Shabir bertanya-tanya dalam hati apa yang sudah Sriti ketahui tentangnya.
"Memang apa yang kau tau?"
Sriti lalu mengeluarkan sesuatu dari tasnya dan menunjukkannya pada Shabir.
"Kau yang mengambil dompetku!!!!"
"O e bagaimana kau menemukan itu?"
"Kau terkejut?"
"Sebenarnya begini, waktu kau lari dompetmu terjatuh dari jaket, dan aku menemukannya.."
"Lalu kenapa tidak kau kembalikan padaku ha?"
"Aku belum tau jika itu milikmu karena aku belum membukanya"
"Setelah kau tau?"
"E begini, aku lupa untuk mengembalikan padamu karena aku sangat sibuk, kau tau itu!"
"Lupa atau karena kau tak ingin aku mengetahui bahwa kau yang memberiku kamera baru?!!"
Shabir tercengang, akhirnya Sriti mengetahui hal yang sudah ia simpan rapat-rapat itu.
"Kenapa kau sembunyikan ini suniye?!"
"Biar aku jelaskan, sebenarnya aku..."
"Aku tau, ini semua salahku" Sriti berjalan membelakangi Shabir
"Kalau saja aku tak selalu mengungkit masalah kamera itu, kau pasti punya tabungan untuk biaya nenekmu, maafkan aku..." Sriti menangkupkan kedua tangan didepan dada
"Tidak Sriti, ini bukan salahmu, lagi pula memang seharusnya aku mengganti barang yang ku rusakkan"
"Suniye, aku tau seharusnya aku bisa menjaga sikapku, dan bisa melihat apa yang orang lain rasakan, tapi aku, aku tak mau mengetahui itu, aku egois"
"Sriti, sudahlah, kenapa kau menangis?" Shabir mencoba menenangkan Sriti, apalagi beberapa orang mulai memperhatikan mereka
"Ayo kemari" Shabir membawa Sriti untuk duduk ke kursi tunggu yang tidak banyak orang disana
"Maafkan aku, sebenarnya tadi tak sengaja aku mendengar percakapanmu dengan Robin, lalu aku juga mendengarmu bicara ditelefon, aku tau suniye kau sedang menghadapi masalah"
"Eh kau mendengar semuanya?"
"Aku hanya mendengar kau sedang butuh biaya untuk pengobatan nenekmu, e begini, nanti aku akan jual kamera itu dan aku akan berikan padamu uangnya, kau tenang saja ya" Kata Sriti
"Tidak Tidak, itu milikmu, tenanglah, aku pasti bisa mendapatkan uang, kau simpan baik-baik kamera itu"
"Tapi suniye, itu milikmu"
"Sriti dengar, kameramu rusak karena aku, dan sekarang itu adalah milikmu, ingat pesanku, jaga baik-baik, kau ingin meraih mimpimu kan? Jangan cemaskan nenekku, nenek akan baik-baik saja"
Sriti menatap Shabir yang juga menatapnya
"Kau sangat baik suniye"
"Kakakkkkk" Mrunal memanggil Shabir untuk memberitahu bahwa nenek sudah dipindahkan ke ruang rawat inap.
"Ayo kak, kita temui nenek" Ajak Mrunal
"Nenek sudah sadar?" tanya Shabir
"Iya, ayooo" Mereka langsung menuju ke ruang nenek dirawat
"Shakti, kau disini juga?" kata Sriti saat mereka berpapasan didepan ruang rawat
"Iya Sriti, tadi aku sedang bersama Mrunal, lalu ia mendapat kabar bahwa neneknya masuk rumah sakit, kami langsung kesini''
"Ohh sepertinya dia sahabat istimewa" goda Sriti
"Apa Sriti, kami hanya bersahabat, sepertinya justru laki-laki itu special untukmu"
"Oh Shakti, itu dia partnerku, Shabir"
"Jadi, Shabir kakak Mrunal?"
"Iya Shak"
"Oh begitu sempitnya dunia ini, adiknya sahabatku dan kakaknya adalah partnermu" ucap Shakti
"Oya Shak, mari kita ikut kedalam" ajak Sriti
Keduanya pun masuk ruangan secara perlahan
"Siapa mereka?" tanya nenek dengan suara yang masih lemas
"Nek, perkenalkan dia adalah shakti, teman waktu aku masih kecil nek" Mrunal memperkenalkan
"Dan yang cantik itu..... calon istri kak Shabir" Bisik Mrunal
"Apa? Benarkah Shabir? Kenapa tak memberitahu nenek jika kau sudah punya calon?"
"Hah? Calon apa nek?" Shabir bingung, lalu ia melihat Mrunal.yang menahan tawa
"Apa yang kau katakan pada nenek? Anak nakal"
Shabir mencubit pipi Mrunal
"Aww kakak sakit"
"Ssss, jangan keras-keras" perawat yang disitu menegur mereka
"Kakak sih"
"Makanya jangan asal"
Sementara itu Sriti sedang berbincang dengan nenek
Meskipun baru bertemu, mereka terlihat akrab
"Kakak, kau lihat itu, nenek terlihat menyukai Kak Sriti"
"Aku mencium sesuatu dibalik kata-katamu" jawab Shabir
"Ayolah kakak, kau kan sudah berumur, mau menunggu apa lagi?"
"Berumur? Maksudmu aku sudah tua?"
"Sudahlah kakak pikir saja sendiri! Memang kakak rela jika Kak Sriti ada yang memiliki selain kakak?"
"Dia kan milik orang tuanya"
"Oh Ya Tuhan, berikan kakak hamba perasaan"
"Apa aku tidak punya perasaan?!"
"Hushhh diamlah" Mrunal menempelkan telunjuk tangan kanan di bibirnya sendiri, lalu ia kembali menghampiri nenek
'aku akan memikirkan diriku setelah kalian' batin Shabir
-0-
Nenek diperbolehkan pulang hari itu juga, setelah mengantarkan nenek dan Mrunal, Shakti pun mengantar Sriti.
"Memangnya benar Shak jika Mrunal teman masa kecilmu?"
"Ya, dulu hampir setiap hari kami bermain bersama, makan bersama, bahkan banyak orang mengatakan kami seperti anak kembar, apapun yang aku punya, Mrunal harus punya juga, termasuk soal pakaian, dia seperti anak laki-laki dulu, badannya gemuk,hitam,dan ya lumayan kasar" Shakti mengenang masa kecilnya
"Seru sekali, pantas saja kalian terlihat sangat akrab"
"Ohooo sebenarnya pertemuan kali ini benar-benar diluar dugaanku Sriti, seperti keajaiban aku bertemu dengannya lagi"
"Maksudmu kalian pernah terpisah?"
"Benar Sriti, aku bukan asli Mumbai. Kami lahir dan tinggal di Uttar Pradesh, namun saat berusia 8tahun aku harus mengikuti ayahku pindah ke Mumbai, semenjak itu kami tak ada komunikasi lagi, jaman dulu anak kecil tidak mengenal ponsel kan?" Kata Shakti sambil tertawa
"Lalu?"
"Beberapa hari lalu, entah bagaimana caranya tiba-tiba dia datang didepanku dan mengenaliku, dia sangat berbeda sekarang, cantik, ceria, hmmm sangat sangat berbeda"
Terlihat binar dimata Shakti
"Ummm apa perasaanmu ada yang berubah?" mendengar kata 'perasaan', Shakti tiba-tiba menghentikan mobilnya, pikirannya menerawang, menjumpai seorang gadis jelita yang selalu ada dihatinya bahkan meski mereka sudah tak pernah bertemu lagi.
'Radhu, perasaan ini tetap milikmu'
"Shakti, are you okay?" Sriti melambaikan tangannya didepan Shakti yang justru menutupnya sambil tersenyum
"Sampai kapanpun, hati dan perasaan ini tak akan berubah, akan tetap menjadi milikmu" ucap Shakti
"Shak? Apa yang kau katakan? Hei!!!" Sriti mengguncangkan tubuh Shakti hingga ia terjaga
"Shakti!!"
" kau melamun? Apa yang kau pikirkan??"
"Ha o eh, so sorry, maafkan aku, aku tak sengaja, kita lanjut saja" Shakti kembali melajukan mobilnya
Keduanya kini tiba dirumah Sriti, dan Shakti pun langsung ijin pulang.

KAMU SEDANG MEMBACA
SUNSET at LAKE PALACE
RomanceKisah Sriti Balwan Pandey. Seorang fotografer dan Shabir Vikash Mehta. Seorang Pemain sepakbola yang romantis,lucu,banyak rahasia