Chapter 7 : Something New

3.4K 548 42
                                    

Sunhee's POV

Akhirnya masa itu datang lagi. Kepala gue rasanya berkunang-kunang sedari bangun tidur, dan jelas badan gue tidak mampu untuk naik bus ke kampus hari ini, atau gue akan pingsan di tengah jalan.

Gue mengambil handphone gue dan mengirim pesan kepada Han Jisung, teman satu kelas gue yang paling 'tidak banyak cingcong' dan sebetulnya satu-satunya teman gue selama perkuliahan ini karena gue tak banyak berkomunikasi dengan orang lain.

To : Han Jisung

Han, tolong izinin gue ya. Gue sakit hari ini.

read.

Ok.

Inilah juga menjadi alasan kenapa gue mau berteman dengan Jisung. Sepertinya anak itu selalu berada pada handphone-nya, dan menjawab pesanpun kurang dari 1 menit. Itu namanya teman yang berguna.

Gue pun meminum segelas air hangat, lalu kembali terkapar di atas ranjang. Selain petir, gue memiliki satu lagi kelemahan : datang bulan.

Kondisi itu selalu membuat gue berubah dari yang loncat sana-sini, menjadi seperti penyakitan yang tergolek di kasur seharian. Semasa sekolah dulu, gue pasti izin pulang setiap hari pertama karena pusing dan sakit perut yang luar biasa.

Tok! Tok! Tok!

Ah, Chanyeol. Sudah menjadi kebiasaannya sekarang datang mengunjungi gue pagi-pagi ini untuk sarapan bersama. Baik gue yang pergi beli, dia yang membelikan, atau memesan delivery.

Dengan gontai, gue beranjak dari kasur dan berjalan menuju pintu. Rasanya seperti air terjun di bawah sana.

"Selamat pagi!" ucap Chanyeol sambil menunjukkan 2 bungkus bakpao yang berada di tangannya, begitu bahagia. Kontras dengan gue yang dengan sayu mengangguk, menyuruhnya masuk dan duduk seperti biasa.

"Sebentar," kata gue lalu berlari ke toilet. Apapun itu, gue merasa sangat sangat mual. Apa lo bisa bayangin, perut bagian bawah lo ditekan dan diremas begitu kencangnya seperti mau mengeluarkan seluruh hal dari tubuh lo?

"Huek!"

Kontan, Chanyeol yang mendengar gue muntah, langsung menghampiri gue.

"Lo kenapa? Asam lambung?"

Gue menggeleng. Sedikit malu sebetulnya bagi gue untuk mengatakan ini, namun tak ada Mama yang bisa membantu gue menemani saat ini.

"Bukan.. Gue selalu aja begini tiap bulan if you know what I'm talking about."

"Ya udah, lo baring aja dulu, biar gue siapin kompresan," ujar Chanyeol lalu menggiring gue ke kamar, kemudian keluar lagi.

Gue langsung meringkuk di dalam selimut dan memejamkan mata, sementara tak lama kemudian, Chanyeol kembali membawa kompresan air hangat yang ditutupi dengan handuk kecil berwarna hijau tua.

Ia pun duduk di samping ranjang gue, dan mengambil sesuatu dari dalam nakas kecil. Sebotol minyak kayu putih. Gue hanya dapat melihati Chanyeol yang tanpa banyak bicara kemudian mengoleskan minyak kayu putih di sekujur perut gue dengan sedikit pijatan lembut. Lalu, ia mengompres perut gue yang sudah dibaluri minyak kayu putih dengan air hangat yang dibawanya tadi.

"Pasti berkurang kramnya," ujarnya pelan. Harus gue akui, dia baik dalam hal ini. Dia tahu apa yang harus dilakukan. Awalnya, gue mengira dia akan merasa terganggu atau gue malahan harus menunjuk ini-itu. Ternyata tidak.

Apartment 69 | Park Chanyeol AU✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang