kita pernah beriringan dalam bersama
saling bercanda sampai waktu serasa terlupakan
hingga rasanya satu dunia ini cemburu pada kita
aku merindukan semua itu..
aku dan kau menginginkan kebersamaan untuk selamanya
tapi, semua yang kita inginkan itu akan berakhir secepat yang tak tersuga
bagaimana jika waktu ini akan menjadi yang terakhir kalinya?
terakhir kalinya untuk segalanya...
terakhir kalinya untuk bersama...
dan terakhir kalinya nafas ini berhembus-
___________
Malam itu, Seoul tampak begitu basah dengan hujan yang masih setia turun dari langit gelapnya. Suasana yang begitu dingin masih mengudara di langit kota itu. Di antara lorong-lorong berdinding putih itu, ada sebuah kecemasan yang tengah memeluk mereka. Cemas dan takut bersamaan ketidakpastian mengitari ruang putih itu dalam satu waktu.
Orang-orang di luarnya terus membisikkan doa kepada Tuhan, berharap keajaiban datang menghampiri mereka. Beberapa tangisan pun juga hadir dari luar ruangan itu.
Berharap juga ada satu titik nyawa yang akan menyelamatkan orang yang mereka sayangi. Mungkin, mereka tidak tahu jika beberapa malaikat tengah melihat mereka dan ruangan itu.
Rasa ketakutan akan kehilangan terus meluap bersamaan detik yang terus berganti menit dan meninggalkan jam-jam yang terus berdetak memenuhi kesedihan mereka.
Di ruangan putih yang penuh dengan alat medis itu, para tim medis berusaha sekuat mungkin untuk menyelamatkan nyawa seorang gadis.
Darah yang terus membasahi seluruh tubuhnya dan kecemasan para tim medis yang tahu jika mereka kehabisan darah untuk gadis ini. Tim medis itu dipimpin oleh seorang dokter yang tengah berusaha menutupi banyak darah yang keluar.
Tak lama setelah itu, pengecekan kembali dilakukan.
Para perawat sudah melakukan banyak pengecekan pada tubuh gadis itu, tapi layar monitor masih menunjukkan keberadaan detak jantung yang tidak normal.
Hingga dengan keadaan tersebut, dokter pemimpin operasi malam itu mengambil sebuah keputusan.
"Siapkan defribilator. Kita coba pulihkan denyut jantungnya." Sang dokter mulai memerintahkan para perawat untuk menyiapkan alatnya.
Di dekat dokter itu, sudah tersedia alat pacu jantung yang berharap bisa menormalkan kembali denyut jantung gadis itu. Mereka mulai mencobanya dengan tegangan terendah terlebih dahulu.
Dokter mulai memberikan aba-aba saat tangannya telah siap dengan kedua alat tersebut dan saat melakukan percobaan pertama mereka belum berhasil melihat hasilnya.
Percobaan kedua dilakukan dengan tegangan yang dinaikkan. Sang dokter mulai menggosokkan kedua alat tersebut sambil mengumpulkan daya tariknya dan saat dicoba kembali, hasilnya masih sama seperti di awal tadi.
Hingga harapan terakhir mulai menyelimuti mereka.
"Dok, saatnya untuk melakukan percobaan yang terakhir." Perawat di samping dokter mulai memberikan aba-abanya kepada si dokter.
Sang dokter telah siap dan alat tersebut kembali diletakkan di kedua dada gadis itu hingga menimbulkan tarikan yang cukup kuat.
Layar monitor perekam detak jantung itu menunjukkan hasil yang sama dari awal tadi, detak jantungnya belum bisa dinormalkan.
Salah satu perawat kembali mengecek ulang keberadaan nafas gadis itu, hingga mereka kembali menemukan hasil yang sama, tidak ada perubahan.
Baik dokter dan para perawat, mereka saling bertukar pandang memberikan instruksi lewat gerakan mata mereka.
Hingga hasil akhir telah ditentukan.
Di malam itu, ketika ketegangan mulai menyelimuti tim medis dan saat itulah vonis langsung diberikan.
"Lepaskan semua alat-alatnya. Waktu kematian jam sebelas lewat lima belas menit malam ini."
*****
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
fix you
FanfictionACT - HEAL THE NIGHTMARE ❝Ketika dia datang, di saat itulah kau harus melawan mimpi burukmu.❞ Mark sering bertemu dengan orang-orang baru setiap harinya karena pekerjaannya yang tak lain adalah seorang dokter. Hingga suatu hari di musim panas, dia b...