Shakti menatap langit-langit kamarnya, ucapan Mrunal terus terngiang dibenaknya
"Apa benar dia mencintaiku? Tapi mana mungkin? Kami hanya berteman selama ini?" Shakti mengambil ponselnya dan menatap foto Mrunal
"Kau sahabatku, aku ingin selalu melihat senyummu, tapi jika air matamu karena aku, lalu apa yang bisa aku lakukan?" Kata shaktiIa mengingat kenangan masa kecilnya dengan Mrunal, dimana Mrunal yang tak mau mengalah, Mrunal yang berani membelanya, bahkan pernah Mrunal terluka karena jatuh dari pohon hanya untuk mengambilkan layang-layang Shakti yang menyangkut di pohon
"Kau akan bahagia Mrunal" gumam Shakti
-0-
Mrunal mengikuti kegiatan seminar bisnis yang diadakan di kampusnya setelah jam kuliah selesai, ia sangat antusias karena memang sangat ingin membantu ayahnya di kantor.
Terik mentari di Kamis siang itu seolah telah membangkitkan semangatnya berkali lipat, bahkan ia adalah yang pertama datang ke ruang seminar
'hm masih sepi sekali' batin Mrunal
Ia pun memilih tempat duduk yang ada di barisan paling depan
Tak lama seseorang masuk dan duduk di sebelahnya tanpa berkata apapun
''kau ikut juga?'' tanya Mrunal
Vishal hanya melihatnya sekilas dan memainkan ponsel
"Aku tidak tahu apa kau mendadak tuli atau bisu! Jika ada orang bertanya, setidaknya kau jawab!" Kata Mrunal
"Seharusnya kau katakan itu pada dirimu sendiri" jawab Vishal
"Aku?"
"Kau pun saat ditanya hanya pergi"
"Kapan kau bertanya padaku?"
Vishal lagi-lagi tak menjawab Mrunal
Mrunal lalu mengeluarkan buku dan alat tulis, tanpa bertanya apapun lagi pada Vishal
Satu persatu peserta mulai berdatangan, dan sekitar 30 menit kemudian acara pun dimulai.
Pembicara meminta beberapa peserta untuk mengemukakan pendapat mereka mengenai bisnis di era modern ini, Mrunal sempat takjub mendengar apa yang disampaikan oleh Vishal.
'sepertinya dia jarang bicara tapi pemikirannya luar biasa' batin Mrunal
Hingga Vishal selesai, Mrunal memberikan tepuk tangan paling keras, tepatnya tanpa ia sadari
"Aku tidak menyangka kau bisa menyusun kalimat" kata Mrunal saat Vishal kembali duduk
"Sekarang giliranmu" jawab Vishal tanpa sedikitpun senyum diwajahnya
'rasanya aku menyesal mengajaknya bicara' Mrunal pun ke depan ruangan untuk mengemukakan pendapatnya
Ia sempat melihat Vishal memberikan standing aplouse sesaat untuknya
-0-Tuan dan Nyonya Mehta, nenek, Shabir serta Sriti mendatangi rumah singgah untuk meninjau perkembangan pembangunan itu. Sekaligus mereka ingib mengundang penduduk desa di upacara 7bulan kehamilan Sriti.
"Wah Tuan, kami sangat senang setelah hampir 3 tahun, akhirnya kita berjumpa kembali" ujar kepala desa pada Tuan Mehta
"Ya tuan, aku juga sangat bahagia bisa kembali ketempat ini" jawab tuan Mehta
"Dan tuan Shabir, akhirnya kalian benar-benar menikah, sudah ku katakan, kalian ini memang sangat serasi" kata warga lain pada Shabir dan Sriti
"Terima kasih, ini semua berkat doa kalian" Shabir dan Sriti tersenyum
"Tuan Mehta, dulu mereka ini sering bertengkar tapi mereka juga sangat peduli satu sama lain"
"Tepat sekali tuan, maka dari itu kami ingin melihat mereka menikah, dan semua itu menjadi nyata. Lalu, lihatlah sebentar lagi, Shabir junior akan datang"
Mereka pun tertawa dan terus berbincang dirumah kepala desa
"Suniye, aku ingin menemui bibi Nilam"
"Ada apa?"
"Kau tahu dia sangat baik kan? Aku merindukannya"
"Baiklah ayo"
Setelah meminta ijin, mereka pun pergi ke rumah bibi Nilam
"Salam bibi" sapa Sriti pada bibi Nilam yang kebetulan sedang menyapu halaman depan rumahnya
"Salam, aa kalian?"
"Apa kabar bi?" tanya Shabir
"Aku baik, sungguh tak menyangka kalian datang, rasanya lama sekali kalian tidak kesini"
"Iya bi, sebenarnya aku sering kesini hanya saja tidak sempat mampir, apalagi sekarang kan sudah ada Icha dan Veera yang mengurus rumah singgah" jawab Shabir
Pandangan bibi Nilam tertuju pada perut Sriti
"Nak, kau? Maksudku kalian sudah menikah?"
"Iya bi, kami menikah tahun lalu"
"Dan kalian tidak mengundang?"
"Maaf bi tapi pernikahan kami juga hanya sederhana. Oya tetapi, kami akan mengadakan upacara 7bulanan, aku harap bibi datang'' pinta Sriti
"Ya Tuhan, Kau menjawab doaku, terima kasih. Nak, kalian tahu hampir setiap hari aku berdoa jika kalian akan menjadi pasangan suami istri, dan semua itu menjadi nyata, aku sangat bahagia"
"Terima kasih atas doanya bi" jawab Shabir
"Ss, suniye" Sriti menyenggol lengan Shabir
"Hm"
Sriti menaikkan alisnya, seperti memberi tanda pada Shabir
"Suniye" Sriti melirik ke sebelah kanan atas
"Ada apa? Katakan"
"Hm, ituu"
"Apa?"
"Nak Shabir, sepertinya Sriti ingin mangga itu"
"Mangga?"
"Dasar kau ini suami tidak peka! Bibi Nilam saja tahu maksudku" bisik Sriti dengan nada sedikit jengkel
"Kau tidak mengatakannya, bagaimana aku tahu?"
"Aku tidak mengatakan pada bibi Nilam tapi dia mengerti"
"Mungkin karena dia juga perempuan dan pernah hamil jadi dia paham"
"Itu karena kau memang tidak pengertian"
"Apa?"
"Kalau kau pengertian, kenapa kau tak ambilkan mangga itu untukku?"
"Sriti itu pohon milik orang, nanti kita beli saja"
"Aku mau yang dari pohon"
"Oh cmon yaar, jangan seperti anak kecil"
"Yasudah lupakan" Sriti cemberut
"I iya baiklah" Sriti mendekati rumah pemilik pohon itu
"Nak sriti ayo masuk dulu" ajak bibi Nilam

KAMU SEDANG MEMBACA
SUNSET at LAKE PALACE
RomanceKisah Sriti Balwan Pandey. Seorang fotografer dan Shabir Vikash Mehta. Seorang Pemain sepakbola yang romantis,lucu,banyak rahasia