7. a Deadly Kiss

10.5K 1.2K 124
                                    

Pagi ini Keana tengah sibuk berada di dapur kecilnya selagi ia tengah menyediakan roti panggangnya untuk sarapan. Hari ini dia tak ada jadwal apapun kecuali pergi bekerja, jadi dia bisa menyelesaikan tugas kuliahnya secepat mungkin setelah pulang bekerja, lalu pergi tidur kembali. Setelah memanggang rotinya, ia beralih untuk mengambil minumannya di dalam kulkas. Namun, sesuatu langsung mengejutkannya dengan cepat bertepatan ia membuka pintu lemari es tersebut.

"Ya Tuhan! Kau!!"

Keana rasanya ingin mencakar sosok itu segera juga. Siapa lagi jika bukan Kun. Selalu saja dia datang dengan mengejutkan.

Kun terkekeh pelan, 'Selamat siang, nona pemalas,' sapa Kun lalu dia beralih duduk di kursi meja makan.

"Aku bisa kambuh sewaktu-waktu, Kun! Dasar hantu sinting!" rutuk Keana.

Kun kembali tertawa. Masa bodo dengan hantu yang satu ini, Keana hanya ingin sarapannya segera selesai. Setelah mengambil minumannya, ia langsung melanjutkan kembali acara sarapannya tadi.

Mereka berdua kembali terdiam, Kun menatap ke arah lain, sedangkan Keana sedang asyik memakan sarapannya. Hingga sebuah pertanyaan terbesit di pikiran Keana saat itu.

"Kun.."

Yang dipanggil pun menoleh.

"Ada yang ingin kutanyakan padamu," ucap Keana. Setelah dipikirkan ini akan sedikit menyinggung hantu itu, tapi baginya ini sudah menjadi misteri sendiri selama dua puluh tahun semenjak mereka bertemu.

Kun menoleh ke arahnya.

"Apa yang terjadi dengan calon istrimu dulu?" tanya Keana.

Perubahan ekspresi terasa begitu jelas di wajahnya. Keana sudah siap jika dia akan menerima hal buruk nantinya. Ia tahu Jun sensitif dengan obrolan yang menyinggung masa lalunya ini.

"Jika kau tak ingin menjawab, aku—"

'Aku telah melupakannya.'

Kini Kun menatapnya begitu fokus dan tatapan mereka berdua tengah beradu saat ini juga.

'Dia telah bahagia dengan orang lain.'

"Maaf, tapi—aku kira kau akan dendam."

Kun menghembuskan nafasnya dengan berat, lalu dia beralih menatap tangannya yang penuh dengan darah itu. Darah yang sama dan masih melekat selama dua puluh tahun lamanya sejak hari kematiannya.

'Cinta akan terasa lebih indah jika kau bisa mengikhlaskannya.'

Keana terpaku mendengarkan ucapannya itu. Bagaimana bisa Kun mengikhlaskan cintanya selama dua puluh tahun itu. Ekspresi mata Kun melemah. Gadis itu benar-benar bersalah sekarang, karena ia telah membawa pria itu kembali ke memori kelamnya dulu.

"Lagi-lagi tentang cinta." Keana berdecak sebal. Dia ingin membuat suasana sedikit sejuk di sini.

'Kita bisa menikah nantinya,' ajak Kun yang terasa begitu enteng.

Mata Keana seketika terbelalak, "Menikah dengan hantu katamu?! Jangan harap!" Ia memekik tak kalah heboh.

'Hey, aku ini masih dua puluh enam tahun. Aku cocok untukmu kok.'

"Jika kau masih hidup, sekarang kau sudah berumur empat puluh tahunan. Itu terlalu tua untukku!"

Jika dirasa, Kun bisa saja menikahi gadis itu sekarang juga. Umur dua puluh enam tahunnya akan selalu abadi. Kun telah bersama gadis ini selama dua puluh tahun lamanya. Melihat Keana tumbuh dari gadis kecil yang penuh dengan tekanan, beralih ke seorang gadis remaja yang mencoba menekan balik tekanan hidupnya, dan berakhir dengan seorang gadis berusia dua puluh tahunan yang masih tersiksa bersama tekanannya tersebut.

fix you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang