8. Hospital

9K 1.1K 39
                                    

Dia menciumku! Tidak! Tidak!

Untuk kesekian kalinya Keana menjerit histeris di dalam selimutnya. Membayangkan dirinya yang begitu depresi akibat kejadian dua hari yang lalu. Matanya sudah persis seperti mata panda akibat tekanan berlebihan dari dalam dirinya.

"Argghh!!" Dia menarik rambutnya dengan keras berusaha menghilangkan rasa stres yang berlebihan.

Deru nafasnya beradu dengan cemas dan keringat yang sedari tadi terus mengalir deras di sekitar dahinya.

Inilah efek paling parah dari phobianya. Ketika itu kambuh, penderitanya akan mengalami ketakutan berkepanjangan dan mungkin akan mengakar secara menerus di dalam dirinya. Bertemu dengan dokter adalah hal yang paling buruk.

Keana sudah mencoba menenangkan dirinya sejak tadi, namun dia tidak bisa karena rasa cemasnya terus berpacu dan jantungnya pun berdebar dengan cepat. Dia mengutuk di dalam hatinya, pria yang bernama Mark Lee itu.

Kenapa pria sialan itu harus mabuk di tengah malam kemarin? Menarik paksa dirinya dan mengira dia adalah pacarnya, Lalu ia berakhir dengan pria itu yang memberikan kecupan membekas di lehernya.

Tidak! Ini benar-benar membekas menjadi hitam. Keana tahu Mark tidak mengecup lehernya terlalu kasar, tapi bekasnya yang tampak begitu gila dan efek setelah kecupan itu adalah sarafnya terasa mati rasa. Saraf otaknya seakan lumpuh dan darahnya berdesir hebat ketika mengingat kejadian itu.

Padahal setelah terapi terakhirnya, Keana nyaris sembuh dan kemungkinan besar dia sudah bisa berada di dalam rumah sakit lebih lama ataupun berbincang dengan dokter. Namun Mark justru membuatnya semakin buruk dan Keana tak berhasil mengontrol semua itu.

Ini hari terakhirnya libur dan besok dia harus siap untuk ujian akhir semester. Apa Keana siap untuk menyembunyikan segala tekanan di dalam dirinya nanti?

*****

Hari ini, hari dimana seluruh orang menatikanya. Ujian akhir semeser baru saja berakhir bebera menit berlalu. Syukurlah Keana dapat melaluinya dengan lancar, walau kondisi tubuhnya sedikit melemah. Wajahnya benar-benar pucat dan dia sudah berusaha menutupi bibir pucatnya itu dengan lip balm.

Mengeratkan jaketnya, ia harus cepat pergi ke perpustakaan karena kakinya sudah tak kuat lagi menopang tubuhnya dan bisa saja dia pingsan di koridor kampus saat itu juga. Tapi yang ada itu membuatnya harus menjadi pusat perhatian nantinya. Setidaknya perpustakaan adalah tempat beristirahat yang baik daripada harus berada di klinik kampus.

Suasana perpustakaan kali ini tak terlalu sepi dan Keana memilih untuk duduk di meja ujung ruangan. Sambil membenamkan wajahnya di balik buku, dia seketika terlelap berharap setelah bangunnya nanti energinya terkumpul dan dia tak terkurung di perpustakaan nantinya.

*****

Sudah satu jam Yeorin mengetuk-ngetuk cangkir minumannya dan ini akan menjadi rekor baginya, bertahan dengan posisi duduk di kantin kampus terlama sambil menunggu kedatangan Keana.

Bayangan kejadian kemarin masih terpampang jelas di pikiran Yeorin. Kemarin malam yang begitu gila dimana Mark yang mabuk mengecup leher Keana. Aura mata Keana menunjukkan ketakutan yang sangat jelas.

Yeorin telah memarahi adik sepupunya itu. Apa Mark tak tahu jika Keana punya masalah ketika ia harus bertemu dengan dokter, obat-obatan, ataupun hal medis lainnya? Ia menghembuskan nafasnya dengan berat.

fix you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang