lagi sepi." tanyaku ketika mendapati Uyan sedang berada di hadapan komputernya; tengah mengoreksi ulang video buatannya untuk perusahaan makanan ringan sebagai media promosi.

RERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang