Chapter 12 : Fury

2.9K 467 18
                                    

Sunhee's POV

Setelah semalaman suntuk menyusun pidato untuk diperlihatkan kepada BEM dan membuat brosur-poster, akhirnya gue berhasil bangun di pagi hari dengan tidur hanya selama 2 jam.

Gue memasukkan flashdisk ke dalam tas selempang kecil. Hari ini sebetulnya tidak ada kelas karena para dosen di kampus kebanyakan sedang berkumpul untuk rapat mengenai standar penilaian baru.

Namun, Kak Lay kukuh menyuruh gue untuk datang ke kampus hari ini juga, alih-alih mengirimkan soft copy-nya saja melalui email.

Bodoh.

Gue membuka pintu, dan melihat Chanyeol yang berdiri, membawa dua boks sup ayam. "Engga sarapan dulu?" tanyanya. Gue mengabaikannya, lalu berjalan menuju lift tanpa sedikitpun menoleh.

"Nanti lo kelaparan, pingsan." Chanyeol menyusul gue ke dalam lift, sambil menyodorkan satu boks sup ayam. Gue tak menggubris ucapan laki-laki di hadapan gue itu, berdoa agar gue cepat sampai di lantai dasar.

"Bawa aja ke kampus lo, engga apa-apa. Yang penting lo makan, ja.."

"Jangan beliin gue sarapan lagi, Chanyeol," potong gue kemudian menyingkirkan tangan Chanyeol dari pandangan gue.

Karena gue engga mau berharap lebih sama lo!

Chanyeol terdiam, menatap gue yang membuang muka. Sungguh, gue ingin berteriak saat ini : 'Jadi selama ini gue apa di mata lo?!' di wajah Chanyeol juga, namun gue berusaha untuk menahan diri.

Sesampainya di lantai dasar, gue dengan cepat berjalan mencari bus menuju kampus, tak mengindahkan Chanyeol yang mematung di lobi apartemen, memandangi gue yang meninggalkannya.

Maafin gue, Chanyeol.

📍📍

Gue bergabung bersama Kak Hyungsik dan Kak Jihyo di kantin kampus yang begitu sepi. Kak Hyungsik melihat desain poster dan brosur gue, sedangkan Kak Jihyo membaca ulang isi pidato yang telah gue susun. Tak terlihat penampakan Kak Lay selaku ketua acara pentas seni yang harusnya bertanggung jawab.

Cih, si domba itu barangkali masih molor di ranjang buluknya.

"Bagus sekali, Sunhee. Desainnya kami pakai, ya," ucap Kak Hyungsik sambil tersenyum. Gue mengangguk kecil, tersenyum tipis.

"Lay mana, Hyungsik?" Kak Jihyo bertanya.
"Entahlah, katanya datang. Tapi engga tau, deh. Tumben-tumbenan dia telat kayak gini," jawab Kak Hyungsik.

Tak lama kemudian, gue melihat sosok seperti Fang-fang yang berlari mendekati gue sambil berseru.

Tunggu.. Itu memang Fang-fang.

"Kak Sunhee!!" Lengkingan Fang-fang memenuhi seluruh penjuru kantin, lalu bocah itu langsung duduk di sebelah gue. Gue tersenyum lebar dan  menyalaminya. "Kita ketemu lagi, Fang-fang," ujar gue, membuat bocah itu tersenyum lebar hingga kedua matanya menjadi sipit.

Kak Lay berjalan gontai dan langsung duduk di samping Kak Hyungsik, wajahnya begitu merah, sepertinya kepanasan.

"Muka lo kayak habis ke pantai, Lay!" kaget Kak Jihyo.

"Iya, iya, gue tau. Cuaca panas banget. Muka gue rasanya kebakar di dalam helm itu."

Kak Lay naik motor? batin gue.

"Si Fang-fang ngapain ikut?" Kak Hyungsik bertanya, sambil melihat Fang-fang yang sedang menjelaskan mainan barunya kepada gue dengan antusias.

"Dia mau ketemu Sunhee. Dia kenal sama Sunhee waktu kami latihan band di rumah gue waktu itu. Nyusahin kakaknya aja yang bangun kesiangan."

Apartment 69 | Park Chanyeol AU✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang