#4

425 62 12
                                        

Pemuda berwajah stoic itu hanya duduk termangu. Menatap lembaran-lembaran kertas membosankan. Sesekali mencoret-coret lembaran itu, dan membubuhkan tanda tangannya yang bernilai milyaran bath itu.

"Tuan direktur, hari ini ada inspeksi ke bagian pembelian dan bagian produksi," kata pemuda berkulit sedikit pucat selaku sekretaris dari pemuda stoic itu.

"Ah, ya." Pemuda stoic itu meletakkan penanya.

"A-anda ingin memeriksa langsung?" tanya sekretarisnya heran.

"Ya, tentu saja," kata pemuda berjabatan direktur itu. "Aku sedang muak dengan lembaran itu. Kamu mau ikut atau tetap disini, Ruangroj?"

Pracahaya Ruangroj, sang sekretaris, segera mengikuti atasannya dengan hormat.

.

.

Di sisi lain.

Tee berjalan kikuk di dalam gedung megah. Sebelumnya, ia baru selesai menandatangani kontrak kerja. Dan dia disuruh langsung bekerja di bagian pembelian, di lantai delapan. Katanya sih, akan ada seseorang yang menyambutnya nanti di bagian tersebut. Tapi Tee sama sekali belum menemukan ruang bagiannya.

"A... anu..." Tee memberanikan diri menyapa seorang laki-laki chubby. "Bagian pembelian dimana ya?"

Laki-laki chubby itu menautkan alis, lalu memindai penampilan Tee. "Apakah kamu... Tanapol Jarujittranon?" tanyanya.

"Iya, P'," jawab Tee.

"Jangan panggil P', aku lebih muda satu tahun," kata laki-laki chubby itu. "Perawat Sangpotirat, panggil saja Krist, P'."

"Tee, krub." Tee tersenyum. "Tidak perlu memanggil P', kamu lebih senior disini."

Krist terkekeh. Tawanya mengingatkan Tee pada Copter, wajah mereka sama-sama memiliki lesung pipi. Namun milik Copter lebih deep dimples. "Mari, aku antar ke bagian pembelian."

"Ah, terima kasih," kata Tee.

Krist itu tipikal orang yang ramah dan supel. Tee merasa nyaman bertemu dengannya.

"Ini bagian pembelian." Krist menunjuk sebuah ruangan.

Ruangan itu cukup besar dengan delapan desk meja kantor lengkap dengan komputer dan peralatan kantoran di atasnya. Dingin air conditioner terasa jelas bercampur aroma mint yang menyegarkan. Empat laki-laki di ruangan itu menoleh ketika Krist menyapa mereka.

"Biar aku perkenalkan. Ini ada Fiat Pattadon, Nammon Krittanai, Guy Sivakorn, dan Oaujun Khunatipapisiri." Krist menunjuk satu-satu laki-laki disana.

Mereka tersenyum ramah.

"Ini Tee Tanapol," gantian Krist mengenalkan Tee.

"Sawadhee krub." Tee tersenyum.

"Krub~!" jawab mereka kompak.

Tee dan empat laki-laki itu rasanya cepat akrab. Hingga...

"Ada apa ribut-ribut disini?" tanya sebuah suara baritone menggema. Seketika yang berada di ruangan itu membatu.

"Ah- err... sedang perkenalan karyawan baru, khun." Krist mengawali pembicaraan.

"Oh, ya sudah. Segera bekerja," kata pemilik suara baritone dingin. Bahkan pemuda itu tidak mau repot-repot menyapa Tee selaku wajah baru di perusahaan.

Tee menatap pemuda pemilik suara baritone itu. Tampan, Tee akui. Wajah dan tubuhnya bagai titisan dewa Apollo. Namun, hawa disekitarnya... oke, Tee bukan orang yang bisa melihat aura seperti Copter, tapi Tee yakin, Copter bisa pingsan jika melihat pemuda ini. Auranya terlalu gelap dan mencekam. Mukanya datar tanpa ekspresi.

Nani? [2Moons crack pair]Where stories live. Discover now