Sunset at Lake Palace
Setting : Mumbai, Uddaipur
Cast : Sriti Jha as Sriti Pandey
Shabir Ahluwalia as Shabir Vikash Mehta
Author : Fara Tika FananiKisah ini tentang seorang Laki-laki yang memiliki hobi bermain sepak bola dan seorang gadis yang hobi photography, bahkan ia juga mengikuti kelas photograph agar kemampuannya semakin terasah. Suatu hari ia mendapat tugas untuk mengikuti kegiatan seorang public figur yang sudah ditentukan oleh pihak kelas photographnya, tapi apa jadinya kalau orang yang harus ia ikuti adalah orang yang sebenarnya punya masalah dengannya??
Langsung aja yuk, Happy Reading GuysMatahari pagi sudah naik, sinarnya pun menembus kaca jendela kamar Sriti. Karena merasa silau, ia mengernyitkan kening lalu menutupi wajahnya dengan selimut, namun tak lama ia teringat sesuatu dan langsung beranjak dari tempat tidurnya.
"Oh Ya Tuhan, bagaimana aku bisa lupa?!! Sudah jam berapa ini?!" Kata Sriti sambil mengikat rambutnya, lalu ia mengambil pakaian handuk dan bergegas mandi. Sriti memang gadis yang sederhana, termasuk dalam berpenampilan, tak perlu berlebihan yang penting ia nyaman, bahkan bisa dibilang jauh dari kata feminim.
Setelah siap, ia mengambil kamera kesayangannya dan berangkat menuju tempat kursusnya.
"Apa sopir bajaj dan taxi sedang demo? Sudah siang begini tidak ada yang lewat!!" gerutu Sriti karena ia sudah menunggu hampir setengah jam tetapi belum ada taxi maupun bajaj yang lewat. Ia pun memutuskan berjalan sambil menunggu jika saja ada kendaraan umum yang lewat. Ia kurang suka naik bis karena sering melihat sopirnya ugal-ugalan.
Ia berlari kecil disiang yang mulai terik itu, beberapa kali ia mengelap keringat didahinya
"Fiuhhhh lelahnya..." Sriti berhenti sejenak karena ia merasa sudah sangat lelah, saat itu juga seorang pengendara sepeda motor melewati kubangan air hingga airnya menyiprat dan mengenai pakaian Sriti
"Woy Tuan!!! Apa kau tidak bisa melihat??!! Ooh Ya Tuhan, sepertinya aku tidak mimpi buruk semalam, tapi kenapa pagi ini aku sangat sial??? Sudah kesiangan, tak mendapat kendaraan, sekarang bajuku kotor!!!!" Baru saja Sriti selesai berkata, ia mendengar suara motor jatuh tak jauh dari tempatnya berdiri, Sriti mencari arah sumber suara
"Itu? Bukankah ia orang tadi?!!" Sriti segera berlari ke arah pengendara motor yang sedang berusaha bangun
"Heh Tuan!!"
"Akhirnya ada yang membantuku, terima kasih, tolong angkat yang belakang" kata Shabir sambil merintih karena kakinya sempat terbaret
"Tolong? Siapa yang mau menolongmu??!! Lihat ini! Bajuku jadi kotor, aku minta ganti rugi?!" Sriti menengadahkan tangan kanannya
"Hei Nona, setidaknya bantu aku berdiri, apa kau tidak punya rasa kemanusiaan??"
"Apa? Kau bicara soal kemanusiaan? Kau sendiri mengendarai motor tanpa melihat sekitar, apa itu yang kau sebut kemanusiaan?" Sambil marah-marah Sriti tanpa sadar membantu Shabir mendirikan motor itu
Sambil memegangi lututnya, Shabir mencoba menjelaskan yang terjadi
"Sebenarnya tiba-tiba saja sepeda motorku remnya tidak berfungsi dan susah payah aku mengendalikannya, kau lihatkan aku jadi jatuh seperti ini!"
"Hh alasan klasik!"
"Oke maafkan aku, aku benar-benar tak sengaja!"
"Kau pikir dengan meminta maaf masalahku akan selesai?? Kau tau hari ini sangat penting bagiku dan kau merusak segalanya!!"
"Ssss kau jangan marah-marah terus! Oke sekarang aku harus membayar berapa padamu?!" Shabir mulai bingung menghadapi gadis dihadapannya
"Hari ini aku harus bertemu seorang fotografer ternama, aku akan mendapatkan ilmu darinya tapi kau.. kau menghancurkannya...." Wajah Sriti berubah sedih
"Ss please jangan menangis, bagaimana jika orang mengira aku berbuat sesuatu padamu"
"Memang benar kan?? Lihat perbuatanmu, bajuku jadi ba....oh Ya Tuhan, kakimu berdarah" wajah Sriti berubah lagi dari sedih menjadi panik saat melihat celana Shabir yang berwarna putih berubah merah darah dibagian betis kanan.
"Cepat naikkan celanamu!" perintah Sriti
"Ha apa?!!"
"Maksudku lipat celanamu agar aku bisa melihat lukanya"
"Tidak perlu, akan kuobati sendiri"
"Jangan banyak bicara! Sebentar aku membawa kotak P3K" Memang Sriti selalu membawa kotak P3K kemanapun ia pergi karena kita tak pernah tau jika sesuatu hal akan terjadi.
Shabir hanya menuruti kata-kata Sriti, ia melipat celananya sedikit, dan Sriti langsung mengobati luka tersebut.
"Sudah, jangan lupa nanti bersihkan lagi lukanya"
"Oh iya terima kasih"
Sriti berdiri
"Kau mau kemana?"
"Pulang!" jawab Sriti singkat
"Kau tidak jadi bertemu fotografer? Mari kuantar" Shabir menawarkan diri
"Tidak, aku sudah tidak mood, lagi pula kau bilang rem motormu tidak berfungsi dan kau ingin mengantarku? Oh tuan, jika kau sudah bosan hidup, pergilah sendiri jangan mengajakku, mimpiku masih sangat banyak" jawab Sriti sambil berlalu tanpa menunggu jawaban Shabir
"Gadis yang aneh, tiba-tiba marah, tiba-tiba sedih, dan berubah baik? Apa dia itu seorang artis yang pandai memainkan ekspresi?" tanya Shabir pada dirinya sendiri, kemudian ia juga menuntun sepeda motornya menuju bengkel terdekat.
-0-
Sriti melempar tasnya dikamar dan segera membersihkan badan serta mengganti pakaian, setelah itu ia pun keluar kamar. Ia mengambil sebuah apel merah, lalu memakannya diruang tv
"Nak, kau tidak berangkat?" tanya ibunya, Nyonya Sarla Pandey
"Tidak bu, aku kesiangan"
"Ibu bilang apa, kau jangan sering tidur larut malam, jadi kesiangan kan?"
"Hmm iya ibu, tidak apa-apa besok pasti ada kesempatan lain" Jawab Sriti santai
"Ya sudah, kau belum sarapan kan? Makanlah, sudah ibu siapkan dimeja, sekarang ibu akan kepasar''
"Apa bu, pasar? Aku ikut!"
"Ikut? Wah ada angin apa ini? Biasanya kau tidak pernah mau ibu ajak "
"Yaa itu kan karena aku sibuk, ya sudah aku ambil jaket dulu bu" Sriti lalu pergi ke kamar, tak lama ia sudah kembali
"Kau akan membawa kamera?"
"Iya, aku ingin mengambil kegiatan yang ada dipasar, dan siapa tau hasil fotoku nanti bisa masuk pameran bulan depan"
"Ohooo pantas saja kau semangat sekali, rupanya itu tujuanmu"
"Ibuuuuu" Sriti memeluk ibunya, keduanya pun berangkat menuju pasar
Benar saja, sesampainya dipasar, Sriti sibuk mengambil gambar setiap sudut pasar juga kegiatan yang ada disana
Beberapa saat kemudian ponselnya berdering
Sriti : Halo Shika
Shika : Sriti kau ditunggu oleh Tuan Karan
Sriti : apa? Bukankah aku sudah terlambat?
Shika : Terlambat apanya? Acara akan dimulai pukul 11, ini baru setengah 10, bagaimana kau ini?
Sriti : Jadi, aku tidak kesiangan?
Shika : Ya Tuhan, kau sebenarnya mau datang atau tidak???
Sriti : iya aku datang, thank you
Sriti lalu menutup telefon, kemudian ia berpamitan pada ibunya. Ia sangat bersemangat mengikuti pelatihan itu, apalagi mereka akan kedatangan seorang fotografer handal, Shakti Bathla. Sriti memang cukup mengidolakannya karena hasil foto Shakti selalu terlihat indah dan menakjubkan.
Sriti tiba didepan kelas tepaat saat pintu akan ditutup
"Tunggu pak!" Sriti menahan pintu tersebut, sambil mengatur nafasnya
"Sriti darimana saja kau?" Tegur Karan
"Maaf pak tadi aku lama mendapat bajaj"
"Yasudah cepat masuk dan duduk" Sriti pun segera duduk disamping Shika, sahabatnya
"Shika bagi air, aku sangat haus"
"Air? Sejak kapan aku membawa air kedalam kelas?"
"Ufff tenggorokanku rasanya kering" Sriti mengibas-kibaskan buku didepan wajahnya, dan ia melihat sebotol air mineral dimeja yang ada didepannya, ia bahkan tak mihat dulu siapa yang duduk disana
"Bagi aku air, aku sangat haus" Sriti mengambil botol air tersebut
"Sriti jangannn..." Shika menahannya namun terlambat. Air itu sudah terlanjur diminum, Shika menepuk keningnya. Sriti hanya menaikan sebelah alisnya, lalu meletakkan kembali botol air yang isinya tinggal setengah itu
"Lega sekali rasanya" ucap Sriti
"Terima kasih ya, ka kauuuuu???!!" Sriti terkejut saat mengetahui itu adalah Shakti.
"Aduh Sriti, kau ini" Shika menggelengkan kepala melihat tingkah temannya yang memang sering ceroboh itu
"Ma maaf aku tak tau ini milikmu" ucap Sriti dengan perasaan bersalah
"Tidak masalah" Jawab Shakti sambil tersenyum
Sebenarnya Sriti merasa malu, tetapi ia bisa menyembunyikan itu dengan berpura-pura sibuk mendengarkan apa yang disampaikan oleh Karan. Untung saja ia duduk dibangku barisan belakang, jadi Karan tidak melihat apa yang baru terjadi, karena jika tidak bisa dipastikan Sriti mendapat hukuman
"Untung saja dia tidak marah" Kata Shika
"Aku hanya berpikir kenapa dia duduk dibelakang dan kenapa hanya dia yang mendapatkan air minum? Kita juga perlu kan? Apa Pak Karan tidak tau jika manusia butuh paling tidak 2liter air putih untuk kesehatan, bagaimana jika kita kekurangan cairan, lalu ki..."
"Ssssstttt" Shakti membalikkan badan dan menempelkan jari telunjuknya dibibir
Sriti seketika diam, Shika hanya menyenggol tangan Sriti dengan sikunya
"Kenapa? Apa aku salah?!"
"Nanti akan kusampaikan pada Pak Karan" ucap Shakti sebelum kembali melihat kedepan
Sriti pun berusaha fokus pada Karan
"Jadi, langsung saja kita panggil fotografer yang kita ketahui karya-karyanya sudah sangat terkenal dan ia yang akan membantu kalian untuk tugas besok. Tuan Shakti Bathla, silahkan perkenalkan diri" Kata Karan, Shakti pun maju kedepan ruangan
"Hai semua, namaku Shakti, senang rasanya bertemu dengan kalian semua, apalagi nona yang sangat ceria dibelakang sana" Shakti tersenyum ke arah Sriti yang justru melongo karena kaget, teman-temannya pun langsung menoleh ke arahnya
"Aku harap kita bisa belajar bersama, jadi diawal kita harus..." Shakti menjelaskan hal-hal apa saja yang harus mereka lakukan untuk pengumpulan profil seseorang besok
"Ya tepuk tangan sekali lagi untuk Shakti. Terima kasih, kau bisa kembali kekursimu"
Ujar Karan mempersilahkan Shakti
"Ditanganku sudah ada daftar profil orang yang akan kalian ikuti kegiatannya, kami tidak sembarangan memilih kalian dengan orang itu, ini kami pertimbangkan dari segi hobi, dan lain sebagainya, jika ada yang takut pada kecelakaan misalnya, tak mungkin kita akan menghubungkannya dengan UGD, jadi semoga kalian bisa menikmati dan menjalankan tugas ini dengan baik. Hasil foto dan video terbaik akan kami ikut sertakan pada Photographer Festival 2014, paham?"
"Ya pakk" Jawab mereka kompak, Karan pun membagikan amplop pada tiap murid
"Waaahhh Neina Candra, dia adalah guru musik favoritku" Shika bersorak gembira, berbeda dengan Sriti
"Sriti. Kau dapat siapa?"
"Shabir Vikash Mehta. Siapa dia?"
"Wooowwww Shabir, kau beruntung sekali. Dia adalah pemain sepak bola andalan di Mumbai!!"
"Oya? Perasaan aku baru mendengar namanya, dan lihat fotonya, yang satu terlihat punggungnya saja, yang satu mukanya terkena cahaya matahari, aku tak bisa melihat wajahnya dengan jelas"
"Sudahlah Sriti, besok kau akan bertemu, sekarang kita ke kantin sebelum pulang, aku lapar"
"Hmm baiklah" Mereka pun membereskan tas kemudian menuju kantin
"Sriti tunggu!" Seseorang memanggil Sriti, ia menoleh
"Shakti?"
"Hai, ini untukmu saja" Shakti memberikan botol air minum tadi pada Sriti
"Oooo oke, maafkan aku" Sriti tersenyum malu 'bodoh sekali kau ini, bagaimana jika dia marah'
"Kau tidak marah?" tanya Sriti
"Tentu saja tidak, untuk apa aku marah? Yasudah aku pergi dulu, bye..." Shakti pergi
"Jika diperhatikan dia tampan ya?" puji Shika
"Iya" Jawab Sriti
"Aku tidak salah dengar? Kau mengatakan iya?"
Shika tertawa kecil
"Kau bertanya kan dia tampan? Menurutku iya, cukup nona? Ayo ke kantin" Keduanya kembali berjalan ke kantin
-0
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNSET at LAKE PALACE
RomansaKisah Sriti Balwan Pandey. Seorang fotografer dan Shabir Vikash Mehta. Seorang Pemain sepakbola yang romantis,lucu,banyak rahasia