Mrunal dan Shakti tiba disebuah pusat perbelanjaan, Shakti sibuk memilih boneka, tas, dan sepatu, sedangkan Mrunal hanya diam mengikuti kemana Shakti membawanya
"Yaar, kenapa diam saja? Bantu aku memilih"
"Kau lebih mengenal Radhu,Kau pasti tau mana yang ia suka, lagi pula ini juga bukan pertama kali kau memberinya hadiah kan?"
"Iya, tapi tetap saja, kami berpisah beberapa bulan dan baru bertemu lagi, aku sangat ingin memberinya kejutan yang special, ayo pilih" Shakti menunjukkan boneka panda dan gaun berwarna biru muda pada Mrunal
"Aku tidak tau Shak, mana yang lebih dia suka? Bagaimana jika salah?"
"Kalian kan sama-sama perempuan, kau juga pasti pernah mendapat hadiah dari laki-laki kan? Dia pasti juga memilihkan yang terbaik untukmu..."
"Tidak!!!" Jawab Mrunal menyela ucapan Shakti
"Aku tidak pernah mendapatkan hadiah dari laki-laki, kecuali Kak Shabir! Jadi aku tidak tau, lebih baik kau pilih yang seperti biasa Radhu pakai atau kau pernah melihatnya menyukai itu. Sorry, aku pulang dulu" Mrunal pergi
"Mrunal, Mrunal, maafkan aku, bukan maksudku meledekmu"
"Aku tau, tapi memang aku ingin pulang, kau lanjutkan saja dulu"
Shakti memberikan barang-barang ditangannya pada seorang petugas toko lalu mengejar Mrunal yang sudah sampai depan pintu
"Mrunal, kau kenapa? Kau marah?! Apa aku menyinggungmu?!"
"Tidak Shak, ini tidak ada hubungannya denganmu. Sebenarnya aku hanya merasa lelah"
"Lelah? Sakit?"
"Shak!" Mrunal akhirnya memberanikan diri menatap Shakti
"Maafkan aku jika harus mengatakan ini. Jujur aku tidak bisa melihatmu..." Mrunal tercekat
"Kenapa berhenti yaar? Apa yang ingin kau katakan?"
"E maksudku, aku lelah, pusing dan aku tidak bisa melihat dengan jelas sekarang, aku ingin pulang atau aku akan pingsan disini" Mrunal mengarang
"Oh kalau begitu ayo ku antarkan kau pulang"
"Tidak perlu, kau lanjutkan saja membeli kado, aku bisa naik bajaj atau taksi. Bye"
"Mrunal kau sebenarnya kenapa?"
"Lepaskan tanganku Shak" Mrunal melepas tangan Shakti dan langsung menghentikan bajaj yang lewat
Shakti terdiam menatap bajaj yang ditumpangi Mrunal semakin menjauh
-0-Dirumah sakit, Shabir mondar-mandir didepan ruang Dokter Gehna, ia sangat tidak sabar menunggu kabar gembira tentang kehamilan Sriti
Mendengar pintu ruang periksa dibuka, Shabir membalikkan badan dan langsung menghampiri Sriti
"Bagaimana? Perempuan atau laki-laki dok?" Shabir sangat antusias
"Duduklah dulu tuan" ujar Dokter Gehna
"Tuan, kau harus lebih berusaha, saat ini istrimu belum mengandung, ia hanya kelelahan dan kurang enak badan"
Wajah Shabir terlihat kecewa, sedangkan Sriti hanya menunduk
"Jangan khawatir tuan, keadaan istrimu baik-baik saja, aku yakin tak lama lagi kalian bisa segera memiliki anak" Dokter Gehna tersenyum
"Baiklah, terima kasih dokter, kalau begitu kami permisi" Ucap Shabir
"Terima kasih dok" Sriti mengikuti Shabir
"Aku tau kau pasti kecewa" Kata Sriti saat keduanya sudah didalam mobil
Shabir menatap istrinya
"Aku memang kecewa, tapi aku tidak putus asa, kita masih bisa berusaha kan?" Shabir memegang dagu istrinya
"Iya suniye, lagipula pernikahan kita juga belum genap dua bulan. Masih banyak waktu dan mungkin juga Tuhan mengingatkan kita atas urusan yang belum selesai"
"Iya, kau memang benar, pekerjaan kita masih banyak" Shabir memeluk dan mencium kening istrinya
Keduanya pun lalu beranjak pulang
Ditengah perjalanan, mereka melihat Shika berjalan seorang diri, ia terlihat seperti orang bingung. Shabir menepikan mobilnya
"Kau disini saja, biar aku yang menghampirinya" kata Shabir
"Tidak, aku saja, aku yang akan menemuinya"
"Sriti kau sedang tidak enak badan, menurutlah"
"Aku baik-baik saja" ditengah perdebatan mereka, seorang laki-laki menghampiri Shika dan membawanya masuk kedalam mobil
"Suniye, orang itu siapa?!"
"Kau sih mengajakku bertengkar!"
"Kenapa menyalahkanku! Kau yang tidak mau dengar!"
"Sss sudah, bukan waktunya saling menyalahkan! Kita akan ikuti mobil itu"
Mobil jeep itu melaju kencang melewati daerah yang sepi dan berhenti disebuah villa. Laki-laki itu memapah Shika yang terlihat sempoyongan
"Ada sesuatu yang tidak beres" Gumam Shabir
"Suniye, ayo cepat turun!"
"Aku juga akan turun"
Keduanya mengendap-endap masuk kedalam rumah tersebut
"Kau mau apa?!!!" terdengar teriakan Shika dari dalam sebuah kamar
"Suniye, suaranya berasal dari sebelah kanan" Kata Sriti
"Tidak, itu diatas"
"Percayalah, itu disebelah kanan, ayo kesana"
"Heh aku ini suamimu kan? Turuti saja"
"Tapi kali ini kau salah"
"Huft oke baiklah. Ayo ke kanan, aku memang selalu salah untukmu" Mereka mencuri dengar dari kamar yang mereka curigai
"Lepaskan aku, atau aku akan menelefon polisi!!!"
"Ayolah Shika, kau tau kan berapa lama aku menantikan saat bersamamu seperti ini? Kau selalu saja jual mahal!!!"
"Minggir kau, atau aku akan melemparmu dengan vas bunga ini?!!!"
"Kau tak bisa berbuat apapun sekarang"
"Lepaskan tanganku awww apa yang kau lakukan? Kau benar-benar gilaaaa!!!!"
"Brakkkkk!!!!!!!" Shabir berhasil mendobrak pintu kamar itu, dan mendapati laki-laki tadi menahan tubuh Shika ditembok dengan tangannya menggenggam erat tangan Shika.
"Lepaskan dia!" teriak Shabir
Orang itu terkejut dan melepaskan Shika
Sriti langsung berlari memeluk Shika yang menangis histeris, melihat baju Shika sudah terbuka setengah badan, Sriti langsung menutupinya dengan selimut yang ada dikasur itu. Shika menangis semakin keras, Shabir menarik laki-laki tadi keluar kamar dan menghajarnya
Sriti pun mengunci pintu dan membantu Shika menutup kembali pakaiannya, setelah selesai keduanya keluar kamar
"Sriti, cepat telefon polisi!" kata Shabir sambil tangannya masih memegangi laki-laki itu
"Baiklah suniye" Sriti segera mengambil ponsel dan menelefon polisi
"Sejarang ayo kita ke mobil dulu" Ajak Sriti pada Shika yang masih belum reda tangisnya
"Shika, apa yang terjadi? Siapa laki-laki itu?"
Kata Sriti sambil memberikan sebotol air minum pada Shika
Namun karena melihat Shika masih sangat shock, Sriti tak melontarkan pertanyaan lagi, ia memeluk erat Shika.
Tak lama, pihak kepolisian pun tiba ditempat tersebut dan langsung meringkus pemuda tadi
"Sriti, kita harud ikut ke kantor untuk memberikan keterangan" Kata Shabir saat masuk mobil
"Iya suniye, ayo"
Shabir menatap Shika dengan sedih. Hatinya sakit melihat keadaan Shika yang meskipun hanya adik angkat, tapi kasih sayangnya juga sangat besar
"Jangan beritahukan ini pada ayah" Ucap Shika lirih ditengah perjalanan
"Baiklah, kami tak akan memberitahu siapapun" jawab Sriti
-0-
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNSET at LAKE PALACE
RomanceKisah Sriti Balwan Pandey. Seorang fotografer dan Shabir Vikash Mehta. Seorang Pemain sepakbola yang romantis,lucu,banyak rahasia