Setelah menemui nenek, Sriti pun berpamitan pulang. Namun ia juga merasa bahwa wanita yang ia ketahui bernama Radhu masih memandangnya dengan pandangan tidak suka
Sriti pun bisa menerima itu, ia mengajak Shakti pulang meskipun Shakti bersikeras untuk tetap tinggal dan memastikan tentang Radhu, namun akhirnya ia pun menuruti Sriti.
Selama perjalanan Sriti maupun Shakti tenggelam dalam pikiran masing-masing
'apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Mrunal mencegahku membantu Shabir?' Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di pikiran Sriti
Karena tak fokus menyetir, mobil Shakti pun hampir menabrak seseorang yang sedang menyeberang jalan
"Astaga! Aku menabrak!" Shakti cepat-cepat turun dari mobil, disusul Sriti
"Tuan, maafkan aku, aku tidak sengaja" Ucap Shakti sambil membantu orang tadi mendirikan sepeda
"Robin?" Sriti mengenali orang itu
"Kau?"
"Robin, maaf kami tak sengaja"
"Tidak apa-apa Sriti, aku baik-baik saja, yasudah aku permisi" saat Robin akan pergi, Sriti mencegahnya
"Shakti kau pulang duluan saja"
"Kau mau kemana?"
"Aku ada urusan, kau hati-hati" Sriti langsung menyusul Robin
Sementara Shakti yang masih bingung memutuskan untuk pulang.
"Robin tungguuu"
"Sriti? Ada apa mengikutiku?"
"Ada hal yang harus ku bicarakan"
"Hal apa? Sepertinya penting sekali?"
"Memang penting, ee kita cari tempat dulu"
Sriti pun mengajak Robin menuju sebuah bangku panjang di pinggir jalanan yang sepi
"Aku rasa disini aman" Ujar Sriti
"Robin, aku ingin bertanya padamu dan aku mohon jawab dengan jujur"
"Ya silahkan"
"Siapa Shabir sebenarnya?"
"Maksudmu?"
"Jangan pura-pura tidak mengerti, aku pernah mendengarmu memanggilnya tuan dan dia menegurmu karena itu"
"Bagaimana kau mendengar?"
"Aku punya telinga dan tidak tuli, sekarang jawab saja, please Robin" Sriti memohon
"Maafkan aku, tapi aku tidak bisa mengatakannya pada sembarang orang"
"Robin, aku bersumpah tak akan mengatakan ini pada siapapun"
Sriti berjanji dengan menyentuh lehernya
"Tunggu, kenapa kau sangat ingin tau tentang Shabir?"
"Aku p....maksudku aku temannya, dan dia juga sudah banyak membantuku, apa salahnya aku juga membantunya? Ayolah Robin...." Sriti merengek seperti anak kecil meminta mainan pada ayahnya
Robin menatap wajah Sriti
'sepertinya dia memang benar-benar ingin membantu dan mungkin dia bisa menambah semangat tuan untuk menyelesaikan ini semua' batin Robin
"Oi Robin! Kau jangan hanya menatapku!" Jiwa preman Sriti pun keluar
"Oh maaf, baiklah aku akan ceritakan" Robin pun mulai bercerita tentang masalah yang dihadapi Shabir. Sriti mendengarkan dengan antusias, bahkan tak jarang ia menutup mulut karena terkejut.
"Robin, benarkah itu semua?"
"Aku tidak terbiasa berbohong Sriti, apalagi mengarang masalah orang lain"
"Oh Ya Tuhan, aku sudah sangat salah menilainya, aku selalu memakinya tapi dia tetap sabar, bahkan dengan masalah sebesar ini dia masih bisa berbagi kebahagiaan dengan orang lain, dengan anak-anak dirumah singgah"
"Ah ya soal anak-anak itu, apa kau sudah tidak mengajar mereka?"
"Tidak Robin. Setelah tugas selesai aku rasa aku tak perlu kesana lagi"
"Jika aku boleh menyarankan, dan jika kau ada waktu tetaplah kesana, kau ingin membantu Shabir bukan? Saat ini Shabir jarang pergi kesana karena banyak urusan disini apalagi kau tau neneknya sering sakit akhir-akhir ini
Shabir memiliki keinginan kuat untuk memajukan pendidikan disana. Kau bersedia bukan?"
Sriti berpikir sejenak lalu mengiyakan tawaran Robin
"Baiklah Robin, aku akan kesana saat tidak ada kegiatan, sebenarnya aku juga ingin terus membantu mereka semampuku"
"Kau pasti bisa Sriti. Jika boleh jujur, aku merasa ini adalah cara Tuhan mempertemukan kalian"
"Aku tidak mengerti maksudmu?"
"Yasudah lupakan"
"Robin, ada satu lagi yang ingin ku tanyakan"
"Apa?"
"Siapa Radhu?"
"Radhu? Siapa dia?" Robin justru balik bertanya
"Kau tidak kenal? Radhu, dia terlihat dekat dengan Shabir, bahkan saat bertemu aku dia tampak tidak suka"
"Aku tidak tau, setauku Shabir hanya pernah dekat dengan 1 wanita, dan juga kemana-mana dia bersama Mrunal, tidak ada wanita lain"
"Siapa wanita itu? Mungkin itulah Radhu. Kau mengenalnya kan?"
"Aku kenal, dia orangnya suka marah-marah, meskipun baik, tapi namanya bukan Radhu"
"Eemmm Radhika? Nama aslinya Radhika"
"Bukan"
"Lalu siapa?"
"Kau ini semua tentang Shabir ingin diketahui! Apa kau akan menjadi bagian hidupnya?!" Robin
Menggoda Sriti
"Aku hanya bertanya, jangan berpikir macam-macam"
"Oya, apa laki-laki tadi kekasihmu?" tanya Robin, Sriti tak menyadari jika Robin berkali-kali melihat ke arah belakang Sriti
"Bukan dia temanku, dia sahabat kecil adiknya Shabir"
"Benarkah? Lalu siapa kekasihmu?"
"Ah aku tidak mau memikirkan itu"
"Tapi dari caramu mempedulikan Shabir, itu lebih mirip seperti Savitri yang akan berjuang demi Satyawan"
"Robin, ku ingatkan jangan terlalu banyak menonton drama"
"Menurutmu itu drama? Tapi menurutku itu sejarah dan sepertinya akan terulang kembali"
"Bicara apa kau ini, aku sudah bilang aku hanya ingin membalas kebaikannya saja"
" Awas Shabirrrrr" Teriak Robin, Sriti langsung berdiri dan membalikkan badan, ternyata Shabir sudah ada dibelakangnya sehingga Sriti menabrak dada bidang Shabir
Robin tertawa terbahak-bahak
Shabir menaikkan kedua alisnya
"Ee kauuu? Bagaimana kau bisa disini?!"
"Aku kan punya kaki"
"Lalu kenapa berdiri dibelakangku? Kau sengaja ya membuatku menabrakmu lalu saat aku jatuh kau akan menangkapku dan berharap aku akan mengatakan kau pahlawan! Hm tidak akan!"
"Sudah mengocehnya?"
"Memangnya aku ini burung? Mengoceh? Aku hanya mengatakan yang sebenarnya, kau ini selalu saja tiba-tiba datang didepanku, apa sih maumu?"
"Aku tadi dibelakangmu, kau sendiri yang menghadap kemari"
"Itu karena.... Robin! Kenapa kau teriak seperti tadi?!!!" Sriti berbalik memarahi Robin
"Aku hanya berkata Awas Shabir, kan memang ada Shabir dibelakangmu, kenapa kau langsung panik?" Robin masih cekikikan
"Aku pikir dia k... ah dasar kalian menyebalkan!'' Sriti mengambil tasnya dan beranjak pergi namun Shabir menahan tangannya
"Kau pikir apa?" Tanya Shabir
"Aku pikir... aku pikir jika aku tidak pulang sekarang ibu akan cemas, jadi lepaskan aku"
''kalau begitu aku akan mengantarmu''
"Tidak usah, aku bisa pulang sendiri"
"Hmmm dasar nona moody. Ada saja yang membuatmu marah, bahkan mungkin jika katak berjalan didepanmu tanpa permisi, kau juga akan memakinya"
"Aku tidak segila itu"
"Oke oke ayo pulang" Shabir merangkulkan tangan kanannya di pundak Sriti dan membawanya berjalan menuju motor
"Apa-apaan kau ini, turunkan tanganmu"
"Akan aku turunkan jika sudah dimotor nanti"
Sementara Robin tersenyum melihat keduanya
"Tuan, aku yakin dia yang akan membantumu" gumam Robin, kemudian ia pun mengambil sepedanya dan pulang
-0-
Shabir mendatangi sebuah rumah besar dengan pagar tinggi didepannya.
Setelah pelayan mempersilahkannya masuk, Shabir langsung menuju ruang utama dan melihat seorang gadis duduk di tangga
"Shika"
"Kau?! Pergi! Aku tak mau melihatmu lagi!" Shika berlari menaiki anak tangga, tetapi Shabir berhasil menangkapnya
"Shika aku ingin bicara"
"Aku tak mau mendengarmu dan melihatmu! Sudah cukup aku berpura-pura baik padamu didepan orang lain. taukah kau bagaimana aku menahan sakit itu? Aku selalu menyebutkan kebaikanmu, membanggakanmu, tapi asal kau tau, luka ini semakin dalam rasanya"
"Shika, aku mengerti, tapi kau juga harus tau bahwa ini adalah pilihan terbaik dan memang harus seperti ini"
"Apa yang terbaik? Apa yang harus seperti ini?! Kau berjanji untuk menjagaku, melindungiku tapi kenyataannya kau pergi! Kau meninggalkanku, lalu untuk apa kau kembali?! Kau sudah mendapatkan kebahagiaanmu kan?! Sekarang, pergi dari sini" Shika mendorong Shabir
"Shika kau boleh marah padaku, tapi tolong dengar dan kau harus tau, aku memang sangat menyayangimu hingga saat ini dan tak akan pernah berhenti menyayangimu, aku mohon setidaknya berhenti mengacuhkanku"
"Securityyyyy Securityyyyy" Sikha justru berteriak memanggil security
"Ya nona?"
"Bawa dia keluar dan jangan biarkan dia masuk"
"Tidak, aku tidak mau pergi, Shika ada hal penting yang harus kubicarakan
"Ayo pak, bawa dia keluar, jika perlu seret dia"
"Tuan Shabir, maaf kau harus keluar" Kata security yang masih tampak sangat menghormati Shabir
"Shika beri aku kesempatan" Shika melepaskan tangan Shabir dan berlari masuk kekamarnya
Shabir pun terlihat lemas, matanya menyapu ruangan tersebut hingga berkaca-kaca, dan ia cepat-cepat keluar dari rumah itu
-0-
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNSET at LAKE PALACE
عاطفيةKisah Sriti Balwan Pandey. Seorang fotografer dan Shabir Vikash Mehta. Seorang Pemain sepakbola yang romantis,lucu,banyak rahasia