Part 1: Friendship on Fire

28.3K 1.1K 9
                                    

           

Warning: Buat yang berpuasa, silahkan ini dibaca abis buka puasa yaa...

---

Love is friendship on fire

-        The perfect man


NH Hotel, Amsterdam

Ira terbangun dengan bingung di atas ranjang, kepalanya terasa berdenyut. Oh Astaga, dimana dia, apa yang terjadi? Ia mencoba bergerak. Toilet, ia harus segera ke toilet, daerah intimnya terasa sakit, mungkin kandung kemihnya sudah terlalu penuh. Entahlah ia tidak bisa berpikir.

Ia bangkit dari tempat tidurnya dan langsung berteriak begitu menyadari bahwa ia tidak memakai sehelai benang pun. Tidak... Tidak... Oh Tuhan, jangan bilang apa yang kukira ini benar, doanya dalam hati. Dengan takut – takut ia melirik ke tempat tidur dan bertemu muka langsung dengan Adrian yang sama shock nya dengan dirinya. Terduduk di tempat tidur sambil meremas selimut erat – erat. Oh God!


Flashback on - 6 jam yang lalu

De Jaren Cafe, Amsterdam

"Hi Ra, tambah cantik aja loe" sapa teman – teman kuliahnya dulu. Banyak diantaranya yang merupakan siswa dari Indonesia. Ira tersenyum lebar.

Ya, Ira memang sedang menghadiri reuni akbar kampusnya dulu. HES, Hogeschool Voor Economische Studies di Amsterdam. Reuni nya lumayan besar karena mengundang beberapa angkatan sekaligus. Rasanya bener – bener bahagia bisa ketemu lagi sama temen – temen seperjuangannya dulu, sesama mahasiswa rantau dari berbagai negara. Apalagi saat ketemuan dengan sesama mahasiswa Indonesia yang merindukan Teh botol dan Indomie dengan sepenuh jiwa. Beberapa teman baiknya memang memutuskan untuk tetap tinggal dan bekerja di Belanda.

Sebut ia lebay, tapi siapapun akan lebay kalo pergi jauh dari Indonesia dan bertahun – tahun gak ketemu rendang, somay, bakso, teh botol dan apapun itu makanan khas Indonesia lainnya. Jangan salah, disini banyak banget resto yang menjual masakan khas Indonesia, tapi sensasinya bedalah dibanding makan di negaranya langsung, apalagi kalo bakso itu pas lagi anget – angetnya keluar dari gerobak abang – abang langganan Ira di komplek. Astaga, ngebayanginnya aja Ira udah ngeces.

Tapi udah dulu dengan reuni makanan Indonesia, sekarang ia ada disini, dan ini waktunya Ia bereuni dengan semua yang ia nikmati di negara ini. Makanannya, kotanya, dan terutama sekali... teman – temannya.

"Ra.." sapa sebuah tepukan lembut di pundaknya. Ira masih ngobrol sambil ketawa – ketawa dengan teman – temannya. Ngobrolin apa yang mereka kerjain sekarang, how's life dan lain – lain yang ga penting tapi nyenengin.

"Hi Adrian" sapa Ira balik.

"Kamu udah mau balik? Udah malem banget, ntar Aric nyariin kalo kamu gak vid-call" ucap Adrian lagi.

Ira berdecak, "Tck, gak lah, emangnya aku anak kecil, wajib lapor terus setiap saat. Aric percaya kok sama aku, tenang aja" lanjut Ira santai. (Author's note: Buat yang mendadak bingung Aric itu siapa, silahkan baca lapak Forget Me Not karangan Author juga, biar jelas siapa mengapa dimana, elah.... anjay banget gue).

"Lagian abis ini kita mau lanjut ke Escape Kok".

"Aku yang gak percaya Ra, you've already drink too much now masa masih mau lanjut ke Escape lagi?" ucapnya, sebelum akhirnya mendesah lelah melihatku bergeming. Semua orang bilang aku ini keras kepala dan gak bisa ditawar. That's just the way it is.

"Ya udah, Let me know if you want to go already, aku anter" lanjut Ian.

"Cowok loe?" tanya teman – temanku saat Adrian berlalu.

"Sohibnya cowok gue" jawabku sambil menyesap minumanku lagi "Kakak kelas kita disini, beda tahun banyak, makanya dia juga ikut reuni ini"

"Ganteng, Ra" ucap Intan temanku.

"Bodynya ya ampun" lanjut Marinke "pengen gue slurup rasanya. Gue jamin dibalik kaos itu dadanya kotak – kotak"

Gue menoleh menatap Adrian, yang ditatap lagi asik ngobrol sama temen – temennya. Entah bagaimana Ian (Author's note: Ian itu nama panggilannya Adrian ya guys) mendadak noleh ke aku. Kita bertatapan sekilas sebelum akhirnya saling membuang pandang ke arah lain.

"Ganteng sih, bodynya juga iya beneran bagus" Lanjut gue "tapi kakunyaaa... ya ampun. Ian itu paling lempeng dari semua temen cowok gue. Paling nerd dan paling ga neko – neko juga. In other words, he's bo-ring!" gue nerangin sambil ketawa – tawa.

"Hati – hati loe ngomong, ntar tiba – tiba loe tergila – gila lho sama Ian" goda Jan, temen gue yang lain.

"Ish.. kagak bakal." Jawab gue songong.

Seandainya aja waktu itu gue tau kejadiannya bakal kayak sekarang

Flashback off


"Elo..  ngapain disini?" tanya Adrian bingung sambil menatapku.

Lahhh... pikirku bingung. Ini kenapa malah dia yang nanya deh, kan gue tadi yang histeris duluan. "Kalo gue tau apa yang terjadi, udah pasti gue gak histeris tadi Yan, ck" decak gue sebal.

Gue nerusin jalan ke toilet. Sumpah ini gak bisa ditunda lagi.

Gue memencet tombol flush dengan lega sekaligus resah. Lega karena akhirnya kandung kemih gue kosong juga  dan resah karena gue nemuin bekas bercinta di daerah kewanitaan gue.

Gue bukan cewek polos, bahkan gue sama Aric udah pernah bercinta, tapi kenapa gue nemu bekas bercinta saat ini, di daerah intim gue saat gue lagi sama.... Adrian?!?!. Oh – My – God, somebody just kill me now. Kesadaran akan apa yang terjadi menyentak dengan kuat. Gue sampe harus pegangan sama tembok biar gak jatoh saking kagetnya. Gue bersumpah gak bakal nyentuh alkohol lagi mulai detik ini.

Did I... just make love with Adrian?

---

Voments... Voments... Voments... cerita ini gue targetin Voments ahh... 100 reads or 20 Vote/comments baru lanjut part berikut *nyengirkuda* :)

Friends don't kiss 💋Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang