Rumah kaca
Mark mengajak Keana memasuki bangunan itu yang terletak di belakang halaman rumahnya. Rumah kaca terlihat cukup besar dan dari arah luar saja sudah terlihat banyaknya tumbuhan yang menjulang tinggi dan suara gemercik air dari dalamnya.
Keana menjadi semangat untuk memasuki rumah kaca tersebut. Dan ekspektasinya benar-benar melebihi dari yang ia duga. Rumah kaca milik keluarga Mark tampak lebih besar lagi dan semuanya tertata dengan rapi. Ada sebuah kolam ikan yang menyambut mereka ketika memasuki ke dalam sini.
"Waahh... Mark ini keren!" seru Keana.
Keana memasuki rumah kaca itu terlebih dahulu. Rumah kaca ini nyatanya lebih besar daripada rumah kaca di tokonya. Atmosfer dalamnya cukup menyegarkan. Suara air tadi benar-benar membuat semuanya terasa begitu damai dan tenang.
Mark hanya mengikuti gadis itu dari belakang sambil menjelajahi dalam rumah kaca ini. Keana benar-benar merasa seperti berada di surga kecil yang hilang.
Ia berharap suatu hari nanti dia bisa membangun sebuah rumah kaca di rumahnya nanti. Memindahkan segala tanaman di apartemennya ke rumah kaca barunya dan dia benar-benar berharap untuk itu.
"Ini seperti surga," ucap Keana dan matanya masih menjelajah seluruh benda hijau di dalam sini.
Mark terkekeh pelan, "Ibuku juga bilang seperti itu. Rumah kaca ini adalah hadiah dari ayahku untuk ibuku di hari ulang tahunnya."
Keana terkesima mendengarkan cerita tentang rumah kaca ini, "Jika aku jadi ibumu, aku akan menjadi wanita paling bahagia di dunia ini," ucapnya.
Lalu mereka kembali melanjutkan tujuan awal mereka. Keduanya beralih mengambil beberapa bibit tanaman untuk dipindahkan ke halaman di samping lapangan basket. Mark sibuk memindahkan beberapa barang dari halaman belakang tersebut dan Keana juga ikut memindahkannya. Sebenarnya Mark sudah melarangnya untuk memindahkan barang-barang tersebut, tapi gadis tetap bersikeras ingin membantunya.
Keana berpikir, dia hanya ingin cepat-cepat membereskan semua ini. Lagian juga, ia sudah terbiasa membantu membawa barang-barang berat saat bekerja di toko.
Lalu kegiatan pertama mereka, yaitu bertanam telag dimulai. Nenek dan Keana sibuk mencangkul tanah ataupun Mark yang setelah pekerjaan memindahkan barangnya selesai, dia sibuk melihati kedua orang itu mulai bertanam.
"Kau jangan melihat saja. Ayo bantu!" perintah nenek padanya.
Mark ikut membantu. Lalu, dia mengambil beberapa bibit tanaman yang telah disiapkan tadi dan sebuah kantong plastik besar yang tak diketahui isinya apa. Ia juga tak lupa mengambil sebuah topi anyaman yang biasa digunakan untuk berkebun, tidak, itu bukan untuknya.
Lalu memasangkan topi itu ke kepala Keana. Gadis itu seketika terkejut dan mendongak ke arah belakang melihat Mark yang telah berjalan ke arah depannya.
"Pakai topinya. Cuacanya cukup panas nanti rambutmu terbakar pula," ucap Mark.
Keana hanya mendesis saja lalu melanjutkan kembali aktivitasnya mencangkul tanah dengan sekop kecilnya.
"Bunganya indah sekali!" Nenek tampak begitu kagum ketika ia melihat isi plastik besar yang dibawa Mark tadi.
Bibit bunga Stepanot Ungu itu menyihir segala mata di sini. Mark pun ikut takjub melihat rangkaian bunga berwarna merah muda itu tumbuh dengan indah dari sana.
"Ken, kau yang membawa ini?" tanya Mark sambil menghampiri bibit bunga itu.
"Iya. Aku ingin menanamnya awalnya, tapi luas area di apartemenku sangatlah kecil dan takutnya bunga ini tak bisa tumbuh. Jadi aku beri ini ke kalian saja," jelas Keana.
KAMU SEDANG MEMBACA
fix you
FanfictionACT - HEAL THE NIGHTMARE ❝Ketika dia datang, di saat itulah kau harus melawan mimpi burukmu.❞ Mark sering bertemu dengan orang-orang baru setiap harinya karena pekerjaannya yang tak lain adalah seorang dokter. Hingga suatu hari di musim panas, dia b...