6

56 28 22
                                    

Lanjuttt yukkkk ayukkk



Masih belom ketemu konflik nya:))
Masihhh lamaaa, hehehe:v










Sabarrr ya:D








TETTTTTTT... TETTTT.. TEEETTT..

Hari ini hari kedua, katanya sih sekarang waktunya pemilihan pengurus kelas, kemaren wali kelasku lagi ada acara.

Wali kelasku masuk sambil tersenyum ke kami, aku dan Tika yang sedari tadi kepoin wali kelasnya ternyata sudah mempunyai cucu.

"Assalamuallaikum" sapa beliau

"Waalaikumsalam" jawab kami serempak

"Ada yang sudah tau saya siapa?" tanya Beliau sambil tersenyum merekah meskipun kulit nya sudah memasuki kelas keriput

Hening tak ada jawaban sama sekali, namun beberapa menit kemudian terdengar celetukan dari seorang siswa yang aku tak tau namanya, namun badannya yang besar berisi bahkan perutnya seperti Galon.

"Guru" celetuknya, pelan namun kedengaran sampai telingaku, mungkin beliau juga mendengar nya.

"Baik, perkenalkan nama saya Wiwik Hariyati, panggil saja bu Wiwik. Saya mengajar mapel ips"
Jelasnya di depan kami

Kami hanya ber-oh ria, mungkin bingung mau merespon gimana, aku pun hanya diam sebagai pendengar yang baik.

"Kalian sudah tau rumah saya? Mungkin ada yang mau bertamu" katanya

Satu anak mengangkat jari telunjuk nya, mengatakan bahwa ia tau rumah beliau dan beliau pun mengiyakan sebagai jawabannya.

"Kalian sudah terbentuk pengurus kelas?" tanya nya yang kemudian beranjak duduk di kursi khusus untuk Guru.

"Belom" jawab sebagian murid secara bersamaan.

"Gimana sih! Kalian itu udah besar! Harus mandiri, masa saya kemaren ada acara kalian gabisa bentuk pengurus sendiri, harus ya sama wali kelas?" tuturnya keras namun tegas.

Kami diam tak ada yang berani merespon beliau, bahkan berkutik sedikitpun tak berani.

"Harus nya jatah Free kalian kemaren dibuat untuk bentuk pengurus, liatt!! Kelas lain udah bentuk pengurus semua, masa jam saya di habiskan buat bentuk pengurus aja!" jelasnya.

Free? Free apanya, kemaren aja tugasnya segunung dibilang Free.
Batinku.

Diam.. Hening..  Cuman ada suara semilir angin dan daun yang jatuh karna di terpa angin.

Bu wiwik yang masih stay dengan amarahnya, kami juga masih stay dengan keheningan dan disibukkan dengan pikirannya masing masing.

"Yasudah, biar saya bantu kalian bentuk pengurus kelas. Langsung angkat tangan! tidak usah musyawarah karna saya memakai satu jam buat bentuk pengurus kelas. Mengerti?" tuturnya tegas

"Mengerti" jawab kami

"mulai dari ketua kelas. Hmm.. siapa yang mau jadi ketua kelas?" tanya bu wiwik yang mencoret coret kertas ntah apa yang beliau tulis

Tiba tiba saja, suasana kelas yang tadi hening menjadi gaduh, terutama laki laki di bagian barisan belakang yang sibuk menyuruh teman satu sama lain untuk menjadi ketua kelas.

"Diam?! Cukup angkat tangan bukan mulutnya yang angkat bicara!" Beliau menatap kami dengan tajam

Diam..  Hening..  Kembali menyelimuti kami, masih tidak ada yang mengajukan diri untuk menjadi ketua kelas.

Beberapa menit kemudian, salah satu laki laki di barisan belakang mengangkat tangan tanda ia mengajukan diri sebagai ketua kelas dan kami semua bisa bernafas sedikit lega.

"Wakil?" tanya beliau datar.

"Saya bu!" lantang dan keras membuat kami semua menoleh ke belakang melihat siapa yang berani mengeluarkan suara sekeras itu. 

Dan yaaa! Mereka mirip! Bahkan hampir kembar! Wajahnya! Atau memang kembar?  Pikirku.

"Oke. Ketua kelas dan wakil siapa namanya?" tanya beliau sambil mencoret coret kertas itu lagi

"Saya Aklal dan wakil saya Arya" ucap ketua kelas yang namanya adalah Aklal.

"Sekretaris?" lagi lagi hening.. 

"Ssuttt he Nya, lo aja sana, kan lo mantan sekretaris" bisik Tika yang mengisi indra pendengaranku.

Aku masih gugup, dan sebenarnya malas jika menjabat menjadi sekretaris lagi, bahkan di kelas tujuh tugas sekretaris membuat suara ku menjadi serak, yang tanya agama ini lah, asal sekolah ini lah, trus nanti ditulis yang disini disitu, bahkan ketika ada lomba antar kelas, aku yang harus maju mengatakan ini itu, sementara aku menyerukan dengan suara keras namun sebagian dari mereka malah bergurau sendiri, jadi harus mengulangi lagi.  Begitulah..

"Kamu aja" ucap seorang cewek berkacamata di seberang kanan bangku ku sambil menunjuk ku

"Gak ah" jawabku pelan

"Kalau tidak ada yang mengajukan diri, saya tidak akan masuk kelas selama sebulan" kata beliau datar.

Yaela, ngambekan. Batinku.

"Nya cepet! Marah tuh guru gada yang mau!" ucap Tika sedikit keras, sehingga Bu wiwik menoleh ke arah kami berdua, dan disitulah aku bertatapan dengan beliau, sementara aku langsung mengalihkan pandanganku.

"Nya cepet ah!" desak Tika sambil menyenggol lenganku.

"Sudah? Benar? Tidak ada yang mau?" tanya beliau yang semakin membuat kami diam seribu bahasa.

"Nyaaa,  lo mah mau kalau orang tuh gak ngajar selama sebulan?" tanya Tika yang semakin mendesakku.

"Kan ada yang lain Tik, gue ogah jadi sekretaris lagi" ucapku pelan.

"Nyaa gak bakal ada yang angkat tangan, lo aja cepet!" Tika semakin mendesakku, dan saat itu aku pasrah menuruti kemauan Tika.

Hendak saja ingin mengacungkan tangan, namun sudah ada yang mengacungkan terlebih dahulu dan aku bisa bernafas lega.

"Kamu jadi wakil saja! Sekretaris nya harus cewek!" ucap Bu wiwik yang membuatku menatap beliau tak percaya, padahal cowok cewek sama aja.

Karna dia cowok, dia dijadikan wakil sekretaris dan sekretaris nya harus cewek.

"Nyaa!! Lo aja!" celetuk Tika

Akhirnya aku hanya bisa pasrah, karna memungkinkan tidak ada yang mau menjadi sekretaris. Jika ada pilihan antara sekretaris dan bendahara mending aku memilih bendahara ketimbang sekretaris.








Sebelum lanjut ke cerita nya lagi, usahain vote ya man teman:D

Terimakasi:))

Two Years AgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang