"Bunda sama ayah masih belum pulang kak?" Tanya Dara saat memasuki kamar milik Rendra.
Rendra yang sibuk memainkan play station nya pun menggelengkan kepalanya, tanpa menatap sosok Dara yang duduk di sisi kasur dengan memasang raut wajah sedih.
Diam, tak ada satupun kata yang terlontar dari pasangan kakak beradik tersebut. Hingga Rendra menyudahi acara bermain nya lalu menghampiri Dara yang masih saja terdiam.
"Astagfirullah, mata Lo kenapa gede gitu dek?" Kaget Rendra, menyentuh kelopak mata Dara yang membengkak dengan lembut, tanpa penolakan.
Dara diam, ia menungkulkan wajahnya karna bingung untuk menjelaskan bagai mana kisah ini terjadi, kalo saja ia jujur pasti pria yang dara cintai akan babak belur oleh lengan kakak nya sendiri dan kalo saja ia berkata bohong Rendra pastinya tak akan mempercayai ucapannya itu dan lagi-lagi akan berimbas pada prianya.
"Lo gak mau cerita ni sama gue?" Tanya Rendra yang mana Dara masih tak mau bergeming di tempatnya.
Rendra mendongkakan wajah Dara, menatap iris mata berwarna coklat terang milik adiknya itu yang kini bertubrukan dengan iris matanya yang coklat pekat.
"Jangan pernah takut untuk cerita apapun sama gue, inget gue ini Abang Lo dan sepatutnya gue jadi Abang harus bisa jagain adiknya" ujar Rendra, menghela nafas beratnya dengan memejamkan matanya sebentar "percaya sama gue dek, insyaallah gue gak akan pernah ngulangin kejadian yang udah berlalu"
"Pasti ini gara-gara bocah tengik itu ya?" Tanya Rendra lagi.
Dara menggelengkan kepalanya, mata nya tiba-tiba saja berbinar seakan mengkhianati jawaban nya dan tak lama ia pun meneteskan air mata yang buru-buru Rendra hapus lalu membawa tubuh mungil adiknya itu ke dalam dekapannya.
"Jangan nangis lagi" bisik Rendra penuh kasih sayang.
Dara melepaskan tubuhnya dari dekapan Rendra, menyeka air matanya lalu menatap wajah tampan Rendra "terharu" tuturnya.
"Lebay lo" cibir Rendra, menoyor kepala Dara yang langsung mengerucutkan bibirnya membuat Rendra tertawa terbahak-bahak.
Maafin aku yang belum bisa jujur sama kakak. Batin Dara.
👑👑👑
Sebelum matahari terbit Dara sudah terbangun dari tidurnya, menatap Rendra yang masih terlelap di sebelahnya.
Dara tersenyum saat menatap Rendra yang mengeluarkan air liur dari mulutnya yang terbuka saat tertidur, membuatnya teringat akan sosok pria yang telah ia tinggalkan selama 3 hari ini yang telah mengkhianati dirinya.
Ia pun bangkit dari tempatnya, keluar dari kamar menuju mushalla keluarga nya untuk menunaikan ibadah shalat subuh. Setelah selesai Dara pun melanjutkan aktivitas nya kembali menuju dapur untuk masak sarapan untuk nya dan kakak laki-laki nya itu, tapi sebelum saja Dara melakukan hal tersebut ia pun melangkahkan kakinya kembali menuju kamar karna lupa untuk menguncir rambutnya.
Entah hanya halusinasi nya saja atau memang kenyataan, mata Dara tak henti-hentinya mengerjap saat menatap tempat tidur miliknya yang berisikan seorang pria yang sedang berbaring di sana.
Hati Dara berkecamuk antara ingin memaki dan membiarkan saja pria itu terlelap dengan balutan selimut, hingga kakinya melangkah mendekati tempat tidur dan siap memukuli pria yang tengah terlelap itu menggunakan guling nya karna sudah berani-beraninya datang kerumahnya. Nekat.
"Rasain, sakit tau gak! Hati aku teh sakit sama kamu! Kenapa kamu bisa ada di sini, dasar gak punya hati! Kenapa gak pindahin aku ke kamar!!" Ujar Dara, meninju pria tersebut dengan gulingnya secara bertubi-tubi.
"Sakit, sak—"
"Itu balasan buat kamu udah bikin sakit hati aku, emang kamu pikir aku cewek lemah apa? Aku juga bisa kok ganas kaya orang lain" ujar Dara lagi tanpa mengetahui siapa orang di balik selimut.
"Ini gue dek, Abang Lo!" Seru Rendra mengagetkan Dara yang terpaku karna suara berat nan serak yang begitu khas milik Rendra dan pastinya ia sudah hafal sangat itu
Rendra mendorong tubuh Dara yang berada tepat di atas tubuhnya itu.
"Lo apa-apaan si dek, masih pagi udah cari gara-gara aja sama gue?" Geram Rendra dengan hati kesal "Punya salah apa gue sama Lo?" Lanjutnya.
Dara tersenyum malu-malu "emm, anu kak. Cuman mau ngingetin shalat subuh jangan lupa" ujarnya lalu pergi terbirit-birit dari kamar itu menuju dapur. Berharap Rendra tak mendengar ucapan-ucapannya tadi.
Setengah jam lamanya Dara berkutat dengan bumbu dapur hingga menghasilkan nasi goreng kari kesukaan kakaknya itu yang telah ia letakan di meja makan sebagai tanda permohonan maaf nya itu. Tak lupa ada chicken wings yang mampu membuat Rendra tersenyum kembali.
Perfect.
"Widih, wangi bener nih dek?" Tanya Rendra tiba-tiba saja datang dengan mengendus-endus layaknya kucing kelaparan.
Mata Rendra berbinar menatap sajian spesial untuk nya, tanpa ragu ia duduk di kursinya lalu membaca doa dan nyantap masakannya dengan lahap.
Seulas senyuman lagi-lagi terbit di wajah Dara saat memperhatikan wajah Rendra saat sedang makan, membuatnya lagi-lagi mengingat sosok pria yang telah ia tinggali. Dengan cepat dara menggeleng-gelengkan kepalanya serta memejamkan matanya agar tak mengingat pria itu lagi.
"Dek, WOY!! Lo kenapa,.. YAELAH KE SURUPAN LO!!" Rendra panik setelah menyahuti Dara yang sama sekali tak menjawab pertanyaannya, mengambil segelas air minum yang kemudian Rendra beri komat kamit lalu menyeruput air tersebut untuk menyemburkan air dalam mulutnya pada muka Dara.
"Bau!!" Ringis Dara saat air di dalam mulut Rendra membasahi wajahnya yang baru saja kembali dari lamunan.
Perlu di ketahui sebelumnya Rendra menyantap nasi goreng kari dan chicken wings ia tak pernah sikat gigi setelah bangun tidur. Maka bisa kita bayangkan bertapa baunya air yang membasahi wajah Dara sekarang.
Mata Dara berbinar, wajahnya terlihat begitu kesal karena semburat merah yang terpampang di wajahnya yang putih. Hingga tangisan Dara pecah karna itu dan ia pun lebih memilih pergi meninggalkan Rendra yang sedang memutar otak untuk melayangkan permohonan maaf kepadanya.
Sialan, kalo gak kesurupan kenapa gak ngomong!! Batin Rendra yang memilih melahap kembali sarapannya seraya berfikir untuk mencari jalan keluar.
Butuh waktu tiga jam bagi Rendra untuk mengajak Dara keluar dari kamarnya. Itupun kalo tidak ada kata ancaman mana mungkin Dara akan keluar dengan sendirinya.
"Kakak ngapain si ajak aku ke mall, gak liat aku kan cuman pakai pakaian santai" dara menggerutu, menekuk wajahnya sebagai tanda sebal.
"Berisik, Lo emang gak liat apa gue cuman paket celana kolor sama kaus biasa banget gara-gara ngerayu Lo gue lupa segalanya" tanpa dara sangka Rendra melakukan hal yang sama dengan nya, lalu irisnya menatap pakaian yang di kenakan Rendra terlihat seperti pakaian lusuh. Maklum ngajak Dara sampai Rendra lupa mandi pula.
"Tapi kan—" dengan cepat Rendra membekap mulut Dara menggunakan lengannya, menarik nya menuju toko buku untuk mencari referensi buku menghadapi ujian nasional.
Aroma khas buku yang sangat fresh langsung tercium di hidung Dara, membuatnya senang bukan kepalang lalu melepaskan tangannya dan berlari menuju rak novel-novel dengan begitu riang. Rendra yang melihat kejadian tersebut hanya bisa bergeleng kepala lalu tersenyum.
Beruntung banget ya si kampret dapetin Lo dek. Batin Rendra.
👑👑👑
Bogor, 19 Januari 2019
Note: makasih buat kalian yang baca cerita gambut ku, jangan bosen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
BackStreet [OnGoing]
Teen FictionBalveer Dava Gistama. Siapa yang tak mengenalnya? Semua orang pasti tahu nama pria tampan berkaus tim futsal dengan nomor 7. Ia adalah ketua tim futsal di sekolahnya, selalu di grumuti gadis-gadis cantik yang memiliki golongan Dava My Love, tukang p...