13. Bus Stop

6.6K 1K 32
                                    

"Apa?!!"

Pekikan histeris Keana seketika langsung memenuhi ruangan toko. Baru saja dia mendapatkan pesan dari dosen baru yang akan menjadi pebimbingnya itu, siapa lagi jika bukan Pak Ten. Dia baru saja mendapatkan nomor telepon dosen pembimbingnya yang baru itu karena terpaksa harus mengikuti bimbingannya. Keana jadi tertarik untuk menerornya sekarang.

"Eh, kenapa namanya aneh sekali sih?!" kesalnya seorang diri.

Barusan Pak Ten berpesan jika mereka akan bertemu di kafe seberang rumah sakit umum jam sembilan malam nanti. Keana menggerutu kesal karena jam sembilan malam waktunya ia pulang untuk beristirahat bukan untuk mengikuti bimbingan tambahan.

"Apa dia tidak tahu jika aku sudah terlewat lelah hari ini!?" Dan lagi dia kembali merutuki hal tersebut.

Hari ini dia dapat kelas sore, lalu berlanjut pergi ke toko untuk mengurus stok tanaman kering yang baru saja datang dari Cina dan malamnya... Keana rasanya ingin pingsan untuk melanjutinya lagi.

Sekarang saja sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam.

"Geni, kau yang menjaga, 'kan?" Keana memekik ke arah rumah kaca di belakang.

"Iya. Pergilah sebelum dosenmu itu mengamuk," balas Geninyang juga memekik dari arah rumah kaca.

"Ciih.. dosen sialan," rutuk Keana.

Setelah menanggalkan celemeknya, dia segera mengambil tasnya bersama kantong plastik yang berisi tanaman kaktus yang tak sempat ia bawa kemarin. Dan segera dia pergi berlalu dari toko.

Malam memang tak bisa lepas dari banyaknya aktivitas hantu di luar sana, seperti saat ini di trotoar, Keana bertemu dengan mereka yang melayang-layang ataupun sesekali mereka juga terus mengikutinya. Ini hal menyebalkan lainnya di hari ini. Lalu pikirannya beralih ketika dia mengingat satu hal yang sempat terlupakan olehnya. Sketchbook miliknya yang hilang.

"Ya! Sketchbookku," geramnya seorang diri.

Sampai hari ini dia belum bisa menemui keberadaan benda berharganya itu.

Omong-omong, pasal tempat bertemunya mereka, letak kafenya memang sesikit jauh dari toko tempat kerjanya. Tak ada jalur bus ke sana, jikapun ada yang terjadi malah Keana akan berhenti di tempat yang paling jauh. Alhasil dia memutuskan untuk berjalan kaki ke kafe yang dia tuju itu.

Menghabiskan beberapa menit yang cukup panjang untuk kesana Hingga akhirnya langkah kakinya terhenti tepat di depan kafe yang dituju. Kafenya sama seperti... kafe biasa, tidak mewah dan cocoklah untuk semua kalangan ke sini.

Ketika pintu kafe tersebut dibuka, pandangannya segera menyisir mencari seseorang yang ia kenali, namun hasilnya nihil. Sepertinya Pak Ten belum datang.

Keana langsung terduduk di salah satu kursi di pojok ruangan ini. Sambil menunggu dia juga memesan kopi Americano, agar kafein kopinya itu bisa menjaganya sampai tengah malam nanti.

Tapi rasanya cukup gila jika Pak Ten mau memberikan bimbingannya sampai tengah malam seperti ini. Apa yang direncanakan pria itu sekarang?

Pandangannya masih menyisir ke seluruh penjuru ruangan kafe dan lagi hasilnya nihil yang ada pelanggan kafe semakin sepi dan yang ramai justru para penunggunya yang semakin banyak berkumpul di dalam kafe.

"Kaktus?"

Keana segera menoleh ke arah sumber suara dari sampingnya. Tepat sekali, ketika hampir dua puluh menit dia menunggu dan orang yang ditunggupun datang juga.

fix you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang