Shakti baru saja turun dari mobil dan disambut oleh suara nyaring Leena.
"Pagi Shaktiiii"
"Oh hai Leena, pagi"
"Kau tampan sekali hari ini"
"Terima kasih. Kau juga cantik,, emmm kau sendirian saja?" Mereka berjalan beriringan menuju kelas, selama tugas photograph kali ini, Shakti memang diminta memandu para peserta jadi hampir setiap hari ia datang ke tempat kursus milik Karan Bhalla
"Iya aku sendiri. Memang kau menginginkan aku bersama siapa? Sriti?" goda Leena , diiringi senyum penuh arti
"Tidaak, maksudku kau kan biasanya bertiga, kali ini sendiri. Itulah mengapa aku bertanya"
"Aku kan baru datang juga, jadi aku sendiri"
"Ohh iya kau benar" Shakti menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal
"Apa kau mencari Sriti?"
"Tidakkk, kenapa kau tanya begitu lagi?"
"Memang kau tidak menyukainya?" Goda Leena, meskipun kagum tapi ternyata Leena tak memiliki perasaan lebih pada Shakti, ia justru sedang merasa kasmaran pada Sidarth, partnernya sudah hampir dua minggu ini sering bertemu.
"Aku ha..."
"Oi Ratu Drama!" Teriak Shika yang sedang berjalan bersama Sriti, mereka baru saja dari kantin
"Pagi-pagi sudah tebar pesona"
Lanjut Shika
"Enak saja, kami bertemu didepan dan kemari bersama, benar kan Shak?" Leena mencari pembelaan
"Iya Shika, yang dikatakan Leena benar, tadi kami bertemu ditempat parkir dan kekelas bersama" Jelas Shakti
"Ohhh, tapi Shak. Kau harus hati-hati ya, jika marah, dia bisa mencambik tubuhmu" Kata Shika sambil tertawa dan lari
"Kau pikir aku beruang???" mereka pun berlarian seperti anak kecil
"Mereka ini" Sriti tersenyum dan kembali berjalan
"Apa kau juga suka seperti itu?" tanya Shakti
"Ya kadang-kadang jika sedang bersama kami memang begitu, aku sangat bersyukur memiliki Leena dan Shika, mereka sangat baik, selalu ada saat aku susah ataupun senang"
"Kau sangat beruntung, tapi sepertinya kau tak semangat hari ini?" tak terasa mereka sudah sampai kelas dan duduk dibangku masing-masing yang kebetulan memang bangku Shakti didepan Sriti
"Hehhh, kameraku benar-benar tak bisa diperbaiki"
"Separah itu kah? "
"Aku juga tidak tau. Aku belum check kesana, tapi orang service bilang itu benar-benar tak dapat diperbaiki"
"Tapi kegiatanmu lancar kan?"
"Yaaa lumayan, tetap saja aku kurang puas dengan hasilnya"
"Sabar, jika kau yakin apapun fasilitasnya pasti hasilnya tetap akan bagus, aku yakin kau bisa" Shakti tersenyum, Sriti pun sempat menatapnya sesaat lalu menunduk lagi
Sementara didepan pintu, Leena sedang marah-marah karena Shika berhenti mendadak sehingga ia menabrak punggung Shika
"Sss, Diamlah!" Shika menutup mulut Leena dengan telapak tangan kanannya
"Lihat itu" Shika menunjuk Shakti dan Sriti yang masih saling berbicara
"Aku merasa Shakti begitu perhatian pada Sriti" ujar Shika
"Hmmm, aku pun merasakan hal yang sama, dan sebenarnya tadi aku sedang bertanya pada Shakti. Tapi, kau merusak rencanaku"
"Emh rencanamu mana ada yang berhasil?" Shika berjalan menuju bangkunya
"Ih lihat saja, pasti akan berhasil" Keduanya pun bergabung dengan Shakti dan Sriti, dan tak berselang lama Karan masuk
-0-Sepulang dari tempat kursus, Sriti mampir ke toko buku, sedangkan Leena dan Shika pulang terlebih dahulu.
"Aku dulu" teriak Sriti
"Tidak! Aku yang lebih dulu menemukannya
Rupanya ia kembali bertemu dengan Shabir setelah dua hari tak ada kegiatan bersama
"Kau kan laki-laki. Apa kau lupa prinsip ladies first??!"
"Itu tidak berlaku untukmu!"
"Kau pikir aku bukan wanita? Sudah, ini untukku!!" Mereka masih berebut komik doraemon edisi terbaru
"Oh Ya Tuhan, apa orang-orang disekelilingmu tidak pusing mendengarmu marah-marah terus??!!" Shabir menutup kedua telinganya
"Aku tidak akan marah jika tak ada masalah"
"Lalu, apa masalahmu??!"
"Masalahku adalah aku harus bertemu lagi dengan laki-laki menyebalkan sepertimu!!" Sriti menunjuk wajah Shabir
"Turunkan tanganmu!" Shabir memegang erat tangan kanan Sriti
"Lepaskan tanganku!!!"
"Sudah kukatakan berkali-kali, itu semua salahmu sendiri!!"
"Ahhh sudahlah, percuma bicara denganmu! Lepaskan tanganku!!" Shabir pun melepaskan tangan Sriti
"Komik ini untukku" Sriti masih kekeh, Shabir pun membiarkannya
Keduanya berjalan kekasir, namun karena lorong itu cukup sempit, badan mereka pun berimpitan
"Kau ini tidak sadar, jika badanmu besar??" Sriti mulai marah lagi
"kau memang benar-benar harus kedokter!" Jawab Shabir
"Kau saja yang kesana, agar kau bisa sembuh dari penyakit tidak pekamu itu, awas!!" Sriti mendorong Shabir
"Makan apa dia setiap pagi" Gumam Shabir
Setelah membayar barang belanjaan, Sriti pun mencari bajaj, namun saat akan naik bajaj, ia mendengar anak kecil menangis yang sedang dinaikkan keatas motor Shabir
"Wah, kenapa anak itu menangis ? Jangan-jangannn.... Pak ayo ikuti sepeda motor itu" Pinta Sriti pada supir bajaj
Mereka sudah melaju jauh meninggalkan jalan besar
"Nona, aku tidak biasa mengemudi sampai sini, kau turun saja ya?"
"Apa pak? Kau tega membiarkanku berjalan? Sudah, aku akan bayar dua kali lipat" kata Sriti
"Tapi nonaa..."
"Tidak ada tapi, ini menyangkut keselamatan banyak orang"
"Ii iya baiklah"
Mereka pun tiba didepan sebuah rumah yang berada diujung desa
"Ini tempat apa? Bagus, tapi sepi sekali" kata Sriti saat turun dari bajaj
"Nona, cepatlah bayar"
"Hhh iya iya, ini, terima kasih" Sriti pun membayar ongkos dua kali lipat seperti yang ia janjikan, setelah supir bajaj pergi, ia pun mengawasi keadaan sekitar rumah itu
Lagi-lagi ia mendengar suara anak perempuan menangis
"Paman bohong, paman bohoooong" Teriak anak itu
"Tidak salah lagi! Pasti trouble maker itu menawarkan sesuatu pada anak-anak hingga mereka diajak memari! Aku tak akan biarkan ini!" Sriti langsung mencari pintu masuk
"Kau tertangkap!" teriak Sriti dari ambang pintu
Serempak Shabir dan anak-anak yang ada disitu menoleh
"Kau?!"
"Kau tidak bisa berkutik lagi trouble maker!"
"Anak-anak, kalian lanjut mewarnai dulu ya"
"Kemari kau" Shabir menarik Sriti
"Kenapa kau kemari? Dan bagaimana kau bisa sampai sini?"
"Tuan, aku tau kau terkejut aku mengetahui perbuatanmu! Dan. Aku akan melaporkan ini ke polisi" Sriti menyilangkan tangannya didepan dada
"Aku rasa kau memang sakit" jawab Shabir, ia tampak berpikir sejenak lalu berjalan ke anak-anak kembali
"Anak-anak, perkenalkan ini adalah bibi Sriti, dia akan mengajari kalian bahasa Inggris, apa kalian senang?" Kata Shabir tiba-tiba, bola mata Sriti membulat mendengar ucapan Shabir
"Benarkah paman?" tanya seorang anak
"Tentu saja benar, paman yakin jika kalian sungguh-sungguh satu bulan kedepan kalian pasti sudah fasih berbahasa Inggris"
"Yeeiyyyyyyy" Anak-anak bersorak kegirangan, Sedangkan Sriti menatap Shabir kesal
'rasakan kau nona moody' batin Shabir
'awas saja kau trouble maker' Sriti seperti mengerti apa yang dipikirkan Shabir
"Sekarang sudah waktunya kalian pulang, beberapa sudah dijemput orang tua kalian disamping. Bereskan barang-barang kalian, dan hati-hati" Pesan Shabir
"Terima kasih paman, Terima kasih bibi" Setelah anak-anak pulang, Shabir membereskan tasnya
"Jadi kau bukan penculik anak?" tanya Sriti pelan
"Menurutmu?"
"Tapi kenapa tadi anak itu menangis saat kau ajak naik motor?"
"Ya anak-anak memang suka rewel kan?" jawab Shabir
"Didaerah ini, kehidupan masyarakat masih sangat kurang, bahkan banyak yang tidak mampu menyekolahkan anaknya disekolah yang formal, itulah mengapa aku membuka pendidikan non formal disini, setidaknya mereka bisa membaca dan menulis, itu akan sangat membantu mereka" Shabir melanjutkan
"Ooo" hanya itu kata yang keluar dari bibir Sriti
"Yasudah aku mau pulang" Kata Sriti kemudian, ia lalu meninggalkan Shabir yang masih merapikan rumah yang tak begitu besar tersebut
Ditepi jalan, ia melihat seorang ibu dan anak perempuan yang menangis tadi
"Ada apa bibi?"
"Ini nona, Puli menangis karena buku yang ia inginkan tidak ada, tuan Shabir pun tadi ke toko buku dan ternyata tidak mendapatkan buku itu"
"Ibu aku mau doraemonnnn" rengek anak itu
"Iya Puli, besok jika bukunya ada, dan ibu punya uang, kita minta tolong tuan Shabir membelikannya ya?"
"Ibu janji?"
"Iya ibu janji"
"Yasudah sekarang kita pulang, mari nona" ibu dan anak itu pun pergi, seketika Sriti ingat komik doraemon yang berhasil ia dapatkan setelah berebut dengan Shabir
"Jadi buku itu bukan untuknya?" ucap Sriti pelan, lalu ia mengejar Puli dan ibunya
"Puli, namamu Puli kan?"
"Iya bibi"
"Apa ini buku yang kau ingin?" Sriti menunjukkan komiknya
"Iya, kau punya bibi?"
"Ee ini untukmu, sebenarnya tadi paman Shabir menitipkan pada bibi, tapi ia lupa jadi dia bilang bukunya habis" Sriti berbohong
"Kau benar bi?" Sriti mengangguk
"Terima kasih bibi" Puli memeluk Sriti
"Nah, besok kau juga harus meminta maaf pada paman Shabir karena tadi kau marah padanya" baiklah ibu. Setelah berpamitan, mereka pun pergi, sedangkan Sriti masih menunggu bajaj datang
"Heh, kau menunggu siapa? Supir bajaj?" tanya Shabir yang sudah ada didepan Sriti dengan mengendarai motornya
"Iya, kenapa?"
"Ku beritau, ini bukan jalan umum, tak akan ada bajaj yang lewat sini. Jika kau mah, tunggulah dipinggir jalan besar, ya sekitar 1kilometer dari sini"
"Apa? 1kilometer? Kau jangan bercanda!"
"Aku tidak bercanda, setiap hari aku kesini"
"Oh tidak, kakiku bisa lepas saat sampai jalan raya, yasudah"
"Yasudah apa?"
Sriti tiba-tiba membonceng Shabir
"Aku menumpang hingga jalan besar"
"Turunlah, aku tidak mau! Kau pasti akan mengomel lagi"
"Asal kau tidak berulah, aku diam!"
Shabir menghela nafas lalu melajukan motornya
"Besok aku ada latihan pagi. Kau akan datang?"
"Aku harus datang bukan? Sebenarnya aku malas, kau tau, kameraku benar-benar tidak bisa diperbaiki!"
"Apa? Kau membahas kamera lagi??!!!"
"Nyawaku ada dikamera itu, dan kau membuatnya rusak!"
"Jangan membesarkan masalah, buktinya kau masih hidup padahal kameramu rusak!"
"Dasar tidak bertanggung jawab!" umpat sriti
"Kau sendiri yang tidak berhati-hati. Kenapa harus menyalahkan orang lain?"
"Aku?? Kau yang tidak melihat saat menendang bola, katanya pemain handal, mana buktinya!!" Mereka terus berdebat hingga motor Shabir tersandung sebuah batu kecil dan sempat oleng, Sriti spontan memeluk pinggang Shabir
"Lepaskan pelukanmu!" Kata Shabir
"Kau sengaja kan agar aku memelukmu! Memanfaatkan suasana!"
"Enak saja kau! Tanganmu sendiri yang memelukku! Dan jika kau masih saja banyak bicara, kuturunkan kau disini!" Ancam Shabir
"Hiihhhh" Sriti mengepalkan kedua tangannya dibelakang kepala Shabir
Tak lama mereka sampai ditepi jalan besar
"Aku turun disini saja" Kata Sriti setelah motor Shabir berhenti
"Oke"
"Thanks"
Shabir langsung pergi, dan sriti naik bajaj
Mereka tak sadar, dua pasang mata memperhatikan mereka
"Siapa lelaki itu Karan?" Tanya Divya
"Sepertinya dia Shabir"
"Kekasih Sriti?"
"Bukan, dia partner Sriti, kau tau kan program photography itu?"
"Ohh, syukurlah, bagaimana Shakti?"
"aku lihat masih biasa saja"
"Aku tak ingin ia terus teringat Radhu, aku ingin dia kembali bahagia" ucap Divya
"Aku berharap juga begitu"
"Oya, apa ada yang tau jika Shakti adikmu?"
"Sejauh ini belum, tapi biarkan sajalah, Shakti dan aku tetap.menjaga profesionalitas kerja"
"baiklah, ayo pulang" Karan dan Divya pun naik mobil mereka dan pulang
-0-
![](https://img.wattpad.com/cover/146480166-288-k780265.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNSET at LAKE PALACE
RomanceKisah Sriti Balwan Pandey. Seorang fotografer dan Shabir Vikash Mehta. Seorang Pemain sepakbola yang romantis,lucu,banyak rahasia