Brak!!
Setumpuk map tebal terbating keras di atas meja, membuat si meja bergetar beberapa detik menumpahkan secangkir kopi di atasnya. Si pelaku pembantingan mengepalkan tanganya keras pada beberapa lembar kertas di cengkramanya. Matanya menyorot penuh amarah, sedangkan nafasnya memburu keluar masuk dengan tergesa.
Di depan meja orang itu, para bawahan menunduk takut. Sepasang tangan mereka saling meremas satu sama lain, mencoba mencari ketenangan. Keringat dingin mengaliri dahi menuju dagu dan nenetes bebas ke lantai marmer ruangan. Saliva pahit tertelan paksa.
"APA SAJA KERJA KALIAN HAH?! MENGURUS PROYEK REAL ESTATE SAJA TAK BECUS!! SUDAH BOSAN BEKERJA DI SINI??!! SEKARANG SIAPA YANG AKAN MENANGGUNG GANTI RUGINYA??!! " teriak si bos penuh kemarahan.
Mereka semakin menunduk takut. Habis sudah riwayat mereka. Mereka tentu tahu bagaimana tabiat bos mereka ini. Dia terobsesi pada kesempurnaan. Tak ada yang boleh cacat. Siapa pun perusaknya harus disingkirkan dari muka bumi.
"Kami juga su-sudah berusaha presdir Choi. Me-mereka... entah kenapa tiba-tiba menarik semua aset dan dana yang sudah kita terima, " jawab salah satu dari para bawahan itu.
" Dan kalian membiarkanya begitu saja?! Kenapa tidak melaporkanya padaku segera? Dan malah membiarkan mereka pergi begitu saja, hah?! " teriak orang yang dipanggil presdir Choi tadi.
" Jweseonghamnida, presdir. Kami sudah mencoba sebaik mungkin... " jawab yang lain.
" Omong kosong!! Kalian sungguh sudah bosan hidup!! "
Brak
" Presdir!!! Pihak Bank mengancam akan menyegel perusahaan jika kita tak segera melunasi semua hutang! " seru sekretaris nya begitu memasuki ruangan itu secara kasar.
Presdir Choi menggeram marah. Digebraknya meja di depanya keras-keras. Berusaha mendapat pelampiasan agar amarahnya tersalurkan. Sedangkan suasana ruangan semakin mencekam.
" Sialan. Siapa yang berani menjebakku? " desisnya berbahaya.
" Sekretaris Hong , " panggilnya.
" Ne, presdir, "
" Cari tahu apakah ada penghianat di perusahaan dan segera telepon CJ sekarang juga, "
" Ne?! Ah... Ne, "
Presdir Choi menutup matanya lelah. Perusahaan dalam keadaan genting sekarang, dan ia butuh pasokan dana yang sangat besar. Hutang bank miliknya sudah jatuh tempo, tak mungkin ia bisa mendapat pinjaman dari bank dalam jumlah banyak. Menjual saham miliknya pun tak akan cukup. Satu-satunya cara yang bisa ia lakukan adalah meminta bantuan dari organisasi itu.
"Presdir Choi, salah satu perwakilan CJ akan datang kemari dua jam lagi. Mereka bersedia memberikan bantuan, " kata sekretaris Hong.
" Baiklah. Katakan pada para petinggi untuk rapat sepuluh menit lagi, "
" Ne, "
®®®
Drrrrrrt drrrrrrt
Tangan yang tadinya sedang bergelut dengan setumpuk berkas meraba ke samping, mencari benda yang berdering itu. Tangan satunya mengangkat cangkir kopi menuju mulutnya.
Pik
" Eoh, Suie-ya. Ada apa? " tanya nya pada si penelepon begitu ponselnya tersentuh daun telinganya.
"......"
"Hah? Jeongmal?! "
"......"
"Hahaha, begitu kah? Baguslah kalau begitu, "
KAMU SEDANG MEMBACA
KILL ME, PLEASE
FanfictionFanfiction Hanya satu hal yang Jaejoong pahami, hiduplah, untuk menyaksikan kematian mereka satu persatu. Tokoh bukan milik gue yah, gue cuma pinjem. Sebagai tanda 7 tahun gue ngefans ama DBSK/TVXK/JYJ. So, not like don't coment. Tapi jangan lupa...