Hampir satu jam kami menikmati alun-alun apalagi di tambah suasana nyanyian band ntah lah band apa itu..
"Eh bentar deh" ucap mas Bayu sambil merogoh kantong celana nya.
"Kok gak ada" ucap nya lagi
Aku semakin bingung melihat gelagat nya sampai sedikit takut dengan ekspresi gelisah nya.
Jangan bilang kunci nya ilang, batinku.
"Sini tas mu" aku menyodorkan tas ku dan dia mulai merogoh tas ku.
"Kenapa mas?" tanya ku.
"Kok nggak ada di tas mu" gelisah nya.
"Apanya sih?" tanya ku yang ikutan gelisah.
"Kunci motor, hehehe" Kata Bayu sambil cengingisan.
"Kan aku udah bilang tadi mas! Yauda ayo di cari" ucap ku kesal.
"Tadi udah aku masukin kantong sini trus gak ada" Kata nya dengan nada seperti memelas.
"Yauda di cari!"
Saat memutari jalan yang tadi aku putari, sampai tiga kali memutar sambil melihat bawah kanan kiri, tumbuhan atau pun kursi taman, hasilnya nihil, tak ada kunci motor.
"Awas aja kalau masih kepasang di motor!" ucap ku kesal, bukan kesal sih cuman takut gabisa pulang.
"Kan aku lupa.." rengeknya.
"Aku tadi udah bilang se di parkiran" ucap ku greget.
"Iya iya maaf"
"Liat di parkiran aja" ujarku.
Kami pun berjalan menuju parkiran, aku takut kalau misal nya kunci motor itu memang masih kepasang trus ada orang jahat yang membawa motor nya, meskipun ada tukang parkir.
"Loh mas motor nya dimana?" tanya ku yang tiba di parkiran namun tak melihat motor nya.
Pikiran ku mulai kebayang yang negativ, dan itu membuat rasa takut ku semakin menjalar.
"Itu lo" tunjuk nya ke arah motor hitam itu.
"Alhamdulillah" ucap ku pelan.
Aku langsung berjalan sedikit cepat dan melihat ada kunci yang masih gantung di sana.
"Nih apa!" ucap ku keras sambil mencabut kunci motor nya.
"Maaf hehehe"
Malah ketawa.
"Hati hati mas, untung kunci motornya ketemu" ucap tukang parkir yang tiba tiba ada di sampingku.
"Iya pak hehehe" ucap nya sambil cengingisan.
"Gini ni, untung kan ketemu kalau gak, mana bisa kita pulang, tadi udah aku ingetin malah gak di dengerin!" tutur ku.
"Kalau di kasih tau itu dengerin!" ucap ku sambil menjiwit lengan nya, karna dia malah asyik melihat orang yang lalu lalang.
"Bukan di kasih tau, tapi di omeli" kata nya sambil menatap ku ganas.
"Yakan sama aja!" ucap ku tak mau kalah.
"Dasar cerewet" ucap nya sambil menjiwit pipi ku.
"Mas! Diliatin orang, astagfirullah lepasin!" ronta ku sambil menarik tangan nya di pipi ku.
Namun tenaga nya lebih kuat daripada aku.
Terima kenyataan aja, kalau cowok memang tenaga yang kuat tapi kalau cewek perasaan nya yang kuat. Setuju?
Setelah di melepaskan jiwitan nya, aku langsung duduk di depan air mancur, berjarak sekitar 10 meter.
Aku duduk sambil melihat air mancur, dan dia mengikuti arah mata ku.
Kami duduk dalam diam, sibuk dengan pikiran nya masing-masing sedangkan jam masih menunjukkan pukul 10.15 bahkan orang jualan es sudah banyak mengingat terik matahari menyeluruh di sudut alun-alun ini.
"Nya mau es?" tanya nya.
"Enggak haus"
"Tapi aku haus"
"Yauda beli sana"
"Anterin.." rengek nya.
"Manja" ucap ku kesal.
"Biarin" dia langsung menarik ku sedangkan aku mengikuti nya saja, sebab percuma ngelawan.
"Pak es nya dua"
Dia membeli es pelangi sedangkan aku tak pernah mencicipi.
"Mas enak ta?" bisik ku.
Dia mengangguk semangat, dan dia langsung menyodorkan uang sepuluh ribuan.
ΔΔΔΔ
Tinggalin bintang ya:))
Silahkan yang mau menjadi komentator, aku terima dengan senang hati😊
Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Years Ago
Teen FictionDari dua tahun yang lalu, seorang Anya Alfianza Ningrum bertemu dengan sosok persahabatan yang membuatnya menemukan lika liku persahabatannya, namun semuanya seperti pelangi! Ada-Indah-Menghilang. [N.B : Khusus part 1 revisi-acak]