2

136 40 42
                                    

[A.N : Khusus part 1 revisi-acak]

ΔΔΔΔ

Disinilah aku, di lapangan basket tempat seluruh murid duduk dengan perasaan gelisah untuk menunggu nama mereka disebut dari bu Etik, guru BK (bimbingan konseling).

Aku Anya Alfianza Ningrum duduk bersama teman kelas tujuh ku dengan perasaan gelisah, acara pembagian kelas ini sudah menjadi tradisi setiap tahun yang akan diadakan setelah ujian kenaikan kelas.

Mereka yang dipastikan pisah dari teman lamanya adalah hal yang tidak disukai karna saat berada di kelas yang baru mereka harus memulai dari nol, bercengkerama dengan suasana baru, teman baru, dan tentunya pelajaran baru yang lebih menantang.

Aku menunduk sambil memanjatkan doa agar teman akrabku kelas tujuh salah satunya sekelas denganku, disamping ku terdapat Kartika dengan wajah lesu, di belakangku terdapat Sandra dan Eva dengan ekspresi yang tidak bisa di artikan, sekejap terlihat tenang sekejap terlihat gugup campur gelisah. Mereka adalah teman akrab ku kelas tujuh, dan harapanku salah satu dari mereka adalah bisa sekelas lagi.

Terdengar bisik-bisik dari murid lain, salah satunya mereka takut kalau tak menemukan teman di kelas baru nanti.

"Adela Lifia, kelas delapan H" persaanku semakin tak karuan saat salah satu temanku di panggil dan dimulai dari absen pertama, sedangkan aku adalah absen ketiga.

"Adinda arsya, kelas delapan A" aku menarik lengan Tika, dan saat itu juga Eva langsung merangkul ku memberikan quotes  yang masuk dari telinga kanan dan langsung keluar dari telinga kiri, aku tidak bisa mencerna perkataan mereka karna pikiranku ntah seperti tertutup mengingat keringat dingin bercucuran, satu yang pasti aku harus menerima kenyataan yang ada.

"Anya Alfianza, kelas delapan E"
DEG! jatungku berdebar tak karuan, sedangkan di barisan kelas delapan E hanya terdapat dua orang asing yang tidak aku kenal.

"Yeayyyyyy yeayyy" terdengar hiruk piruk dari barisan sebelah yang memungkinkan perasaan bahagia mereka bertemu dengan teman lama nya.

Aku sendiri, berdiri sendiri dibelakang dua orang asing di depanku, perempuan dan laki laki itu. Aku melihat teman teman ku di lapangan basket yang menatapku nanar, seperti ada perasaan tersirat dari mereka.

"Kartika Yura Aputri" nama itu terdengar di indra pendengaranku, aku memejamkan mata berharap satu teman tomboy ku ini berada di kelas yang sama denganku. 

"kelas delapan E" baik! Aku bersyukur Tuhan mengabulkan permintaan ku, aku melihat ke arah Tika yang berdiri lalu berlari dan BGUH! Tika memelukku, perasaan apa ini? Senang atau biasa saja, tapi yang pasti aku lega bisa bersama Tika meskipun Sandra dan Eva berbeda kelas denganku.

Satu jam kemudian, acara pembagian kelas ini selesai dan aku bersyukur juga Sandra ternyata di kelas delapan D hanya sebatas tembok dengan kelasku. 

Semua murid yang sudah di tentukan kelasnya berhamburan memasuki kelas barunya, sedangkan aku malas beranjak karna isi kelasnya adalah orang asing mungkin Tika sama denganku.

"Nya, ke kelas I ayo!" ajak Tika yang langsung berjalan duluan, dan yang aku tau kelas itu adalah kelas yang dimasuki oleh Eva. 

Aku mengikuti Tika dan langsung berjalan bersampingan dengannya, Kami sepanjang perjalanan kebanyakan di tatap oleh kakel dengan tatapan aneh, atau mungkin gara gara hubungan ku dengan kakel tersebar.

Memang aku sekarang menjalin hubungan dengan kakel yang sekarang dia kelas sembilan beda setahun denganku, dia adalah Bayu.

Dua bulan aku menjalin hubungan dengannya, tiga bulan juga aku mengenalnya lebih dekat dan akhirnya memutuskan untuk menjalin hubungan, meskipun dalam agama pacaran itu dosa.

Mencintai dan dicintai itulah kondisi ku sekarang dengannya, aku tau resiko mencintai dan aku tau rasanya dicintai oleh seseorang.

"Heh! Ngelamun aja" bentak Tika sambil menonyor kepalaku, hanya bercandaan.

Aku mendengkus kesal lalu menatap kelas di depanku, ramai gaduh terdengar sampai telingaku, sedangkan Tika terus terusan memangil Eva seperti anak ayam kehilangan induknya.

"Nyaaa!! Bantuin manggil masya allah"

"Yeee suara lo kek toa tau! Gede cempreng" ejekku

"Cepetan, ntar keburu bu Erna masuk kelas,lo gatau katanya orang itu kiler.buruan sana!" Tika menarik lenganku untuk mendekat ke arah pintu kelas itu, logika nya sih ngapain teriak kan bisa nyuruh teman sekelasnya untuk manggil Eva.

"Ngapain?" tiba tiba suara bariton membuatku menoleh sama halnya dengan Tika.

"Eh e-lo, panggilin eva, plissss" ucap Tika sambil mengandalkan Puppy eyes nya.

Cowok itu langsung melengos mencari Eva dan yang aku lihat Eva sedang berbincang bincang dengan teman baru nya.

Tiba tiba..  TETTT TETTTT TETTT

"Eh bel tuh" ucap Tika sambil menarik lengan seragamku

"Ealah, jamkos pasti" ucapku sambil melambaikan tangan ke Eva

"Jamkos udelmu! Bu Erna ini guru kiler dan displin gak mungkin jamkos, kita juga belom milih tempat duduk, masya allah" tuturnya gelisah

Aku hanya menatap nya kesal, menghiraukan Tika yang bertingkah seperti cacing kepanasan.

Segini dulu ya! Terimakasi.. 
Kepo in yuk cerita selanjutnya:))

Two Years AgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang