Let's Play

2.2K 313 44
                                    

Jaejoong, Yoochun, Junsu, dan Changmin duduk memutari meja ruang tamu mansion Jung. Ada tumpukan berkas di meja, juga empat laptop disana. Sebenarnya bukan kemauan mereka untuk bekerja disana. Lagi-lagi Boom memaksa Jaejoong untuk tetap di rumah, dalam pengawasannya secara langsung. Dan sebagai seorang anak yang 'manis yang penurut' Jaejoong terpaksa menurutinya. Lagi pula, hari ini akan ada tamu yang sangat ia tunggu.

Changmin duduk diam di atas karpet seperti yang lain. Tanganya sibuk mengetik sesuatu di laptop, sesekali mencomot keripik di toples yang ia pangku. Tanganya beralih pada mesin print dan mengambil beberapa lembar kertas yang baru saja tercetak lalu menaruhnya di meja. Kadang ia mendesah kecil sambil sesekali mengusap perutnya.

"Chwang, " panggil Jaejoong yang duduk tenang di single sofa sambil membaca satu persatu kertas yang baru saja Changmin taruh di meja.

" Hmm? "

" Lebih baik kau ke dapur dan makan sebelum semua kertas ini bertuliskan menu makanan, " kata Jaejoong mendesah.

"Pizza, burger, macaroni, beef steak. Kau mau merubah semua surat kontrak ini menjadi brosur restoran?" seru Yoochun meneliti salah satu kertas.

"Salahkan orang yang menyuruhku menyelesaikan 20 kontrak kerja dalam satu malam. Hell, yang benar saja!! " gerutu Changmin melirik Jaejoong yang kini tengah menyeruput kopinya.

"Sudahlah, cepat sana makan. Kau membuat pekerjaan kita semakin menumpuk dengan semua nama makanan ini!" seru Junsu melempar berlembar lembar kertas ke belakang sofa yang ia duduki.

®®®

Seorang pria dewasa duduk terikat di kayu. Mulutnya sejak tadi terus menyumpahi beberapa lelaki berbadan kekar yang sibuk bermain kartu judi di samping pintu keluar ruangan. Bajunya berantakan dan ada beberapa lebam yang mengintip dari koyakan baju mahalnya.

Entah sudah berapa lama ia berada di sana. Ruangan itu begitu lembab, sunyi, hanya ada seruan para pria yang mengawasinya di samping pintu keluar.

Pria itu masih berusaha melepas tambang yang mengikatnya. Membuat kulit tan berkeringat itu teriris tali kasar itu.

"Percuma saja kau melakukan itu. Lagi pula, aku yakin sebentar lagi Hero akan datang kemari dan 'bermain' denganmu. Haha, " kata salah satu dari mereka sambil terkekeh kejam.

"Tutup mulut sialanmu itu, berengsek!!! Setrlah aku keluar dari sini, ku pastikan kepala kosongmu itu akan terpisah dari tempatnya," geramnya marah.

Para pria itu hanya tertawa. Sama sekali tak mengindahkan ancaman pria malang itu.

Krieeeet

Pintu besi itu terbuka lebar. Mebampilkan 3 pria muda yang terlihat mempesona dengan jaket kulit hitam selutut mereka. Pemuda paling tengah berjalan penuh percaya diri ke arah pria yang terikat itu. Sedangkan dua lainya berdiri bersandar dinding, menyuruh beberapa pria yang sudah terlebih dahulu di sana untuk pergi.

"Lama tidak bertemu, Tuan Kim, " ucap pemuda tadi dengan akrab.

Kim Kangin, pria paruh baya itu menatap tidak percaya pada pemuda di hadapanya kini. Mata itu menatapnya mencemooh, atau seperti itulah mungkin. Wajah santainya benar-benar menyindirnya, ia tidak terima. Kim Kangin menggeram marah. Tubuhnya berusaha menyerang pemuda itu tanpa perintah. Kursinya bergoyang kencang, beberapa saat kemudian, ia tersungkur ke lantai.

"Whoa whoa!!! Sebegitu bahagianya kah kau bertemu denganku, abeoji? Kau semangat sekali, ya? " kekeh pemuda itu.

" Jung Jaejoong. Ku bunuh kau!!! " teriak Kangin frustasi.

" Oi oi... Sepertinya kau salah membaca situasi, Tuan Kim. Bukan aku yang akan mati hari ini, " ejek Jaejoong.

Jaejoong sedikit membungkukan badan, menatap langsung pada mata tajam pria itu. Seringaian tersulut di sudut bibir tipisnya. Matanya berkilat lebar. Sejenak, Kangin terkejut mendapat tatapan itu. Hidup di tengah pertarungan bisnis, mampu memberinya sedikit kemampuan membaca pikiran orang lain. Tapi kini, mata itu tak memberinya gambaran apapun.

KILL ME, PLEASE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang