Seorang gadis tak henti-hentinya mengoceh pada seorang pria yang telah membagi tumpangan kepadanya.
Ia meminta pria itu untuk bergegas melajukan motornya karena sedikit lagi akan masuk zona telat dan ia tidak akan membiarkan itu semua.
Tidak akan pernah di hukum dan mencari masalah dengan teman sekolahnya itu sudah menjadi moto hidupnya sejak kecil, tapi begitu berbeda jika di lihat dari segi pandang sang pria.
Pria itu cenderung lebih suka menjadi murid bermasalah ketimbang menjadi anak biasa-biasa saja, karna menurutnya membuat dirinya bisa lepas dari hukuman yang di jalani itu mirip halnya seperti sedang menaiki wahana rolercoaster.
"Lama, udah berhenti" ucap sang gadis.
"Tapi ini demi keselamatan kita"
"Alah. Aku tau kamu son, mana mungkin kamu kendarain motor selama ini dan aku mendingan turun dan naik ojek di sana" tunjuk nya pada satu pangkalan ojek yang ada di depannya.
"Kan kamu sendiri bee, yang larang aku buat kebut-kebutan"
"Tapi waktunya gak sekarang son, aku mau turun" pintanya.
"Buat apa?"
"Aku bilang mau turun son!" perintah gadis itu yang membuat motor yang di kendarai nya mendadak berhenti dan gadis itu pun buru-buru turun dan beralih pada ojek yang kini akan ia tumpangi.
"Bye, son. Duluan ya" ucap gadis itu riang.
Berbeda dengan sang pria yang merasa kegagalan untuk mengumumkan gadisnya lagi-lagi gagal akan hal seperti ini. Dan mau tak mau ia melanjutkan perjalanannya kembali tanpa sang gadis yang di boncengnya.
👑👑👑
Bel masuk telah berbunyi hampir sepuluh menit yang lalu membuat beberapa murid di landa hukuman yang telah menunggunya di saat terlambat.
Jika di hitung ada seorang pria dan tiga orang gadis yang mendapat hukuman di hari ini. Mereka adalah Dava, Dara, Alma dan Roshita.
Pak Beni dan Bu Eliza yang kebetulan bertugas menjadi guru piket di hari ini dan kalian jangan pernah menyepelekan mereka berdua jika tidak ingin mendapatkan hukuman yang berlebih.
"Enaknya mereka berempat di kasih hukuman apa ya pak?" tanya Eliza pada Beni yang berada di sebelahnya.
"Aduh apa ya bu, tapi kalo gak di kasih hukuman seberat-beratnya mereka nanti gak akan jera bu" ujar Beni sedikit menakuti ke empat murid di hadapannya.
"Emm, kayanya enak kali ya kalo hukumnya ngebersihin kamar mandi sama pel lorong sekolah gimana pak?" usul Eliza dan Beni hanya tersenyum sambil menganggukan kepalanya "oke, jadi kalian akan di bagi jadi dua kelompok ya. Kamu Dava dengan Dara dan kamu Roshita dengan Alma ya"
"Apa bu? yang bareng Dava kenapa harus si Dara si, kita berdua kan sudah siap buat di pilih sama ibu kalo di hukumnya bareng sama Dava!" seru seorang gadis bernametag Roshita.
"Iya ni bu, jadi perjuangan kita berdua buat di hukum bareng Dava angus sudah bu. Padahal saya sama Roshita itu dateng dari pagi biar bisa di hukum bareng" jelas Alma yang membuat mata Eliza melotot seketika.
Dara yang notabenenya takut dengan hukuman ia memilih diam sebelum ke dua guru itu yang bertanya kepadanya. Dan satu-satunya pria bernama Dava sama halnya dian macam Dara tapi dengan raut seperti biasanya Stay Cool.
"Dara! apa kamu sama halnya seprrti mereka yang terlambat hanya gara-gara ingin di hukum dengan Dava?" tanya Eliza.
Dara menggelengkan kepalanya "tidak bu, tadi ojol yang saya tumpangi bannya bocor dan saya jadinya harus menunggu abang-abangnya bu. Mangkannya telat" belanya.
Mata Eliza mendelik pada Dara dengan pandangan tak percaya.
"Bu, maaf sebelumnya tapi buat apa saya telat jika hanya menginginkan di hukum bareng dengan Dava. Tidak enak bu, toh bagi saya enakan berada di dalam kelas. Belajar" jelasnya lagi dan Eliza maupun Beni mengangguk setuju atas ucapan Dara.
"Saya bu gak-"
"Kamu tak akan ibu tanya mengenai keterlambatan sekarang. Yang jelas Dara dan Dava harus bersihkan semua kamar mandi yang berada di lantai satu dan Roshita dengan Alma pel lantai depan lorong satu hingga 3 tak pake tawar menawar!" jelas Eliza yang langsung pergi menuju meja piket.
"Selamat menjalani hukuman" ejek Beni lalu menyusul Eliza ke meja piket.
Roshita dan Alma kini terlihat menghentak-hentakan kaki mereka sebal, berbeda dengan Dara yang langsung pergi ke kamar mandi untuk melaksanakan hukumannya di susul oleh Dava yang mengikutinya di belakang.
"Nasib kita sial bener ya ma di pagi ini. Niat pengen di hukum bareng Dava biar bisa pdkt eh malah tuh upik abu yang dapet!" gerutu Roshita.
"Apa? upik abu? emangnya kita lagi meranin tokoh kakaknya cinderella ya ta?" tanya Alma.
"Ihhh, dasar oon! eh, tapi bener juga apa yang lo kata barusan" cela Roshita di sambung dengan persetujuan ucapan Alma.
Dan tak lama kemudian pasangan Roshita dan Alma melaksanakan hukuman mereka, yaitu mengepel depan kelas tiga lantai. Nggak tanggung-tanggung kalo begitu.
Di dalam kamar mandi yang melaksanakan acara hukuman nya hanya dari mulai dari mengepel, mengelap maupun menyikat bagian-bagian yang sebenarnya tidak terlalu kotor. Berbeda dengan Dava yang sedang duduk sambil mendengarkan musik menggunakan headset nya.
Lagu milik Silampu kau berjudul Puan Kelana melantun begitu merdu menurut Dava di pendengarannya hingga muncul gumaman kecil dari mulut Dava.
Bukannya senang mendengarkan gumaman Dava yang lumaian merdu, kini Dara mendadak kesal akan sosok pria yang mendapatkan hukuman dengannya itu. Sontak Dara memukul Dava dengan gagang pelan yang berada di pegangannya.
Ia meringis saat gagang itu mengenai pahanya dan ia pun melirik dengan pandangan tak suka pada Dara.
"Berani ya lo sama gue!" Dava bangkit dari duduknya, mencoba mendekati Dara dengan pandangan yang berganti marah.
Dara yang takut hanya bisa berjalan ke belakang, berbeda dengan Dava yang terlihat marah dan terus mencoba mendekati Dara yang pada akhirnya Dara sendiri tak bisa berkutik karena cekalan Dava dan posisi mereka yang berada di dalam kamar satu ruang kecil di sana.
Entah apa yang Dava habis lakukan terhadap Dara hingga sepuluh menit lamanya mereka ada di ruangan kecil tersebut. Dava yang merasa sudah membersihkan satu kamar mandi pun keluar dengan raut wajah yang gembira, berbeda dengan Dara yang kini menekuk wajahnya menjadi masam untuk di lihat.
"Eh kita ketemu lagi ya" ucap Dava.
Dan Dara di sana hanya bisa membuang nafasnya berat tanpa ingin mengomentari apa yang Dava ucapkan kepadanya. Ia pun lebih memilih untuk segera menyelesaikan tugasnya ketimbang harus terjebak dalam hukuman bersama Dava yang kini ia akui pria itu adalah sosok yang malas untuk berbagi tenaga meski pada seorang gadis.
👑👑👑
Bogor, 23 Mei 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
BackStreet [OnGoing]
Teen FictionBalveer Dava Gistama. Siapa yang tak mengenalnya? Semua orang pasti tahu nama pria tampan berkaus tim futsal dengan nomor 7. Ia adalah ketua tim futsal di sekolahnya, selalu di grumuti gadis-gadis cantik yang memiliki golongan Dava My Love, tukang p...