Chapter 15 : What's Wrong With You?

2.7K 470 116
                                    

Sunhee's POV

Fang-fang yang baru saja pulang dari TK, begitu riuh melihat gue dan Kak Lay tiba. Anak itu langsung memeluk gue erat-erat, seperti baru ketemu ibunya saja. "Kak Sunhee, gendong!" seru Fang-fang lalu lompat-lompat, meminta gue menggendongnya.

"Ah, repotin orang aja kamu," kata Kak Lay sambil menghela napas. Mungkin, ia sudah lelah dengan adiknya itu. Namun tidak bagi gue yang sebenarnya sangat merindukan Minseok -- adik laki-laki gue.

Gue pun mengangkat, lalu menggendong Fang-fang, tersenyum lebar. "Fang-fang udah lama ya, engga digendong?" goda gue lalu menggesekkan pipi gue ke wajah Fang-fang, membuat bocah itu tertawa.

Sungguh, rasanya gue terlihat seperti ibu-ibu sekarang.

"Lo udah makan belum?" Kak Lay tiba-tiba bertanya, sambil mengajak gue dan Fang-fang ke dapur. Dapurnya tak begitu luas, namun cukup membuat gue merasa adem.

"Ko Yixing, buat sosis goreng." Fang-fang menepuk-nepuk pundak kakaknya, lalu tangan kecilnya itu mulai menjambak. Dasar anak kecil.

"Sosisnya kan sudah kamu makan semua kemarin, Fang-fang." Kak Lay membuka kulkas, mencari bahan makanan yang tersedia untuk dimasak.

"Beli di toko!"

"Koko baru sampe, capek banget naik motor lagi, Fang." Kak Lay memutar bola matanya dan mengeluarkan tahu dari kulkas.

"Fang-fang maunya sosis goreng!"

"Makan tahu aja ya. Enak juga kok."

"Koko punya sosis, kan!"

"Engga ada, Fang-fang! Bongkar kulkasnya sampai kamu puas juga engga ada sosisnya!"

"Bukan, tapi Koko punya sosis juga! Fang-fang pernah liat waktu Koko ganti celana cepet-cepet karena ditunggu sama temen-temen Koko di depan. Itu sosis kan, Ko? Gede juga. Pasti enak!" jelas Fang-fang begitu berapi-api, seolah mengetahui segalanya.

Gue langsung memasang wajah palm face, mengelus kepala Fang-fang yang begitu polos itu dan melirik Kak Lay yang sedang memotong tahu. Wajahnya mulai bersemu merah.

"Tapi itu engga boleh dimakan, nanti Koko bisa sakit," balas Kak Lay, begitu kentara berusaha menahan malunya di hadapan gue dan adiknya.

Fang-fang mulai menangis, meronta-ronta menginginkan sosis goreng. Gue berusaha untuk memomongnya, namun gagal. Keinginannya untuk makan sosis jauh lebih besar daripada mendengar gue menyanyi ataupun cerita lucu.

Aroma tahu goreng begitu semerbak, dan hidangan itu telah disajikan di atas meja makan dengan suara minyak yang masih berdecis. Begitu menggoda.

Gue dan Fang-fang duduk berdampingan, sementara Kak Lay duduk di hadapan kami. Ia terus mengawasi Fang-fang yang masih sedikit sesenggukan karena keinginannya tidak dituruti.

"Enak kan, tahu gorengnya?" Gue berusaha mengajak bicara gadis kecil itu, agar ia melupakan kesedihannya. Fang-fang melirik gue, lalu mengangguk. "Enak banget."

Gue melirik Kak Lay yang mengukir senyuman di bibirnya, mungkin merasa sangat bangga saat ini. Gue baru menyadari bahwa Kak Lay memiliki lesung pipi yang dalam, sebenarnya sangat manis. Hanya saja, lesung pipi itu tak pernah ditunjukkan karena wajahnya selalu kaku. Ice man.

"Fang-fang belajar apa di sekolah?" tanya gue, memecah keheningan.

"Oh, iya! Fang-fang tadi main clay di sekolah! Warna-warni, seru banget!"

"Wah, Fang-fang buat apa aja pakai clay?"

Fang-fang kemudian bercerita dari bagaimana ia membuat bentuk dari clay, respon guru terhadap karyanya, Eunmi--sahabatnya, hingga makanan ringan yang dibagikan hari ini tidak terlalu enak.

Apartment 69 | Park Chanyeol AU✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang