Melewati lapangan basket yang begitu terik, Tika teriak begitu aja untung teriakannya gak kayak spikernya masjid, GEDE!.
"ASTAGFIRULLAH" ucapku sambil menepuk pundak Tika lalu berjalan begitu aja meninggalkan Tika yang ntah kenapa? Anya tak mengerti dengan jalan pikirnya Tika.
Sesampai di pintu perpus aku melongok dan berakhir dengan nafas lega ketika aku tau tak ada kakel di perpus, di tempat peminjaman buku disana terdapat wanita paruh baya yang menjaga perpus serta bapak tua juga di ujung meja peminjaman.
Tika langsung menarikku berjalan mendekat ke arah wanita itu dan saat itu Tika langsung menyentilku seperti memberi kode, namun itulah aku Anya Alfianza Ningrum yang kurang peka dengan begituan, bisa dibilang punya penyakit yang tidak peka terhadap kode seseorang, siapapun itu.
"Cepet ngomong" bisik Tika ketika ia tau bahwa aku tak mengerti kode nya.
Dasar tomboy tomboy an, gumamku.
"Ada apa?" tanya seorang wanita paruh baya itu
"Eeee-ini bu, saya mau minjam Juz Amma" kataku sedikit gugup
"Kelas berapa?" tanya beliau sambil mengambil buku peminjaman.
"Delapan E" saut Tika dan aku hanya mendengus kesal.
Cecunguk gawaras, batinku.
"Loh delapan E? Tadi udah minjam 18 Juz Amma, udah gabisa minjam lagi" tuturnya datar.
Mendengar itu, wajahku memelas bahkan Tika sama halnya, lesu begitu saja.
Aku melihat tumpukan Juz ama banyak di meja, bahkan buat kami malah kelebihan, cuman butuh dua padahal. Pikirku.
"Udah sana kembali ke kelas, minjam di kelas lain atau sebangku satu Juz Amma" celetuk bapak tua ber-uban, dan dari situlah aku tak menyukai bapak tua ini.
Aku menarik lengan Tika, setelah di depan aku melepaskannya dan berjalan dengan keadaan hening.
Aku memasuki kelas dan menghiraukan tatapan tanda tanya dari teman sekelasku, bahkan tak segan segan mereka mendongak bersama an demi melihat ntah apa yang dilihat dan dipikirkan mereka.
Aku duduk begitu pula Tika, aku melihat semua begitu tekun mengerjakan tugas, ada juga barisan belakang gaduh dan ramai sendiri, terutama para kaum adam.
Aku membalikkan badan, melihat meja belakangku terdapat dua cewek yang aku sapa tadi, dan satu nya aku tanya tentang tugas ini.
Aku membalikkan badan lalu, "Hee Tik, suuut suuttt, sini kupingmu" bisikku
"Apa?" tanya nya pelan juga
"Pinjemin Juz Amma sama cewek dua belakang tuh, pinjem satu buat kita,buruan" pintahku pelan dekat telinganya
"Ogah, lo aja gue ga kenal" ucapnya lalu menelungkupkan kepalanya dengan tangannya
KAMPRETTT!! Teriakku tepat di telinga Tika, dan menghiraukan tatapan mereka semua.
Tika langsung berdiri sambil menatapku sinis, aku hanya tersenyum manis sambil mengedikkan mata ku.
Aku memberanikan diri untuk meminta bantuan dua cewek di belakangku, ntahlah... terserah mulutku mau berkata apa.
"Emmm boleh pinjam Juz Amma nya?" tanya ku yang sudah menatap mereka seperti memohon.
"Ehhhh, cuman ada satu ya, boleh gabung?" tanyaku semakin gugup ketika tau Juz Amma nya ternyata cuman satu.
"Boleh, sini sini" ucap seorang cewek berbadan sedikit berisi sambil ia meminggirkan peralatan yang tidak terlalu penting kecuali buku, pensil, dan penghapus.
"Makasii yaaa!" ucapku dengan mata berbinar
Ucup ucup:"v
Makasi ya:))
Bosen ya? Maaf
Absrud ya? Iya
Baru pertama kali hehehe.. (pantesan) :))
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Years Ago
Ficção AdolescenteDari dua tahun yang lalu, seorang Anya Alfianza Ningrum bertemu dengan sosok persahabatan yang membuatnya menemukan lika liku persahabatannya, namun semuanya seperti pelangi! Ada-Indah-Menghilang. [N.B : Khusus part 1 revisi-acak]