Sunset at Lake Palace Eps 15

179 9 0
                                        

Sriti dan Shabir sudah sampai diruang tamu, tak lama ayah, ibu dan nenek juga turun
"Semua sudah siap? Ayo berangkat" ajak Tuan Mehta
"Mrunal belum turun?" tanya Sriti
"Dia tidak ikut nak, hari ini kan hari pertama dia masuk kuliah" jawab ibu mertuanya
"O iya aku lupa, yasudah mari berangkat"
"Shab, kau bawa mobil sendiri saja"
"Lalu ayah?"
"Aku membawa mobil yang satu"
"Memang ada yah? Bukankah itu..."
"Nanti akan kuceritakan. Ayo berangkat semua, agar tidak terlambat" ajak Tuan Mehta
Mereka pun berangkat
Shabir hanya berdua didalam mobil karena nenek kekeh ingin bersama anak dan menantunya
"Suniye, sebenarnya ayahmu itu berapa saudara?"
"Hanya dua, ayah dan bibi Roop saja, begitu juga dengan ibu, dia memiliki satu kakak tapi sudah meninggal saat masih kecil"
"Ohhhh apa rumahnya jauh?"
"Rumah siapa? Ibuku atau kakaknya? Kan aku sudah bilang, kalau kakak dari ibuku sudah meninggal"
"Ih maksudku rumah yang akan kita datangi ini"
"Oh makanya jika bertanya jangan setengah-setengah
Hmmm ya sekitar satu setengah jam saja"
"Kalau begitu, bangunkan aku saat sudah akan sampai"
"Apa? Maksudmu kau akan tidur? Kau pikir aku supir dan kau majikan?"
"Suniye, maafkan aku tapi aku sangat mengantuk, lagipula salahmu sendiri tak membiarkan aku tidur tenang semalam" jawab Sriti sambil menyandarkan kepalanya
"Aku salah lagi? Ee tapi kan kau sendiri yang bilang kita harus berusaha, aku ingin disini segera ada....." Shabir mengusap perut Sriti sambil tersenyum
"Sudah aku isi kheer tadi pagi. Oke Tuan Mehta aku akan tidur, kau konsentrasi saja menyetir" Sriti menutup matanya
Shabir ingin mengganggu tapi untuk menghindari keributan, ia memutuskan untuk konsentrasi pada kendaraan saja
Mereka akhirnya sampai ditempat pesta
Shabir membangunkan Sriti yang terlihat pulas
"Sriti, ayo bangun, kita sudah sampai"
"Haa emhhh iya " Sriti merasa baru saja terlelap tapi sudah harus bangun lagi
Keduanya pun turun dari mobil, baru saja hendak melangkah, Sriti kesleo, Shabir langsung menopang tubuh istrinya itu
"Kau tidak apa-apa?"
"Tidak, mungkin nyawaku belum terkumpul 100 persen" jawab Sriti
Shabir menggamit lengan istrinya dan membawanya masuk kedalam ruang pesta
"Nah itu dia yang ditunggu, datang juga" Teriak Paman Syam
"Salam Paman,bibi, semuanya" sapa Shabir diikuti Sriti
"Wah wah Shabirrr, kau memang benar-benar hebat! Tak hanya urusan memasukkan bola ke gawang, kau pun lincah membobol hati gadis ini" Puji saudara Paman Syam
"Paman bisa saja. Oya kenapa tidak datang saat aku menikah?"
"Maaf nak, aku masih di Goa saat itu, tapi aku menerima foto-foto kalian, kau benar-benar seperti pangeran dan istrimu, dia lebih dari sekedar cantik"
Sriti hanya tersenyum, sebenarnya rasa kantuk kembali menghampirinya
"Suniye, apa disini ada ruangan sepi?"bisik Sriti setelah ritual pernikahan selesai
''untuk apa?! Jangan berbuat macam-macam"
"Kau kira aku mau membakar rumah ini diam-diam?!!"
"Lalu untuk apa?"
"Sebenarnya aku..."
"Shabir ayo ini giliran kalian" Seseorang datang menghampiri mereka
"Giliran?"
"Ya, ayo menarilah" Orang itu membawa Shabir dan Sriti kedepan
"Suniye kau saja"
"Bagaimana aku saja? Kita berdua akan menari"
"Tapi aku..."
"Sudah tenang saja, jangan cemas"
Mereka mulai menari di lagu Gazab Kaa Dil Hain
Dipertengahan lagu, Sriti berusaha kuat menahan matanya namun tak berhasil, kepalanya seperti berputar ia pun jatuh lemas dipelukan Shabir
"Sriti, kau kenapa?! Sriti bangunlah" Shabir panik
"Shab, cepat bawa kekamar" Teriak Paman Syam
Shabir pun membopong istrinya ke kamar itu
Ibu Shabir segera memberi pertolongan
"Nak, kenapa kau tidak mengatakan ini?!" kata ibunya
"Apa maksud ibu?"
"Istrimu tengah mengandung dan kau mengajaknya menari?!!!!"
Shabir sangat shock
"Me mengandung? Hamil? Maksud ibu Sriti hamil?"
"Jadi, kau juga tidak tau?"
"Bu waktu kami memeriksakan ke dokter, dia hanya sakit biasa"
"Kapan kalian periksa? Dua bulan yang lalu kan?"
"I iya bu"
"Pokoknya siang ini juga kau harus bawa Sriti ke dokter lagi"
"Baiklah bu" jawab Shabir
"Ibu..." Sriti mulai sadar
"Nak syukurlah kau sudah sadar, minumlah" Ibu Shabir pun membantunya minum
"Aku kenapa bu?"
"Tidak apa-apa, memang diawal kehamilan begini kondisi tubuh kadang belum stabil"
"Apa?! Hamilll?!!!" Sriti langsung duduk dengan tegak
"Sss ssss tenanglah, ayo berbaringlah, aku tau kau pasti terkejut, tapi memang sudah kodrat bagi wanita yang sudah menikah untuk hamil dan memiliki anak. Tenanglah, aku selalu bersamamu" Nyonya Mehta mencium kening Sriti
"Shabir jaga istrimu, setelah dia agak lebih baik kita akan pulang"
Nyonya Mehta dan anggota keluarga lain meninggalkan mereka berdua
Shabir dan Sriti hanya saling menatap satu sama lain, dan bergantian menaikkan alis masing-masing
Sriti membuat gerakan tangan yang mengatakan 'aku hamil'
Dan tanpa bersuara juga, Shabir menunjuk perut Sriti dan mengayunkan tangan didepan dada seperti sedang menggendong bayi
Keduanya pun tertawa, Shabir duduk disamping ranjang dan memeluk erat istrinya itu
Kebahagiaan bertambah di keluarga kecil mereka
-0-

SUNSET at LAKE PALACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang