Yunho menatap penuh binar melihat celah pintu kamar Jaejoong yang terbuka. Kakinya hendak berlari kesana saat adiknya terlihat keluar dari kamar membawa ransel kerjanya. Dia tidak berjalan tegak seperti biasanya, terkesan lemas, mungkin karena sudah dua hari ia tak memakan apapun.
Jaejoong mengunci pintu kamar lalu berjalan ke arah tangga tanpa mengindahkan Yunho yang berada di pintu kamarnya. Ingat kalau kamar mereka berhadapan. Pemuda itu berjalan tanpa minat. Kedua telinganya ia sumpal dengan headphone, hoodie jaketnya ia gunakan untuk menutupi kepalanya. Membuat wajah pucat itu tak terlihat jika tidak diperhatikan dengan seksama.
"Jae! " panggil Yunho.
Namun Jaejoong tetap menapaki lantai mansionya satu persatu. Lagipula Jaejoong sama sekali tak mendengar seruan Yunho karena volume headphone yang keras. Ia juga sibuk dengan pikiranya sendiri.
Sebuah tanganya mencekal lengan Jaejoong. Membuat pemuda itu menghentikan langkah tanpa minat. Kepalanya masih menunduk enggan melihat siapa yang menghentikanya. Toh tanpa ia melihat, ia juga tahu kalau itu Yunho. Di mansion ini tak ada satu orang pun yang berani menyentuhnya kecuali dua orang anggota keluarga disini. Dan tentu saja terkecuali Yunho.
Namun ia sadar tak ada satupun dari keluarganya yang ada di mansion kecuali dirinya dan kakaknya. Jadi tebakanya tak mungkin salah.
"Mau kemana? " tanya Yunho lembut.
Jaejoong diam menatap lenganya tang masih belum di lepaskan. Yunho yang sadar apa yang adiknya lihat sama sekali enggan melepas tangannya. Tidak sebelum ia tahu akan kemana Jaejoong pergi.
" Jae, " panggil Yunho lagi, kali ini ia memutar tubuh Jaejoong agar menghadap padanya.
Hoodie jaket Jaejoong tersingkap ke belakang karena pergerakan tiba tiba dari si pemilik. Yunho bisa melihat wajah adiknya yang bisa terbilang cukup mengenaskan. Kantung matanya hitam dan tebal, bibirnya kering pucat, hidungnya merah, dan ya ampun, Yunho bahkan masih bisa melihat bekas kissmark dan bitemark di leher jenjang miliknya.
Tak ada pergerakan sama sekali dari Jaejoong, Yunho pun dengan ragu melepas headphone yang sudah sedari tadi terpasang di telinganya. Dengan jarak sedekat ini, ia mulai menyadari begaimana rupa Jaejoong yang sebenarnya. Mata doenya berwarna coklat keemasan dengan tahi lalat di bawah mata kirinya. Ada 3 tindik di telinga kanan dan 4 di telinga kiri. Badanya lebih pendek beberapa senti darinya, juga lebih kurus.
"Mau kemana? " tanya Yunho lagi setelah menaruh headphone itu tergantung di leher Jaejoong. Kini tanganya mencengkram kedua bahu adiknya.
Mulut Jaejoong terkatup rapat. Rasa marah seketika meluber dari hatinya yang dari tadi berusaha ia tahan. Rasanya begitu menjijikan kala tangan pria itu menyentuh kulitnya. Hatinya memanas seketika. Dicekalnya kedua tangan itu, sedikit memutar tubuh lalu membanting sang kakak ke lantai dengan sekuat tenaga.
Yunho yang belum siap hanya bisa pasrah saat tubuhnya menyentuh lantai. Tenaga Jaejoong memang tak bisa ia remehkan. Punggunya terasa sangat sakit, ia meringis pelan. Tapi saat matanya tanpa sengaja melihat dua mata doe yang menatapnya penuh luka dan kebencian, ia terpaku, rasa sakit itu menghilang entah kemana.
"Jangan pernah menyentuh ku, " desis Jaejoong lalu beranjak pergi.
Blam
Suara pintu terbanting menyadarkan Yunho yang masih terpaku di lantai. Dibangkitkanya tubuh kekarnya tanpa melepas pandanganya dari pintu utama. Hatinya terasa sakit, tapi ia tahu, sakit yang adiknya rasa jauh lebih buruk dibanding dirinya.
®®®
Jaejoong mengurung dirinya di kantor kafenya ditemani tumpukan berkas yang sudah dua hari tak diurusnya. Matanya tampak fokus membaca setiap kalimat di kertas kertas itu. Kopi di sampingnya sudah tak mengepulkan asap lagi, padahal isinya masih penuh tak tersentuh. Wajahnya tak menunjukan ekspresi apapun, datar seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
KILL ME, PLEASE
FanfictionFanfiction Hanya satu hal yang Jaejoong pahami, hiduplah, untuk menyaksikan kematian mereka satu persatu. Tokoh bukan milik gue yah, gue cuma pinjem. Sebagai tanda 7 tahun gue ngefans ama DBSK/TVXK/JYJ. So, not like don't coment. Tapi jangan lupa...