3

83 37 30
                                    

Yeeeeeayyy lanjut cerita lagiya:))

-kepoin-






"Vaaa sini!!" teriakku sambil melambaikan tangan ke arahnya

"Kalian ngapain, bel tuh!" ucapnya sambil tergesa gesa

"Tau nih, ayok nya cabut!" Setelah Tika berseru, dia langsung berlalu menghiraukan teriakan Eva

"Bye bye makk!" teriakku sambil berlari ke arah Tika

Perasaanku mulai kacau, aku gugup memasuki kelas yang diam seribu bahasa, dilihat dari kejauhan mereka menunduk seperti menulis sesuatu, aku melihat Tika yang sok tenang ketika berjalan di depan kelas, dan saat itu juga langkah kaki ku berhenti ketika semuanya melihat ke arah ku dan Tika, kami mengucapkan salam dan melihat ke meja guru namun ternyata Bu Erna yang di juluki Guru super kiler dan disiplin itu tidak ada di meja guru, bahkan meja itu kosong kecuali vas bunga kelas.

Aku menghela nafas lega begitupun Tika, kami melihat seluruh meja namun hanya satu meja kosong di bagian depan dekat pintu, aku menarik Tika ke meja itu dan yang aku tau Tika sama sekali tak menyukai bangku di barisan depan.

"Di belakang aja nya!" kata Tika saat aku menarik lengannya

Aku menghiraukan nya, bukan karna cuek atau gimana, tatapan semuanya itu yang membuatku merasa risih. Aku langsung duduk sedangkan Tika hanya menatap ku malas.

"Nya suruh ngerjain apa sih?" tanya Tika sambil membuka tas nya

"Elo tanya gue? Gue kan dari tadi ngikut elo, yaa mana gue tau Tik" tuturku

"Tanya sama anak belakang sono!" pintah Tika, aku mengangguk samar

"Eee-hai! Ada tugas apa ya?" tanya ku sedikit gugup

"Nulis surat pendek beserta artinya trus dikumpulkan" jawab seorang cewek berbadan kecil sambil tersenyum

"Makasiiii" seruku

Aku berbalik badan lalu menghadap ke Tika yang ada di samping kiri ku.

"Bawak juz ama gak lo?" tanya ku, karna aku lupa gak bawak, lebih tepatnya juz ama ku ketinggalan di kolong meja kelas tujuh

"Hah?" Ini Tika budeg

"Bawak juz ama gak looo!" teriakku di telinganya, sungguh anak satu ini membuatku malu

"Enggak, emang suruh ngapain?" tanya nya sambil menggaruk tengkuk nya yang gatal, mungkin.

"Nulis surat pendek, artinya, dikumpulkan, udah"jawabku

"Gilaaaaaa, surat pendek itu banyak" matanya melotot saking kagetnya. i-ya pantas kalau kita agak kaget dengan cara mengajarnya beliau, karna di kelas tujuh aku dan Tika gak di ajar sama guru kiler itu.

"Trus gimana dong, kita ga bawak juz ama" ucapku cemas, takut di marahi kalau tau kita gak ngerjakan.

"Pinjem ke perpus yuk" ajak Tika. Aku melongok melihat keadaan perpus dari kelas, memang keberadaan perpus dari kelas keliatan jelas, hanya bersebrangan dengan lapangan basket.

"Yauda yuk, umpung sepi" Tika keluar kelas duluan karna aku paksa, sedangkan aku menatap semua murid yang sekelas denganku itu menatap kami berdua dengan tatapan penuh tanda tanya, mungkin melihat kami keluar kelas itu yang membuat mereka sedikit bertanya dalam benaknya. Mungkin saja.

Tika menunggu di depan kelas dan aku segera berjalan cepat keluar, namun ketika aku berada di depan kelas aku menengok ke belakang lebih tepatnya ke kelas 8D, disana sandra sedang duduk manis mendengarkan percakapan Ibu Guru yang belom aku tau namanya.

Memang sulit membedakan para Guru  disini, bahkan namanya banyak yang hampir sama.






Dikit ya? Hehehe sengaja emang:V biar part nya banyakk:))

Kepoin trus ya!

Two Years AgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang