Tee sudah merasa, gravitasi akan menariknya ke bumi dengan rasa sakit yang tidak terbayangkan. Sial. Lebih baik tidak perlu melihatnya saja!
Tee menutup matanya rapat. Menunggu gaya gravitasi sebesar sembilan koma delapan meter per sekon kuadrat menariknya hingga menghantam bus.
Tiba-tiba Tee merasa tubuhnya terhenti. Sepasang tangan merekuh pinggangnya.
"Hei! Buka matamu bodoh!"
What the... Tee bahkan bisa merasakan body bus sejarak dengan hidungnya.
Pelan-pelan Tee memberikan diri membuka matanya. Hei! Dia mengedipkan matanya berkali-kali dan bersyukur kepada Tuhan. DIA SELAMAT! Ini keajaiban.
"Sudah membuka mata rupanya," kata suara asing itu.
Pemilik suara asing itu melepas rekuhannya.
Tubuh Tee terhuyung lemas. Kakinya tidak kuat menopang tubuhnya.
"Eeh!" Dengan cepat pemuda asing itu memeluk Tee lagi.
"Cih, dasar," umpatnya sama sekali tidak sesuai dengan perbuatannya.
"Te... rima kasih..." bisik Tee tersendat.
"Apa mata hitammu itu hanya pajangan? Gunakan matamu kalau ingin menyebrang bodoh!" kata pemuda asing itu ketus.
Tee menatap wajah pemuda itu, malaikat penolongnya.
Tampan. Hidungnya tinggi mancung, netranya tajam dengan alis menukik yang sempurna, kulitnya bersih dengan bibir merah gelap. Rambutnya sedikit acak dan ada yang di-highlight warna merah.
"Hei!" Pemuda itu menjentikkan jarinya di depan wajah Tee. "Jangan menatap kosong begitu!"
Tidak lama supir bus turun dan menghampiri mereka. Memastikan mereka tidak apa-apa dan memberikan sedikit payment atas keteledorannya. Meski ditolak oleh pemuda asing itu dengan alasan supir itu sama sekali tidak bersalah. Tee-lah yang bersalah karena tidak fokus dan berhati-hati.
"Sekarang, apa yang akan kita lakukan? Terus berpelukan seperti ini?" tanya pemuda itu sinis.
"Ah uh..." Tee tergagap. Bingung akan menjawab apa.
Guy dan Oaujun menghampiri Tee.
"Dia teman kalian?" tanya pemuda asing itu.
Guy mengangguk. Pemuda asing itu melepas pelukannya dan mendorong Tee ke arah Oaujun.
"Lain kali ingatkan dia, kalau berjalan gunakan mata dengan benar!" kata pemuda itu lalu pergi.
Tee membuka mulutnya. Ingin mengucapkan terima kasih sekali lagi. Sayangnya pemuda itu sudah menghilang.
"Tee, apa perlu aku mengantarmu hingga apartemenmu?" tanya Oaujun.
Tee melirik ke arah dimana tadi dia melihat sosok Godt. Tidak ada siapapun disana. Sepertinya Godt juga sudah pergi. Porsche hitamnya juga tidak ada.
"Mungkin dia masih shock. Apa sebaiknya duduk di halte dulu?" saran Guy.
Oaujun dan Guy memapah Tee untuk duduk di kursi halte.
Guy dengan perhatian memberikan sebotol air mineral.
Kondisi Tee mulai stabil. Wajahnya tidak sepucat tadi.
Oaujun menyenggol bahu Guy dan melirik-lirik ke arah bus. Memberikan kode.
Guy mengerutkan alisnya. Lalu mengangkat bahunya.
Oaujun menghela nafas. "Err... Tee... begini... kami harus pulang cepat... dan bus pegawai ini akan segera berangkat... err... jadi..." Oaujun memegang tengkuknya ragu.
YOU ARE READING
Nani? [2Moons crack pair]
Random[HIATUS] Bagaimana jika tuan muda Itthipat tiba-tiba diputuskan oleh tunangan manisnya? Bass itu sudah memiliki separuh jiwa Godt. Tapi, dengan mudahnya Bass memutuskan hubungannya dengan Godt. Godt yang awalnya lembut berubah menjadi kaku. Bagaika...