Prolog

14K 1K 44
                                    

AUTHOR'S NOTE (July 16th, 2020)

Hai, makasih banyak udah mampir ke ff ini! Just want to let you know kalau ff ini dibuat pada tahun 2018, waktu aku masih SMA, dan tentunya banyak hal yang berubah sekarang dibandingkan 2 tahun lalu hahaha😄 Mohon dimaklumi untuk typo, alur cerita yang engga sreg, dan lain-lain~ Have a nice day, happy reading, and please let me know what you think about this story❤️

Sunhee's POV

Handphone gue bergetar kembali untuk ketiga kalinya dalam 1 jam terakhir ini. Sebuah pesan dari Mama yang menanyakan keadaan gue, membuat gue sedikit menyunggingkan senyum untuk kesekian kalinya. Gue menurunkan boks barang-barang gue di depan pintu masuk, kemudian membalas Mama.

Mama

Sunhee sayang, kamu sudah sampai?

Sudah, Ma.
sent.

Gue memasukkan kembali handphone ke dalam saku dalam jaket biru dongker gue yang gue miliki sejak SMP itu. Gue mengangkat boks barang gue lagi, dan mendorong pintu masuk dengan kaki kanan. Berat juga, memikul pakaian gue di belakang dan mengangkat barang-barang gue di depan.

Seorang pria tinggi nan tampan sudah berdiri di depan meja customer service, dengan kemeja hijau muda. Kedua tangannya diletakkan di samping, begitu beretika.

"Nona Sunhee Kwon?" tanyanya kemudian. Gue lumayan terkejut, hingga membelalakkan kedua mata gue saking cemasnya.

Yang hanya gue tahu adalah, tempat gue berada di lantai 5 nomor 8, dan kunci apartemen gue sudah diberikan Mama sewaktu membantu mengurus surat-surat kepindahan gue ke tempat ini.

Gue memang bukan berasal dari kota ini. Gue adalah gadis Daegu 100 persen, dari lahir hingga menamatkan jenjang sekolah menengah atas. Karena gue bukan tipe anak perempuan yang suka bermalas-malasan di rumah, memasak, ataupun kerap mencari pacar sebanyak-banyaknya seperti teman gue yang lain, jadilah gue menantang diri gue untuk merantau ke ibukota.

Melanjutkan kuliah, bekerja, dan mencari pengalaman hidup.

Papa tidak terlalu mempermasalahkan keputusan gue untuk pergi. Kata pria berkacamata itu, perempuan memang harus bisa hidup mandiri jauh dari keluarga agar bisa menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya kelak.

Sungguh berkebalikan dengan Mama yang mengoceh sepanjangan, mengatakan hal yang sama berulang-ulang kali : pedofil, penipu, teman hedon, penculik.

Namun akhirnya, Mama mengizinkan gue berangkat setelah berunding dengan Papa, Tante Sunye (adik Mama), Om Euiwoong (kakak Papa), dan adik laki-laki gue yang masih berusia 15 tahun, Minseok. Mereka sepakat membiarkan gue hidup mandiri demi kebaikan gue juga.

Apartment 69 | Park Chanyeol AU✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang