"Kak, ayo jelasin masalah ini?" Rengek Dara saat Rendra baru saja datang dari rumah sakit setelah mengantarkan pria yang tadi siang pingsan di apartemen mereka.
Rendra mendengus, menatap Dara malas dengan raut wajah datar.
"Siapa suruh kakak janjiin ke aku mau jelasin semuanya sepulang dari rumah sakit" Seru Dara sedikit kesal, melipat kedua tangannya di dada sambil mengerucutkan bibirnya.
"Iya, tapi sebentar dulu ya" ujar nya lelah namun Rendra sangat tak tega saat menatap reaksi Dara yang ingin menuntaskan semua pertanyaan di benaknya dan itu cukup menggemaskan menurut Rendra, seperti biasanya, namun terkesan sangat biasa saat Dara mempertanyakan hal ini.
Rendra menjatuhkan tubuhnya ke sofa, kepala terasa berat sekaligus lelah dan tak tahu harus mulai dari mana untuk menjelaskan semua ini. Andai saja ia teliti dan mampu mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi, mungkin saja saat ini Dara masih belum mengetahui siapa Dava. Tapi ya jika di pikir-pikir dia bukanlah Tuhan yang dapat merencanakan semuanya dengan baik dan indah, mungkin saat inilah Dara akan mengetahui semuanya—itu pun kalo Rendra tidak mengarang cerita tentang sosok Dava.
"Kak" panggil Dara seraya mengguncangkan tubuh Rendra yang membuatnya tersadar.
"Kakak capek dek, minta keringanan waktu sedikit aja buat kakak istirahat" ujarnya dengan mimik wajah memelas "kalo bisa mah minta tolong bikini jeruk peras dulu dek, haus, panas" pinta Rendra.
Dara semangkin mengerucutkan bibirnya, meremas kain bajunya yang kebetulan berpita persis anak kecil yang minta sesuatu kepada orang tua nya namun tak dikabulkan.
"Ayolah dek, kamu kan cantik, baik, tolong dong buatin minuman" rayu Rendra dan Dara mendengus lalu bangkit, berjalan menuju dapur dengan kesal sambil menghentakkan kakinya.
"Yang ikhlas dong dek, biar manis, gak kecut" teriak Rendra menggoda sang adik.
Tak lama waktu berselang Dara membawa nampan berisi dua gelas jeruk peras lalu menaruhnya di meja.
Rendra tersenyum senang, mengacak rambut Dara lalu mengambil segelas jeruk peras dan meneguknya dengan rakus. Dan itu cukup membuat kekesalan Dara bertambah.
"Kakak!" Seru Dara, mencubit pinggang Rendra saking kesalnya.
Rendra tersedak, ia terbatuk-batuk saat meminum jeruk peras hingga hidungnya perih dan sakit di barengi keluar nya cairan yang ia yakini air perasaan jeruk peras.
Tangan Dara spontan menepuk-nepuk punggung Rendra yang masih terbatuk, hingga Rendra menyangkal lengannya.
"Gak lucu tau dar!" Bentak Rendra, lalu bangkit dari tempatnya meninggalkan Dara yang menatap nya nanar dengan perasaan bersalah yang amat besar.
Dan Dara akui tingkah nya saat ini sangatlah kekanak-kanakan.
***
Sudah dua hari Rendra tak berbicara kepadanya, bahkan semalam pun ia lebih memilih untuk menginap di rumah temannya ketimbang pulang ke apartemen mereka. Dan itu membuat Dara kesepian dan frustasi saat mengingat kekonyolan yang telah ia perbuat.
"Kak" panggil Dara, memberanikan diri masuk kedalam kamar Rendra yang terlihat masih kesal ke padanya.
"Kita makan yuk, aku udah masakin makanan kesukaan kakak" seru Dara, ingin mengambil hati Rendra dengan cara menyogok sang kakak dengan makanan agar memaafkannya.
Rendra yang nampak sibuk dengan ponselnya pun masih tak menghiraukannya dan itu membuat Dara sedih namun Dara tak kehabisan akal untuk saat itu.
"Yaudah deh kalo kakak gak mau, gak papa biar aku aja makan sendiri gulai ayam nya. Mana nasinya panas, kuahnya kental ada gurih-gurihnya gitu, cocok deh di makan pake kerupuk di kasih taburan bawang sama sedikit kuah di atasnya"
"Masih gak mau kak? Oke deh ak—" ujarnya terhenti karena cekalan Rendra yang bangkit lalu berjalan mendahuluinya.
"Oke, kamu menang" seru Rendra dan pada akhirnya Dara merasa sangat lega.
Berhasil. Batin Dara.
Bibirnya tersenyum lebar, mata Dara tak henti-hentinya mengerjap saat menonton Rendra yang sangat lahap memakan masakannya, persis seperti orang kelaparan yang tak menemukan makan beberapa hari.
"Dek, mau nambah nasi sama ayam nya dong" pinta Rendra dan dengan senang hati Dara mengabulkan permintaan kakaknya itu.
Lagi-lagi Rendra melahap nya dengan rakus hingga membuat dara kembali tersenyum saat menatap nya, namun entah mengapa kepala Dara timbul sebuah pertanyaan yang mana pertanyaan itu mendesak nya untuk bertanya pada Rendra hingga ia memegang kepalanya, pusing.
Dara sebelum nya tak pernah merasakan pusing seperti ini sebelumnya, bahkan saat ia terbangun di sebuah kamar rumah sakit beberapa waktu lalu pun ia tak pernah sedikitpun merasakan sakit kepala yang seperti ini. Seakan-akan kepalanya ada seseorang yang mengendalikannya, lalu beberapa gambaran-gambaran aneh mulai tergambar di benak nya.
"Kamu jangan nakal ya ca, nanti kalo kenapa-kenapa sama kamu, aku lagi yang di marahin mama" kata seorang pria kecil berusia dua belas tahun itu yang memasang senyuman kepadanya dengan sangat manis.
"Jaga diri kamu ya, kamu pasti bakalan sembuh kok ca, aku yakin" kata pria kecil itu lagi yang semangkin membuat dara pusing karena tidak mengetahui siapa laki-laki tersebut.
"Apa kamu yakin kita mau backstreet aja? Seriusan gak akan menyesal?" Kata itu yang suaranya sangat terngiang di telinganya, sekaligus kata terakhir yang membuat kepalanya terasa lebih sakit hingga Dara tiba-tiba saja tak sadarkan diri.
Bogor, 17 Januari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
BackStreet [OnGoing]
Teen FictionBalveer Dava Gistama. Siapa yang tak mengenalnya? Semua orang pasti tahu nama pria tampan berkaus tim futsal dengan nomor 7. Ia adalah ketua tim futsal di sekolahnya, selalu di grumuti gadis-gadis cantik yang memiliki golongan Dava My Love, tukang p...