"Dava, Lo balik!!" Seru Reygan gembira, menghampiri Dava yang di susul dengan Vino di belangnya.
"Iya nih, gua rindu sekolah" Ucapnya lalu mendelik ke belakang tubuh dua sahabatnya demi mencari salah seorang personel dalam ikatan persahabatan mereka.
"Handi mana?" Tanya Dava.
Reygan dan Vino saling menatap, setelah itu keduanya pun kompak bergeleng kepala.
"Gak tau, pokonya udah beberapa hari ini dia gak keliatan di sekolah" tutur Vino.
"Sakit?" Tanya Dava kembali.
Reygan mengidihkan bahu "gak tau lah, di samperin ke rumahnya aja selalu nyokap nya yang nyamperin. Terus bilang gak ada"
"Kemana?" Tanya Dava lagi-lagi.
"Gak tau dav, kita udah sering cari tau tapi gak ketemu-ketemu sama titik terang nya" seru Vino yang di angguki Reygan.
Dava mendesah, semangat dan tekad yang sudah ia kumpulkan sejak kemarin untuk menemui Handi, menjelaskan seluruh permasalahan yang telah ia perbuat.
Reygan menyenggol lengan Dava "bengong aja Lo, bae-bae kesambet" cibir nya.
"Apaan si lo, udah ah gua mau ke kelas duluan" Dava meninggalkan mereka yang sedang menatap punggung Dava yang semangkin menjauh dari jangkauan nya dengan tatapan bingung.
***
Bel istirahat berdering, murid-murid yang lapar serta haus pun secepatnya berhamburan keluar kelas untuk mencari bahan pemuas perut mereka masing-masing.
Dava, Reygan dan Vino berjalan beriringan. Menyusuri lorong-lorong ramai menuju kelas seseorang yang ingin Dava temui. Langkah Dava tiba-tiba saja terhenti saat tiba di depan pintu ruang kelas yang akan ia masuki.
"Kenapa?" Tanya Vino, menatap Dava bingung.
Dava diam di tempat, hatinya tiba-tiba saja di landa keraguan. Reygan dan Vino yang menatap aksi sahabatnya itu pun lantas memukul lengan Dava kompak, menyadarkannya dari lamunan yang membuat Dava bimbang.
"Balveer Dava Gistama bin Galih Adi Gistama, Lo kenapa? Belom siap?" Tanya Vino yang menaikan sebelah alisnya.
"Emmm, gu—gue kayanya belum siap bener deh" cicit Dava, Reygan tertawa terbahak-bahak bahkan sampai terbatuk-batuk saat mendengar alasan culun Dava.
"Sumpah selama ini gue kenal Lo, dav, baru kali ini gue liat Lo seculun ini. Masa ia minta anak orang ke bapaknya Lo berani, sedangkan buat ngejelasin titik permasalahan ini ke tuh cewek kecil Lo minder. Di taro di mana si otak lo" cibir Reygan tanpa ia rasa kata-katanya barusan melukai sedikit hati Dava.
Otak Dava langsung berputar, wajahnya sedikit merunduk ke bawah di sertai nyalinya yang ia rasa sangat lembek. Namun beberapa detik berselang dadanya seakan tercubit hingga ia berfikir kembali, bagaimanapun apa yang telah Reygan ucapkan ada benarnya juga.
Seharusnya sebagi laki-laki yang berani bertindak ia pun harus siap berani bertanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan.
Dava mengangkat kembali wajahnya, menatap Reygan dan Vino dengan seulas senyuman "thanks, men" tuturnya.
Jiwa Dava terasa terlahir kembali dan kini ia pun sudah mantap, memutuskan kembali untuk masuk kedalam kelas tersebut tanpa berpikir panjang terlebih dahulu.
Senyum Dava memudar, menatap bangku yang terlihat kosong di sebelah seorang gadis yang ia kenali adalah sahabat gadisnya.
"Syahnaz" panggil Dava dan sang empunya menoleh.
Wajah Syahnaz yang semulanya tersenyum saat memainkan ponselnya pun lantas meredup, membuat garis tak suka di wajahnya "mau apa Lo kesini?" Tanya Syahnaz galak.
"Dara nya kemana ya?"
"Gak ada!" Jawabnya masih dalam mode galak serta pancaran tak sukanya.
"Maaf kalo boleh tau kemana dia?"
"Ya gak tau, ngapain lo tanya sama gue"
"Ya apa salahnya kalo gue sekedar bertanya"
"Ya gue gak mau di tanya sama Lo" emosi Syahnaz menyulut, entah mengapa ia muak melihat wajah Dava yang terlihat tak berdosa.
"Heh Lo, jadi cewek jangan galak-galak dong. Temen gue kan tanya baik-baik, gak nyolot kaya lo'" sindir Reygan yang tak terima sahabatnya di perlakukan seenaknya
"Ya suka-suka gue dong mau bersikap gimana!" Jawab Syahnaz "lagian jadi cowok playboy, gak ada sukur-sukur nya. Emang si Dara kurang apa si sampe lo tega nyakitin hati dia!"
"Kan dia—"
"Dia apa? Khilaf? Atau apa!!" Seru Syahnaz, memotong ucapan Vino yang siap membela sahabatnya "gue kasih tau ya sama Lo, Lo itu adalah orang yang bener-bener rugi karena ngelepasin orang yang bener-bener tulus sama Lo cuman karena cewek kecentilan perbandingan sama Dara!"
"Oh yah satu lagi dan jangan pernah salahin Dara jika suatu saat nanti dia bakalan berpaling dari Lo karena nemuin cowok yang kelakuan lebih baik dari Lo!"
Deg.
Apa yang barusan Syahnaz katakan benar-benar melukai hatinya. Jika benar itu terjadi maka jawabannya Dava tidak akan siap dan tidak akan pernah siap untuk kehilangan seorang Dara.
"Ngapain masih di sini! Minta di usir!!" Seru Syahnaz, Dava mengangguk dan tak bisa berkata-kata lagi lantas ia pun keluar dari ruang tersebut.
Rasa tak enak mulai terasa di hatinya, membuat ia benar-benar diam dan tak ingin melakukan hal apapun di hari ini selain duduk menyendiri di roofrop, menikmati keindahan dunia ini sambil merutuki kebodohan dirinya sendiri.
Sial! Lo itu bodoh banget dav. Kalo sampe itu terjadi Lo adalah orang tertolol di dunia ini. Batin Dava di iringi setitik air mata yang meluncur tanpa di duga olehnya.
Bogor, 15 Mei 2019
Note: makasih untuk kalian yang sudah mau baca cerita aku. Di sini si aku cuman mau ngucapin selamat puasa bagi yang menjalankan dan mau ngingetin juga si jangan sampe minum es teh manis di siang bolong ya haha:v*Apaan si, gak jelas banget gue. Maafin ya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
BackStreet [OnGoing]
Teen FictionBalveer Dava Gistama. Siapa yang tak mengenalnya? Semua orang pasti tahu nama pria tampan berkaus tim futsal dengan nomor 7. Ia adalah ketua tim futsal di sekolahnya, selalu di grumuti gadis-gadis cantik yang memiliki golongan Dava My Love, tukang p...