PART 09

2.6K 100 5
                                    

Jangan lupa Budayakan Vote+Comment nya 😁

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Gavin berusaha keras agar tidak terbahak melihat wajah shock Elena. Yang menurutnya sangat menggemaskan. Bahkan Elena terlihat sangat seksi dengan kaos dan boxer kedodoran yang sudah usang itu.

'Apa jadinya kalau gue lepasin kaos dan boxer itu?' pikir Gavin yang sedang melayang, membayangkan Elena tanpa kaos dan boxer itu.

"Elena masuk! Dan ganti baju Kamu!" Perintah Saga menarik Gavin dari pikiran liarnya. Lagi-lagi Gavin harus menahan diri agar tidak mendengus kesal karena Saga secara sengaja merusak imajinasinya.

  Elena sempat menunduk dan melihat kondisinya yang setengah basah, dan.. kondisi itu membuat Underware hitam Elena terpampang nyata. Sebelum berlari kedalam rumah, dengan wajah memerah. Oh.. saat ini Gavin benar-benar ingin mencium pipi merah itu.

"Berhenti menatap Elena seakan Lo mau menelan dia hidup-hidup." Peringat Saga didepan wajahnya, yang tanpa disadarinya ternyata hanya tinggal mereka berdua dihalaman rumah ini.

"No, I'm not!" Bantah Gavin membela diri, yang jelas-jelas sudah tertangkap basah. Saga mengerlingkan matanya sebelum berlalu pergi kedalam rumah.

Sebenarnya beberapa jam yang lalu Gavin, masih berkutat dengan bolpoin dan dokumen-dokumen penting yang harus dipelajari dan harus ditandatanganinya. Saking sibuknya ia berencana akan melewatkan makan siangnya saja. Sampai Sarah menghubunginya.

"Ya.. hallo Ga? Ada apa?" Sapa Gavin.

"Ini aku Sarah," Gavin menjauhkan ponselnya, agar dapat melihat id-called. Yang ternyata memang nomor Saga.

"Aku pakai nomor Saga, karena dia nggak ngijinin aku.nyimpen nomor kamu," lapor Sarah pada Gavin yang disambut cekekehan geli. Dia sangat tau dan sangat paham betapa posesif nya sahabatnya itu.

"Oh iya, emang ada apaan?" Tanya Gavin setelah tawanya reda.

"Jadi gini.. aku mau mengundang kamu makan siang di rumah aku, kamu—" Gavin buru-buru memotongnya dengan berkata
"Sorry Sar, gue banyak banget pekerjaan," ucap Gavin penuh penyesalan.

"Yah.. padahal aku mau kamu sekalian pdkt sama Elena, karena hari ini dia main ke ru—"

"Oke gue otw kerumah Lo!" Potong Gavin lagi, dan kali ini tanpa mau mendengar reaksi Sarah, Gavin sudah memutuskan sambungan telepon, bergegas pergi meluncur kerumah Saga.

  Disinilah dia sekarang duduk berhadapan dengan Elena di meja makan. Dengan senyum yang seakan tak mau lepas dari wajahnya ia terus memandangi Elena yang sedang menyendokkan nasi kemulutnya.

"Ehm.. gimana Vin? Enak nggak masakan aku?" Tanya Sarah dengan senyum jahil, membuat Gavin harus mengalihkan pandanganya dari Elena.

"Enak, pantas saja Saga tergila-gila sama Lo," sahut Gavin sekenanya.

"Gue bakal tetap cinta sama Sarah walaupun masakanya nggak enak," ucap Saga manis.

"Receh Lo Kak!" Timpal Toni yang duduk disamping Elena.

"Makanya cari istri sana!" Toni hampir saja tersedak cumi asam manisnya mendengar ucapan Kakaknya itu.

My Bad Girl (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang