Jaejoong masih menyisingkan kaos yang dikenakannya, sementara dr. Lee memeriksa luka di perutnya. Sesekali dokter muda itu menganggukkan kepalanya. Jaejoong setia menunggu. Walaupun lengannya sudah pegal karena hal ini sudah berlangsung selama belasan menit yang lalu.
"Kau sudah bisa melepas perbannya. Lukanya sudah cukup kering untuk bisa terkena air, " kata dr. Lee setelah menegakkan punggungnya sambil menatap Jaejoong yang duduk tenang di atas bankar.
" Lukanya bisa hilangkan?" tanya Jaejoong.
"Sayangnya tidak. Lukamu terlalu dalam dan sayatannya kasar. Kecuali kau berubah menjadi ular yang bisa berganti kulit, " jawab dr. Lee sambil terkekeh kecil.
" Lucu sekali. Jadi, aku bisa pergi sekarang? Aku ada acara setelah ini, " kata Jaejoong.
" Ya sudah. Hati hati, kini musuhmu semakin banyak, jangan lengah lagi atau kau akan mendapat luka baru di tubuhmu, " saran dr. Lee bijak.
" Eoh, arasseo. Kalau begitu, terima kasih, sampai jumpa, " ucap Jaejoong sambil menunduk hormat setelah itu dia berlalu pergi.
®®®
Seorang pria muda dengan kaca mata hitam membingkai wajahnya berjalan menuju mobil Lamborgini hitam. Kaki jenjangnya melangkah dengan percaya diri tanpa memandang tertarik pada sekumpulan wanita di bandara yang memperhatikanya dengan tatapan memuja. Seorang pria muda yang lebih muda menunggunya sambil bersandar pada pintu mobil mewah itu.
"Kau tidak lama menungguku kan? Ah, aku merindukan baby kecilku ini! " seru pria itu, Jang Geun suk, sambil mendekap tubuh sahabatnya, Jung Jaejoong.
Jaejoong mendengus tanpa membalas pelukan itu. Bibirnya berdecih mengejek saat Geun suk melepas pelukanya dan terkekeh melihat sikap si bungsu Jung yang tidak berubah walau sudah tak bertemu selama 3 tahun.
"Sangat lama hingga aku akan lumutan jika semenit lebih lama di sini. Lebih baik kita ke apartemenmu dan memberesi barang barang tidak bergunamu yang terlampau banyak itu, suk-hyung! " sinis Jaejoong.
" Haha, baiklah. Ayo pergi, jangan lupa masakkan aku sup kimchi, arra? Ayo masuk! " seru Geun suk mendorong Jaejoong masuk mobil. Sedangkang dirinya menuju kursi kemudi setelah memasukan koper kopernya ke bagasi.
Mobil itu pun melaju. Diikuti mobil para bodyguard yang dikirim Jung Heechul yang tentu saja disadri keberadaanya oleh sang anak. Jaejoong terlalu terbiasa hingga enggan menanggapi apa yang dilakukan kedua orang tuanya untuk dirinya. Toh dia tahu, kedua orang itu hanya khawatir akan keselamatanya, apalagi kini semua orang sudah tau jika dia adalah cucu bungsu keluarga Jung.
"Mereka mengikutimu sepanjang hari? " tanya Geun suk tanpa mengalihkan pandanganya pada situasi jalan raya di depanya.
" Hmm, " jawab Jaejoong seadanya sambil memainkan handphonenya.
" Bagaimana keluargamu? Kau nyaman tinggal bersama mereka? "tanya Geun suk lagi.
" Biasa saja. Tidak ada bedanya jika sudah berurusan dengan para sepupu itu, " jawab Jaejoong pelan.
" Mereka tidak melukaimu kan? "
" Lebih tepatnya belum, mungkin. Mereka wanita, tak bisa disamakan dengan anak keluarga Kim. Mereka terlalu manja untuk melukai orang lain secara fisik dengan parah, "
" Jangan lengah, J. Go Ahra berpotensi menjadi psikopat seperti orang itu. Bisa saja dia berencana membunuhmu suatu hari nanti, "
" Arra-yo. Sudahlah, bicarakan yang lain, " dengus Jaejoong jengah.
" Ckck, telpon dua kunyuk itu, kita buat pesta malam ini. Aku akan memesan tempat di mirotic, " suruh Geun suk.
" Dengan senang hati, hyung. Jangan berani pulang sampai kau pingsan nanti, "
KAMU SEDANG MEMBACA
KILL ME, PLEASE
Fiksi PenggemarFanfiction Hanya satu hal yang Jaejoong pahami, hiduplah, untuk menyaksikan kematian mereka satu persatu. Tokoh bukan milik gue yah, gue cuma pinjem. Sebagai tanda 7 tahun gue ngefans ama DBSK/TVXK/JYJ. So, not like don't coment. Tapi jangan lupa...