Sunset at Lake Palace Eps 2

139 10 0
                                        


Saat akan pulang, Sriti dihadang oleh Karan didepan kelasnya
"Sriti, mohon maaf kau tidak bisa bertemu partnermu besok, karena ternyata dia baru saja mengalami kecelakaan tadi pagi"
"Apa dia meninggal pak?" Jawab Sriti
"Tidak, dia hanya luka sedikit dikakinya. Mungkin lusa kau sudah bisa bertemu"
"Baiklah pak"
"Oke, kalau begitu saya permisi"
"Silahkan pak, terima kasih" Sriti mempersilahkan
"Yesssss!!!" Sriti nampak kegirangan
"Heh Sriti, kenapa kau malah senang begitu?"
"Tentu saja, kau dengar sendiri kan kalau besok aku belum bisa bertemu partnerku. Itu tandanya besok aku bisa tidur seharian"
"Oh ya ampun, pikiranmu hanya tidur saja"
"Bukan begitu, hanya saja beberapa hari ini aku kurang tidur, rasanya badanku sangat lelah" Sriti meregangkan otot tangannya
"Hmm baiklah, yasudah ayo pulang" Keduanya pun pulang dengan naik mobil Shikha
Ditengah perjalanan, mereka melihat kerumunan orang-orang yang nampaknya supporter club sepak bola
"Stop,, aku turun disini saja Shika"
"Kau mau kemana?"
"Aku ada urusan, terima kasih ya. Kau pulang hati-hati, terima kasih sampai bertemu besok" Sriti langsung turun
"Oke, bye nona Pandey" Shika melambaikan tangan lalu melajukan mobilnya kembali
Begitulah Sriti, sering melakukan hal yang tiba-tiba serta susah ditebak.
Ia ikut masuk ke stadion tersebut
"Sebelum melakukan tugas, aku akan lihat dulu seperti apa kegiatan di lapangan sepak bola" gumam Sriti, ia kemudian mengambil gambar kegiatan yang ada disana. Dia juga ikut bersorak saat melihat ada yang berhasil memasukkan bola ke gawang
"Sepertinya jika aku melihat dari dekat hasilnya akan semakin bagus" Sriti pun turun dari tribun penonton dan mendekat kelapangan, tapi hal malang justru menimpanya. Saat ia mengangkat kameranya, sebuah bola ternyata mendarat tepat dan kameranya pun jatuh.
Sriti yang shock hanya bisa terdiam melihat kameranya mendarat diatas rumput
"Nona, Nona maafkan, aku tak sengaja, lagi pula kenapa kau berdiri terlalu dekat dengan lapangan???"
Seorang pria menghampirinya. Sriti masih terdiam, ia pun mengambil kameranya
"Kau??!!!" Sriti lebih kaget saat tau pria itu adalah yang ia temui tadi pagi
"Kau? Apa yang kau lalukan disini?" Shabir balik bertanya
"Dasar kau ini orang yang tidak punya perasaan!! Tadi pagi kau membuat bajuku kotor, sekarang kau membuat kameraku jatuh! Nanti kau akan membuat kepalaku berasap!!!"
"He, aku sudah jelaskan tadi pagi aku tak sengaja! Begitupun saat ini, lagipula kau yang salah!! Apa kau tidak lihat peringatan itu?? Wartawan disebelah mana harus berdiri??"
"Aku bukan wartawan dan aku tidak melihat tanda itu! Tetap saja ini salahmu!! Aku benar-benar sial hari ini!!" kata Sriti sambil membersihkan kameranya dengan tisu.
"Kau menyalahkanku?" Tanya Shabir
"Lalu siapa lagi?!! Kenapa sih kau harus muncul didepanku?!!"
"Enak saja, kau sendiri yang datang kemari!"
"Ahhh dasar tidak mau mengakui kesalahan!! Kau tidak tau kan, hidupku ada dikamera ini, dan sekarang....." Sriti menjadi sedih kembali
"Hei sudahlah jangan menangis!! Kau ini pemain teater atau artis? Cepat sekali kau merubah moodmu??"
"Terserah! Aku harap kita tak akan bertemu lagi, atau aku akan mendapat sial lagi karenamu!!" Sriti lalu pergi dari tempat tersebut
-0-
Pagi ini, seluruh peserta harus hadir dikelas pukul 8, seperti biasa Sriti selalu terburu-buru, apalagi memang tadi pagi ia malas berangkat mengingat kameranya rusak.
Sesampainya didepan kelas, ia disambut oleh dua sahabatnya, Shika dan Leena, Shika merupakan gadis yang hampir sama dengan Sriti, cuek tapi baik, sedangkan Leena agak centil tapi juga ramah.
"Sriti kau lama sekali" Kata Leena
"Aku malas berangkat sebenarnya. Bagaimana aku akan bertugas jika kamera seperti ini?!" Sriti memberikan kameranya pada Shika
"Hmmm sudah, nanti kita perbaiki, sementara kau gunakan kamera lamaku. Ya meskipun tak sebagus milikmu, tetapi setidaknya itu bisa membantumu" Shika memberi saran
"Yang dikatakan Shika benar, sudah kau harus semangat, apalagi jika melihat....oh Shaktiiiiii...." Pandangan Leena beralih kepada Shakti yang berjalan menuju kelas mereka
"Ya ampunnnnn tampaaan sekaliiii" Leena tak mengedipkan matanya, hingga Sriti dan Shika menyadarkannya
"Nafas jangan lupaaa" Sindir Shika
"Jika setiap ada laki-laki kau pandang seperti itu, apa mereka tidak takut padamu??" Timpal Sriti
"Kalian ini, mengganggu saja. Tapi memang dia tampan kan? Apa aku salah?" Leena masih kekeh dengan pendapatnya
"Iyaaaa Nona Batacharyaaaaa" Jawab Sriti dan Shika kompak lalu meninggalkan Leena kedalam kelas
"Ihhh bilang saja kalian iri padaku" Leena lalu menyusul kedua sahabatnya itu
-0-
Tak berapa lama Karan pun masuk bersama Shakti, dan beberapa orang yang akan menjadi partner para peserta.
"Pagi semua, apa kalian sudah siappp??"
"Siaaappp Paakk"
"Shika, kau langsung bersama dengan Nona Neina" ucap Karan, Shika merasa senang dan langsung menemui Neina Chandra
"Leena, kau dengan Sidharth" Leena pun menemui seorang designer favoritnya
Dan Karan memanggil setiap peserta, Sriti yang sudah diberitahu bahwa partnernya tidak datang hari ini hanya sibuk mencorat-coret kertas dihadapannya.
"Sriti, karena Shabir belum bisa datang jadi hari ini silahkan kau bicara dengan Shakti untuk hal yang belum kau pahami" Karan menerangkan
"Baiklah pak"
Sriti pun menuju bangku tempat Shakti duduk
"Hai, boleh aku duduk disini?"
"Oh Sriti, silahkan"
"Partnerku belum bisa datang jadi aku akan bertanya beberapa hal padamu"
"Silahkan, aku akan membantumu"
"Kalau boleh jujur aku sedang tidak semangat"
"Kenapa? Apa kau sakit?"
"Bukan, tapi seseorang menghancurkan moodku dalam sehari, awalnya ia mengotori bajuku dan sore hari ia membuat kameraku rusak!!" Sriti bersungut-sungut, Shakti tertawa melihat itu
"Kenapa kau tertawa? Apa kau termasuk orang yang bahagia diatas penderitaan orang lain?!"
"Tidak Sriti, bukan begitu, hanya saja aku merasa kau terlihat lucu saat marah begini"
"Apanya yang lucu, sudahlah. Jika Pak Karan bertanya bilang saja aku sudah belajar banyak padamu, kau tau kan dia galak"
"Haha iya iya baiklah. Kau sama galak sepertinya, jadi sekarang kau mau apa?"
"Aku mau baca buku saja, kau pura-pura saja menerangkan padaku"
"Apa? Jadi aku akan bicara begitu banyak dan kau membaca buku?" Shakti bingung
"Banyak sekali pertanyaanmu!!"
Sriti lalu mengambil novel Harry Potter kesukaannya dan mulai membaca
Shakti hanya menuruti ucapan gadis itu, dia menerangkan beberapa hal tentang fotografi
"Sriti" mendengar suara Karan, Sriti cepat-cepat menutupi bukunya
"Iyaa pak"
"Kabar baik, Partnermu bisa datang, dia sekarang diruang sebelah. Kau langsung saja temui dia, dan Shakti aku akan bahas yang kemarin"
"Oh, oke pak, terima kasih" Sriti langsung keruang sebelah
Sriti melihat seorang lelaki sibuk dengan ponselnya
"Hai, apa kau Shabir?" Sapa Sriti
Orang itu menoleh
"Hai, iya a.... kauuu?"
"Kauuu? Apa yang kau lakukan disini?!!" Sriti terkejut tau orang itu adalah orang yang membuat harinya terasa buruk
"Aku ada urusan disini"
"Apa kau Shabir Vikash Mehta?"
"Ya"
"Pemain sepak bola?"
"Ya benar"
"Oh tidak!! Aku harus mengikuti kegiatanmu?? Bisa-bisa hidupku hancur sebelum tugasku selesai!!" Sriti menundukkan kepala
"Hei nona, sebentar, jadi kau ini... Sruti Pandey?"
"Sruti Sruti, namaku Sriti, Sriti Pandey!! Sudahlah, aku akan bicara pada Pak Karan agar diganti partner!"
"Terserah, kan bukan aku yang butuh nilai" Sriti dan Shabir bergegas keluar
ruangan itu
"Bukuku" Sriti membalikkan badan dan menabrak tubuh Shabir, sesaat mereka saling menatap satu sama lain. Namun Sriti cepat-cepat mendorong tubuh Shabir yang kekar
"Kau mengikutiku?!" bentak Sriti
Shabir memegang pundak Sriti
"He, jangan macam-macam kau ya!!"
"Lihat!! Apa ada pintu keluar selain ini?! Apa aku harus menembus tembok??" Shabir kemudian minggir
"Dasar laki-laki aneh, tidak mau mengakui keselahan, dia pikir dia siapa, mentang-mentang punya badan besar seenaknya saja menghalangi jalanku..." Sriti terus menggerutu sambil mencari bukunya
"Nah, sekarang kau menyembunyikan bukuku juga! Mana bu....kemana dia?" Sriti lalu mencari Shabir yang ternyata sudah pergi dari ruangan itu
"Awas saja jika bertemu lagi, dia bicara soal rasa kemanusiaan tapi dia sendiri tidak tau cara menghargain sesama manusia... itu dia"
Sriti melihat Shabir didepan ruang pembimbing tapi tak melihat ia sedang berbicara dengan Karan
"Woy!!!" teriak Sriti yang memang terkadang bertingkah seperti preman
Shabir menoleh ke arahnya
'ya ampun gadis ini' batin Shabir
"Ada apa Shab?"
"Tidak Tuan, oya apakah harus semua kegiatanku diikuti?"
"Ya seperti yang sudah kami jelaskan, tidak semua, kami hanya lebih fokus pada kegiatan utamamu"
"Ohh baiklah"
"Aku harap tidak ada masalah"
"Tentu saja tidak Tuan, dengan senang hati" Shabir memaksakan senyum
Setelah Karan pergi, Shabir menghampiri Sriti
"Oh dia pasti sudah mengadu pada Pak Karan" gumam Sriti
"jadi apa yang kau katakan?" Tanya Sriti saat Shabir sudah dihadapannya
"Aku tidak mengatakan apa-apa"
"Aku tidak percaya"
"Aku juga tidak memintamu percaya padaku, oya tugasmu dimulai besok kan?jika kau mau silahkan datang ketempat kemarin jam 2siang. Jika tidak ya terserah saja" Shabir mengunyah permen karetnya sambil melangkah
"Tunggu!"
"Apa?"
"Kembalikan bukuku"
"Buku apa?"
"Jangan berpura-pura, aku tau kau menyembunyikan bukuku saat di ruangan tadi kan?" tuduh Sriti
Shabir mengernyitkan keningnya lalu menempelkan telapak tangan kanannya dikening Sriti
"Aku rasa kau harus kedokter" Shabir menggelengkan kepala lalu kembali berjalan
"Sembarangan kau! Seharusnya kau yang kesana, apa dia pikir aku ini..."
"Sriti" Seseorang memotong kalimatnya
"Shakti?"
"Bukumu tertinggal dikelas, tadi kau buru-buru pergi, jadi kau lupa membawa ini" Shakti memberikan novel Sriti
"O.o.... terima kasih" Sriti jadi berpikir ia salah sudah menuduh Shabir
Tak lama Karan juga datang menghampiri mereka
"Aku kira kau sudah pulang Shak?"
"Belum Pak, sebentar lagi"
"Oke, aku duluan, oya Sriti. Semoga sukses ya tugasmu! Salam" Karan pun meninggalkan mereka berdua
'jadi pria tadi juga tak mengatakan apapun pada Pak Karan?' batin Sriti
"Hei" Shakti menjentikkan jarinya dihadapan Sriti
"Oh iya maaf"
"Are you okay?"
"Ya im okey. Aku permisi" Sriti pun pergi mencari Shika dan Leena
"Lucu sekali" gumam Shakti, dia pun pergi ke parkiran
-0-

SUNSET at LAKE PALACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang