"Gimana? Kamu berhasil ketemu Tian kak?" Dava menggeleng-gelengkan kepalanya, menampilkan wajah lesu yang membuat Riva sedikit iba.
Sebisa mungkin Riva tersenyum, mengelus-elus pundak sang putra demi mensuport nya agar tak patah semangat dalam memperjuangkan ke inginan nya serta mengambil kembali apa yang telah putranya miliki.
"Kamu yang sabar ya cari Tian, bukan si papa dan mama gak mau membantu tapi ini sekedar pelajaran buat kamu supaya bisa bertanggung jawab atas jalan yang kamu lakukan" tutur Riva dan Dava pun mengangguk lemah.
Riva meraih lengan Dava, menggenggam nya lalu mengelus-elus sayang kulit Dava "udah ah jangan cemberut aja, jelek tau. Kaya anak kecil aja, inget kamu kan udah jadi bapak rumah tangga" cibir Riva.
"Mama!!" Teriak Dava saat Riva kabur dari jangkauannya.
***
Hari ke empat Dava mencari Dara namun hingga detik ini ia masih belum mengetahui di mana gadisnya itu berada.
Wajahnya hingga kini terlihat suram, sedikit pun tak nampak raut keceriaan yang biasa Vino dan Reygan lihat. Handi? Tolong jangan tanyakan keberadaan sahabat Dava yang satu itu, sosoknya seakan lenyap ditelan bumi setelah kejadian serangan Rendra Minggu lalu.
Apa jangan-jangan Dara bersama Handi saat ini?
Tapi kemana?
Otak Dava berfikir dengan keras, mencoba mencari informasi tentang Handi yang tersimpan di dalam otaknya.
"Lo kenapa dav?" Suara Vino yang datang menghampirinya pun membuat Dava terkejut.
"Gak kenapa-kenapa" jawab Dava, menyeruput kembali es teh manis yang telah ia beli.
"Masih belum dapet wahyu?" Tanya Vino yang siap menyantap makanan nya.
Dava menggeleng-gelengkan kepalanya lesu.
"Sabar ya bro" seru Vino menguatkan Dava.
"Iya, makasih"
"Lagian si gak dari dulu terus terang nya sama kita, coba aja Lo bilang pasti kejadian gini gak akan kejadian" suara Reygan yang baru saja bergabung berhasil membuat Dava terpancing. Kata-kata nya si emang tepat, tapi tidak untuk saat ini.
Tangan Dava mengepal, matanya kini menatap Reygan tajam, setelah itu bunyi pecahan terdengar membuat orang-orang yang berada di sekitarnya pun lantas menoleh.
"Lo ada masalah sama gue, gan?" Tanya Dava yang tersulut emosi.
Reygan menatap Dava bingung, setelah itu ia tertawa menatap Dava tak suka "gue? Bukannya lo ya yang di sini punya masalah" katanya "Kalo bukan karena Lo yang bisin masalah, mana mungkin kita bisa kaya gini!"
"Ya ya gu—"
"Lo gak bisa jawab kan! Kalo bukan karena Vino yang bilang sabar atau apalah sama gue, mungkin dari awal tahu kasus Lo gua udah gak akan mau temenin Lo lagi" tuturnya, memangkas ucapan Dava yang terbata dan entah ingin berucap apa.
"Dan satu lagi gue saranin sebelum Lo mau ngenalin pertemanan sama orang pastiin supaya Lo bisa terus terang sampe gak buat masalah kaya gini" Reygan bangkit, meninggalkan Vino dan Dava yang menatap punggung Reygan yang pergi menjauh.
"Sorry" cicit Dava yang sudah tak bisa mengangkat wajahnya di hadapan Vino.
Masalah ini emang terlihat kecil tapi efeknya berdampak cukup dahsyat pada kehidupan Dava. Andai saja Lavirna tak kembali pada hidupnya, maka semuanya akan berjalan dengan lancar seperti sediakala di mana ia masih bisa bersama-sama hidup dengan seseorang yang ia cintai tanpa di ketahui siapapun kecuali orang tua nya.
Oh ya, berbicara tentang Lavirna keberadaannya sudah tak nampak sejak kejadian itu bermula. Apa dia ikut andil dalam hilang nya Handi dan Dara?
Vino mengelus-elus punggung Dava seraya berucap "dah lah, jangan suka merasa bersalah gitu. Gue tau Lo, sebisa mungkin gue bantu masalah Lo meski gak tau beres atau nggak"
"Sekali lagi makasih no, Lo doang temen yang selalu ngebantuin gue di saat gue terperosok dalam jurang kesulitan"
"Kalem, kaya Lo gak pernah bantuin gue pas susah aja si" katanya "yaudah kita kelas aja, jangan lupa ganti tuh gelak bi Tanti, di uber-uber mang Amat baru nyaho lo"
"Bisa aja lu kampret" cibir Dava.
"Dasar upil naga saae!" Balas Dava.
***
Dua jam sudah Dava dan Vino berada di toko buku yang bisa Dara kunjungi, hingga sebuah hal janggal tertangkap di pandangan Dava.
Entah ini halu atau emang benar ia melihat sosok Dara yang baru saja melintas dengan seorang pria yang tak pernah ia kenal sebelumnya. Tak ingin kehilangan jejak nya maka Dava pun berlari dari tempat tersebut, meninggalkan Vino yang bertanya-tanya ada apa dengan sahabatnya itu hingga acara berlari Dava pun ia rasa tak sia-sia, kenapa? Ya karena Dava telah meraih lengan putih tersebut.
"Dara" satu kayanya berhasil membuat ia malu setengah mati.
Pasalnya bukan malu mengucapkan nama Dara, namun ia malu karena kelakuannya yang baru saja menarik lengan gadis yang di sampingnya terkawal oleh perajurit cinta dan bukan hanya di situ saja, ternyata sosok gadis yang ia raih pun menoleh kepadanya dengan tatapan bingung.
"Maaf, gue pikir cewek gue" ucap Dava tak enak. Melepaskan lengan tersebut dan mempersilahkan nya untuk kembali melanjutkan kegiatannya.
"Lain kali matanya di pasang, jangan di simpen di dengkul" cibir Pria itu lalu pergi menarik gadisnya.
"Dara bro?" Tanya Vino yang baru saja berhasil menyusulnya.
Dava bergeleng kepala "salah orang"
"Sabar, pasti nanti kita berhasil temuin dia" tutur vino, mengajak Dava kembali ketempat semula.
Di lain tempat ada sepasang remaja yang sedang memutar jalannya, kembali menuju jalan keluar di mall tersebut tanpa ingin mengunjungi tempat yang semulanya ingin mereka kunjungi.
"Kamu kenapa, di?"
BOGOR, 16 MEI 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
BackStreet [OnGoing]
Teen FictionBalveer Dava Gistama. Siapa yang tak mengenalnya? Semua orang pasti tahu nama pria tampan berkaus tim futsal dengan nomor 7. Ia adalah ketua tim futsal di sekolahnya, selalu di grumuti gadis-gadis cantik yang memiliki golongan Dava My Love, tukang p...