Chapter 21 - Luka yang Tersembunyi

2.4K 128 8
                                    

Cukup senyum,tawa,dan air mata bahagia saja yang menghiasi wajah cantikmu,jangan yang lain.

***

Setelah beberapa jam waktu dihabiskannya untuk menunggu seorang gadis yang saat ini terbaring lemah dihadapannya,kini semuanya telah membuahkan hasil

Semuanya membuat Devan merasa lega saat kelopak mata gadis yang sejak tadi ditatapnya telah terbuka.Bagaikan kupu-kupu yang melihat bunga bermekaran dan menyeruakkan aroma khasnya meskipun,Devan tau bahwa ada luka yang tersirat dari tatapan mata itu

"Enghh" lenguh Tara lalu mengernyitkan kening nya saat melihat Devan dihadapannya

Bagaikan mimpi,Tara mengerjapkan matanya untuk beberapa kali demi memastikan bahwa sosok yang dilihatnya saat ini adalah kenyataan

"Gimana?udah baikan?" Sahut Devan dengan suara seraknya dan semakin membuat Tara kebingungan.Saat ini saja gadis yang masih terlekat alat bantu pernafasan di hidungnya itu langsung mendudukkan tubuhnya

"Van?kamu kok disini?" Tanya Tara dengan suara pelan

Devan tersenyum,membuat Tara semakin dilanda kebingungan "kenapa lo gak pernah kasih tau gue soal penyakit lo?" Tanya Devan mengalihkan topik pembicaraan

"Penyakit?kamu,," ada jeda saat Tara mengucap kata itu,kepalanya sesaat terasa pusing dan sulit untuk memahami apa yang dilihatnya saat ini

"Lo gak seharusnya menutupi penyakit lo dari orang terdekat lo Ra" ucap Devan dan terbersit aura dingin cowok itu saat mengucapkannya

Tara kembali mengernyit bingung,tampak sekali kalau gadis itu masih tak menyadari maksud ucapan Devan barusan.Dirinya bahkan masih berpikir kalau sosok dihadapannya saat ini bukanlah sosok yang saat ini terekam dengan sempurna dibenaknya

"Ini beneran kamu kan Van?aku lagi gak berhalusinasi kan?ini nyata kan Van?" Tara terus meluapkan seluruh pertanyaan yang sejak tadi mendiami akal pikirannya.

Air mata lalu mengalir indah dari pelupuk mata Tara saat ini.Wajahnya bahkan sangat mirip seperti anak yang mendapat hadiah dari orang tuanya.

Setidaknya,inilah sosok Tara sebenarnya yang dengan pandainya cewek itu sembunyikan dihadapan Devan.

Rapuh.

"Sejak kapan lo menderita penyakit asma kronis?kenapa lo gak pernah bilang sama gue?apa gue emang harus tau saat penyakit lo semakin parah?atau mungkin,sudah gak tertolong lagi?" Tanya Devan membalas pertanyaan Tara yang sebelumnya

"Siapa yang kasih tau kamu kalau aku sakit?" Lagi dan lagi,tampaknya tak ada jawaban yang dapat terungkap dari mulut keduanya.Mereka hanya saling berbalas pertanyaan bukan jawaban

"Jawab pertanyaan gue ra"

Tara kembali terdiam,namun sesaat kemudian gadis tersebut lalu menghembuskan nafas pelan dan berkata, "aku udah lama menderita penyakit ini,tapi semuanya aku tahu sejak kita pacaran.Kamu boleh bilang kalau aku sosok yang egois dan mungkin kejam dengan semua cewek yang dekatin kamu.Tapi sumpah Van,aku ngelakuin itu karena aku sayang banget sama kamu,aku gak tau kenapa,tapi selain mama dan kak Dicky,cuma kamu orang yang aku harap bisa jaga aku dan lindungi aku"

"Kenapa lo gak sebut bokap lo?" Tanya Devan namun terdengar keraguan dari pertanyaan itu

Jujur,selama Devan dan Tara masih menjalin hubungan,Devan sama sekali tidak pernah melihat sosok ayah Tara barang sedikitpun.Kalaupun cowok itu bertanya,Tara tetap akan menjawab dengan jawaban yang sama bahwa ayahnya sedang dinas diluar kota

"Aku rasa kamu gak perlu tau soal itu Van,gimana pun kamu sebenarnya kamu udah gak berhak untuk peduli sama aku.Kita udah gak ada hubungan apa-apa dan kamu juga udah menjadi milik orang lain" jawab Tara

The Hope (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang