Jaejoong duduk tenang di teras mansion bersama Hiro, anjing Siberian Husky (lupa jenis anjingnya eomma, tolong jan hujat saya. Hehehe) , yang tertidur di pangkuanya. Sesekali bibir chery itu bersenandung pelan, sepelan tiupan angin sore di akhir musim semi itu. Tanganya bergerak lembut membelai bulu anjing kesayanganya ini.
"Hiro. Aku rindu Jepang, " gumam nya tanpa ekspresi.
Mata Jaejoong menatap ke depan, ke kumpulan bunga di taman halaman depan mansion Jung. Beberapa helai daun mereka mulai menguning, ada juga yang sudah kering karena tak tahan dengan cuaca yang semakin panas.
"Hiro, aku merasa aneh pada diriku sendiri. Saat melihat Jung Yunho, entah kenapa rasanya aku sulit untuk bernafas, jantungku berdetak tak normal, tapi terasa begitu nyaman dan menenangkan," gumam nya lagi.
"Mungkin kau jatuh cinta, hyung... "
Suara Changmin membuat Jaejoong menoleh ke belakang. Di ambang pintu besar itu Changmin berdiri bersandar pada tepinya. Kedua tanganya terlipat di depan dada.
"Jatuh cinta? Aku? Yang benar saja," gerutu Jaejoong terkekeh sinis.
Changmin berjalan mendekat. Di dudukkanya pantatnya di lantai samping Jaejoong. Memperhatikan dengan lekat rupa pemuda berekspresi datar itu.
"Tidak ada salahnya untuk jatuh cinta, ya kan? Apa yang kau takutkan? "
Jaejoong bergeming sesaat. Benarkah ia takut?
"Jangan membicarakan cinta denganku, Chwang. Kau tau itu percuma saja,"
Changmin diam saja sambil menatap wajah menawan itu dari samping. Yah, tentu saja dia menyadari apa yang terjadi diantara dua kakak beradik itu. Bahkan sejak lama ia sadar. Tatapan memuja dari Yunho pada si bungsu Jung itu terlihat lumayan jelas di matanya, entah orang lain.
"Jangan sampai kau menyadarinya di akhir, hyung. Semua orang pantas untuk merasakan cinta, " lirih Changmin mengalihkan tatapanya menuju langit.
Jaejoong bergeming lama menyesapi alam bawah sadarnya. Matanya menatap kosong kedua tanganya yang masih setia mengelus bulu halus anjingnya.
Tiba-tiba terdengar derap kaki di belakang mereka. Kepala Changmin memutar, melihat Yoochun yang berdiri dengan nafas terengah sambil menyeka keringat di dahinya.
"Ada apa, hyung? " tanya Changmin penasaran.
" J-jae... Kakek dan Nenekmu... Mereka meninggal... " ucap Yoochun terbata.
Mendengar itu, Jaejoong tersadar. Matanya membelalak tak percaya tanpa mengalihkan pandanganya dari Hiro yang masih tertidur. Sama seperti Jaejoong, Changmin pun ikut terkejut, beserta rasa sedih yang mendera hatinya.
"Kenapa?" tanya Jaejoong lirih.
"Keracunan. Salah satu Soldier bilang ada penyusup yang memberikan racun di makan siang mereka. Penyusup itu mengaku suruhan dari Kwon Sangwoo, "
"Ayah Kwon Boa?"
"Iya. Jasad mereka akan tiba nanti malam. Dan Junsu sudah memberikan kabar ini pada kedua orang tuamu dan juga Yunho. Mereka sebentar lagi pulang... Kau mau kemana? "Yoochun bertanya bingung saat dilihatnya Jaejoong berdiri sambil memeluk Hiro.
"Aku akan ke kamar, jangan ganggu,"
Setelah berkata seperti itu, Jaejoong melangkah pergi meninggalkan Yoochun dan Changmin.
"Si Kwon itu harus menerima hukuman, " desis Changmin.
"Kita tidak bisa melakukan hal ceroboh seperti itu tanpa rencana, Max. Kwon Sangwoo tidak bisa diremehkan. Kita tunggu saja perintah dari Jaejoong," kata Yoochun mencoba menenangkan amarah Changmin.
KAMU SEDANG MEMBACA
KILL ME, PLEASE
FanfictionFanfiction Hanya satu hal yang Jaejoong pahami, hiduplah, untuk menyaksikan kematian mereka satu persatu. Tokoh bukan milik gue yah, gue cuma pinjem. Sebagai tanda 7 tahun gue ngefans ama DBSK/TVXK/JYJ. So, not like don't coment. Tapi jangan lupa...