PART 19

1.8K 59 0
                                    

     Budayakan vote yes🤙


   Asap kopi mengepul di ruangan rapat ini, pertanda rapat akan berakhir sebentar lagi. Tak ada yang mengendurkan tingkat kefokusan para peserta rapat diruangkan itu, tak terkecuali Saga. Pengusaha yang terkenal sangat fokus dan teliti dalam segala hal. Namun fokus nya harus terganggu dengan suara deringan ponselnya yang berbunyi nyaring diruangkan itu. Dengan dingin Saga meminta izin mengangkat sambungan telepon itu, karena ada nama Kezia disana.

Setelah berada diluar ruangan Saga langsung menempelkan ponselnya ditelinga.

"Ada apa Kezia?" Tanya Saga langsung.

"Em.. ini kak aku mau ngabarin kalau Elena.. dirumah sakit,"

"Hah? Kenapa dan... Bagaimana bisa?" Sergah Saga cepat.

"Ceritanya panjang kak, susah kalau jelasin di—"

"Oke aku kesana sekarang," potong Saga yang langsung melesat kembali ke ruang rapat.

***

       Saga tengah setengah berlari menuju ruangan Elena yang sudah ia ketahui dari resepsionis tadi. Dan betapa terkejutnya pria itu saat melihat kondisi adik perempuannya yang tengah terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan wajah yang babak belur.

"Siapa yang sudah melakukan ini?" Geram Saga, membuat Kezia dan Tiara menoleh ke sumber suara berbarengan.

"Em.. jadi gini kak..." Kezia menceritakan semua pada Saga, mulai dari masalah video itu sampai pertengkaran Elena dan Rebecca.

"Aku harus buat perhitungan dengan wanita itu!"

"Udah kak nggak perlu, lagian dia udah dapatkan apa yang seharusnya ia dapatkan," Saga hanya menghela nafasnya karena jujur ia pun tak tau apa yang harus dilakukannya pada Rebecca.

"Oke! Terus kenapa Elena belum sadar juga?"

"Kata dokter itu pengaruh obat bius kak,"

"Yasudah kalian boleh pergi!" Perintah Saga seakan Kezia dan Tiara adalah karyawannya dikantor.  Tanpa membantah Kezia dan Tiara menganggukkan kepalanya mengiyakan perintah Saga.

***

       Kedua mata indah itu terbuka, bertubrukan langsung dengan manik mata coklat pekat milik Saga yang tengah menatapnya dengan panik. Ia berusaha memberikan senyumnya, namun perih yang Elena rasakan disudut bibir, membuatnya mengurungkan niatnya.

"Kamu mau apa? Atau ada yang sakit?" Tanya Saga yang gagal menyembunyikan kepanikannya.

"Ha.. haus," dengan segera pria itu mengambilkan gelas yang ada di balas. Segarnya air yang mengalir melewati tenggorokan membuat Elena mendesah lega.

"Lagi?" Tawar Saga, yang dibalas gelengan lemah oleh Elena.

"Ada yang sakit?" Elena kembali menggeleng.

"Apa luka ku parah?" Tanya Elena penasaran.

"Tidak parah, hanya sobek dibibir dan pelipis, memar di pipi dan tulang pipi, hidung patah dan pergelangan tangan retak," sarkas Saga, membuat Elena mengulum senyum nge ngeri. Dia tak pernah tau kalau Rebecca punya tenaga sebesar itu.

"Kenapa kamu nggak melawan?" Elena hanya menatap datar pada Saga.

"Dia.. lebih kuat,"

"Setahu kakak sekuat apapun lawan kamu, kamu nggak pernah mau kalah? Apalagi ini sama Rebecca," desak Saga, Elena menghela nafasnya. Percuma ia mengelak kakaknya ini terlalu mengenalnya dengan baik.

"Fine aku memang mengalah dari Rebecca,"

"Kenapa?"

"Aku merasa bersalah kak, karena aku mungkin Rebecca sekarang udah di DO, bener kata Tiara aku udah buat impian orang lain hancur."

My Bad Girl (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang