18. Diagnosis

6.3K 1K 32
                                    

Sudah tiga puluh menit berlalu dan hujan tak kunjung reda juga di penghujung sore ini. Keana masih setia menunggu di bawah halte sambil sesekali ia menggosokkan kedua tangannya, mengingat suhu kali ini begitu dingin menusuk kulitnya. Setelah kerjaan hari ini selesai tepat di pukul enam sore, dia hanya ingin segera pulang.

Langit telah menggelap seutuhnya seiring lampu-lampu jalanan juga telah dihidupkan. Tak ada pilihan lagi. Keana mengambil payung yang berada di sebelahnya. Didesaknya deras kala itu, ia  melanjutkan perjalanannya kembali.

Bagaimana jika kita bertemu lagi suatu hari nanti?

Itu tidak mungkin.

Jika tak sengaja bagaimana?

Aku akan menghindar duluan.

Setelah seminggu Lucas memberitahu hal itu, dia benar-benar tak pernah lagi bertemu dengan Mark. Menghindar dari pria itu sedikit membuatnya bisa sedikit bernafas lega. Lagian siapa yang ingin mendekati seorang pria yang sebentar lagi akan bertunangan?

Jadi seminggu ini dia sibuk mengurus ujian terakhirnya. Rasanya semakin dekat saja  menuju kelulusan dan juga senang bisa kembali dengan kehidupannya yang begitu datar lalu.

Dia masih menerobos hujan saat ini,  matanya hanya sibuk menunduk ke jalan sambil melewati beberapa orang-orang yang berlalu. Hingga dari ujung bola matanya itu, ia melihat seseorang datang dan tengah melewatinya. ola mata mereka tak sengaja berpapasan di sana.

Keana menjauhkan kembali pandangannya, dia harus segera berlalu, tapi sayup-sayup terdengar suara yang memanggil namanya dari sana.

"Keana!"

Anehnya langkahnya berhenti mendadak begitu saja, ketika orang itu memanggilnya. Tidak, harusnya dia kembali melangkah tanpa memerdulikannya. Di belakang ada Mark yang datang menghampirinya sambil menerobos hujan di bawah naungan payungnya. Tak ada yang mengetahui akan kedatangan pria itu.

"Lama tak berjumpa."

Keana mengangguk, "Ya. Kita terlalu sibuk saat ini."

"Ken, kakimu—"

"Aku duluan, Mark. Aku dikejar waktu." Keana mulai berlarian kecil demi cepat menghindar dari pria itu.

Mark masih melihatnya dari arah jauh. Hingga punggung gadis itu perlahan menghilang tertutupi keramaian di seberang trotar sana. Lampu hijau penyeberangan telah hidup dan langsung menghilangkan dirinya dari sana.

*****

Banyak kebetulan yang terjadi tak terduga selama akhir-akhir ini. Seperti yang Mark rasakan sekarang, dia kembali bertemu dengan Keana setelah seminggu sama-sama menghilangkan diri. Dan omong-omong, dia akui gadis itu tampak berbeda dari biasanya.

Penampilan gadis itu lebih berantakan saat ini. Wajahnya sedikit muram dan pandangan matanya tak sengaja melihat sebuah perban yang menyelimuti kaki kanannya.

Apa yang terjadi dengannya?

"Hey Mark!"

Mark menoleh ke belakang ketika seseorang tak sengaja menepuk pundaknya. Ia mendapati Jaehyun—seniornya yang sesama dokter di rumah sakit— tiba-tiba datang menemuinya di koridor paviliun kamar pasien.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Jaehyun.

"Baik. Kau?" balas Mark.

"Tentu. Aku juga baik."

Mereka berjalan bersama di sana. Lalu pandangan mata Jaehyun tak sengaja menancap ke arah objek lain, tepatnya pada keramaian trotoar yang berada di depan lobi rumah sakit.

fix you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang