» roku «

12.8K 3.4K 559
                                    


sanha terus ngelamun dari sore hingga malam. dia masih kepikiran masalah mayat-mayat itu, terutama dengan kondisi mereka saat meninggal.

mata biru dan taring tajam. sebenarnya mereka itu apa?

sanha juga mikirin tentang motif pembunuhnya. pasti selalu ada motif dalam setiap kasus 'kan? anehnya, kasus pembunuhan ini datang tiba-tiba banget. dan korban juga anak baik-baik.

pembunuhnya nggak ngebunuh hanya karena seneng-seneng doang 'kan?

ah, sanha jadi pusing. yang dilakukan cowok itu daritadi cuma nyoret-nyoret kertas hvs dengan asal.

ia melirik coretannya, kemudian mendengus.

"gue gambar apa sih? nggak jelas banget." ucapnya pada diri sendiri seraya melirik kertas tersebut.

di kertas itu terlihat gambar amburadul yang dibuat sanha. sebuah kotak dengan titik bulat hitam di tengah dan hiasan hiasan serupa petir di sekelilingnya.

nggak jelas? emang.

"sanhaaaa, makan woiii!" suara cempreng haechan terdengar dari luar, nggak lupa haechan juga ngegedor-gedor pintu kamar sanha dengan brutal.

"nyantai boss." seru sanha nggak kalah kenceng, namanya juga sama-sama toa.

sanha pun bangkit lalu membuka pintu, ia mendapati haechan berdiri di depan kamarnya dengan menggunakan celemek dan muka belepotan.

"lo..abis ngapain?" tanya sanha curiga.

"masak." jawab haechan polos. "abis lo semua pada ngedekem di kamar. gue laper, yaudah masak sendiri aja. tapi yah gini-gini gue mah setia kawan, jadi sekalian gue masakin."

sanha ngedip-ngedipin matanya. masih nggak percaya kalo haechan masak, biasanya pemuda lee itu selalu merengek untuk dibikinin makan sama sanha kalau ia lapar.

tapi sekarang, seorang lee haechan masak sendiri?

wow. ajaib.

"ayok cepet gak usah bengong! yang lain nungguin." haechan dorong sanha supaya cepet jalannya.

"iya iya." balas sanha males.

maklum, pikirannya lagi kemana-mana. mulai dari kasus pembunuhan sampe keajaiban haechan yang bisa masak.

di ruang makan, jeno, jaemin, jinyoung, serta renjun sudah duduk sambil mengernyitkan dahi.

mau nggak mau, sanha pun duduk di sebelah renjun. sementara haechan berlari kecil menuju dapur untuk mengambil hasil masakannya.

"woi," sanha melirik temannya satu persatu. "haechan masak?"

jaemin tiba-tiba mengambil plastik yang dia sembunyikan di bawah meja makan.

"nih, gue udah siap plastik takut makanannya nggak enak, ntar tinggal gue muntahin."

sanha ngeliat mata renjun yang berbinar. "mau dong satu!"

ia juga nggak mau kalah, sanha langsung ngangkat tangannya. "gue juga minta!"

"yeuu ambil lah sendiri." balas jaemin sambil meletin lidah.

"jahat anjir lo semua." ucap jeno seraya geleng-geleng kepala, ngerasa kasian sama haechan.

"tapi emang bener sih, no." celetuk jinyoung. "gue juga mau dong, ngambil dimana plastiknya?"

"di lemari banyak."

baru aja sanha mau lari ke lemari buat ngambil plastik, haechan datang sambil bawa dua piring makanan di tangannya.

"ini buat kita berlima."

haechan naruh piring pertama yang ukurannya besar.

"ini khusus untuk jaemin karena nggak pake bawang."

piring kedua yang porsinya jauh lebih sedikit haechan taruh tepat di depan jaemin.

sanha melongo. "lo yang bikin nih?" tanyanya sambil ngeliat nasi goreng bikinan haechan.

dengan sombong haechan mengangguk.

"cobain, pasti enak."

mereka semua ragu, tapi mau nggak mau ngambil sendok dan nyuapin nasi goreng itu ke mulut masing-masing.

"kok enak?" tanya sanha nggak percaya.

yang lain mengangguk setuju.

"iyalah, haechan mah udah jago kalau soal ngeracik." cowok itu membanggakan dirinya sendiri.

"dih songong."

:::


































sanha—yang lagi sendirian di perpustakaan mendadak didatangi oleh beberapa kakak tingkatnya. serem sih, tapi mau gimana lagi? sanha nggak bisa menghindar.

seakan tahu maksud kedatangan mereka, sanha menoleh.

"mau nanyain tentang kak eunwoo?" tanyanya to the point.

bukan mau bersikap kurang ajar atau apa, tapi sanha sudah cukup lelah ditanyai ini-itu.

pinky, rena, dan yuto mengangguk.

"kenapa selalu lo yang nemuin mayat korban?" tanya rena dengan tatapan menyelidik.

sanha hanya mengangkat bahu. "kebetulan, mungkin?"

"lo nggak liat siapa pelakunya?" tanya yuto.

entah kenapa sanha merasakan aura aneh dalam diri cowok itu.

"nggak." jawabnya.

"mata biru dan taring. lo tahu apa itu?" pinky bertanya.

"maaf kak, saya nggak tahu apa-apa. saya cuma nemuin mayat mereka. nggak tahu mereka itu apa atau siapa pembunuhnya." jawab sanha tegas. "permisi, saya duluan."

dalam hitungan detik, sanha langsung mengemasi barang-barangnya dan dengan cepat meninggalkan perpustakaan.

"gue yakin dia beda." guman rena.

"maksud lo?" pinky menautkan alisnya heran.

"lo pernah denger tentang banshee?"

pinky mengangguk.

di lain sisi, yuto melihat sebuah kertas milik sanha yang tertinggal. kertas coretan cowok itu, dimana di kertas tersebut ada gambar kotak dengan titik bulat dengan hiasan petir di sekelilingnya.

iya, gambar yang sama dengan semalam.

"dia beneran banshee."

yuto membuka suaranya seraya mengangkat kertas itu, menunjukkannya pada pinky dan rena.

:::

perché : [4] scream king ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang