5

9.8K 279 13
                                    


August 2013

Bakso Nano-Nano 5  by: yanz
-Dendy POV-

Baru sampai parkiran, memarkir motor aku dapat merasakan atmosfer yang mengganggu di sini. Semua mata tertuju padaku dengan bisik-bisik tetangga kini mulai terdengar slalu di telinga, hingga menusuk di hatiku -_- Gak heran, secara foto aku mencium Nathan malam itu terpampang jelas di mading, aku cuek saja menjalani koridor yang terasa makin panjang tanpa perduli bisik-bisik mengganggu itu.

Lumayan sih, baru masuk sekolah udah populer. Aku suka. Hanya saja, Aku lihat Nathan dengan wajah marah mendatangiku, hidungnya seolah berasap kaya banteng gila yang siap menanduk bringas sang matador.. Uuh.. dan mencengram kerahku,

"Liat apa yang lu perbuat? Lu mencoreng nama baik gue tau gak!!" teriaknya menyemburku sambil memperlihatkan foto yang sudah menempel kesana-kemari.

"Rempong.. Tinggal buang aja foto-fotonya.. Gitu aja repot.."

"Gak sesimple itu bego!!" teriaknya lagi.

Aku menepis tangannya dengan wajah datar. "Aku sedang gak mood berkelahi, nih aku copotin posternya.. Kau juga harusnya lepasin sebelum guru-guru liat."

Dia yang mendengar kata guru langsung membantuku melepasi poster itu dengan bringas, dia masih menatapku dengan mata galaknya tapi aku cuek saja. Aku rasa sih foto ini cuma disekitar mading, sekolah juga masih jam 7 kurang, mungkin para guru belum liat. Aman saja.. Hingga pada saat kami merobek-robek poster itu tangan kami tanpa sengaja bertemu, aku menahan dentuman keras di dadaku, nyaris tersenyum namun Nathan kembali meledak,

"Eh homo! Cari-cari kesempatan lu megang gue hah?"

Buuukk.... Aku terbungkuk saat merasakan tendangan hebat mengenai ulu hatiku, kepalaku pusing, perutku mual, rasanya aku akan ambruk. Aku jatuh berlutut sambil meremas lantai, beberapa orang memandangiku iba ada juga yang seperti senang melihatku kesakitan.

Tapi aku tak mau tinggal diam, "Nathan.." lirihku sambil berusaha meraih kakinya namun.. Buuuk! Satu tendangan lagi menghantam wajahku, beberapa temannya mendorongku, meludahiku atau mencaciku.

Aku hanya diam rasanya ruangan berputar-putar, batinku menggigil ingin membalas semua ini, gigiku bergemeretakan karena geram. Tapi aku tak ingin berkelahi, aku memutuskan diam dan merangkak menjauh..

"Dasar homo.. Brantas homo!!" teriak genk Nathan yang disertai sorakan teman-teman yang lain.

Aku berlari semakin jauh hingga suara-suara jahat itu menghilang. Berkali-kali aku mencuci wajahku dan bibirku yang berdarah, aku tersengal mengatur nafas karena tendangan di perutku tadi sangat sakit. Aku berkumur dan kembali mencuci muka. Plakkk!! Aku berbalik setelah merasakan ada yang memukul keras bokongku, aku terkejut melihat dua sosok itu.

Bagas dan Anto tersenyum nakal menatapku, "Eh homo, ngapain lu ngeliatin kami gitu hah? Lu nantang? Atau lu horny liat kami?" ucapnya nyolot.

Aku berusaha menghindari perkelahian di sekolah namun mereka kembali mendorongku ke washtafel.

"Nyantai aja dong homo, gak usah panik gitu.. Kita cuma mau ngasih lu service doang.. Lu pasti suka," Bagas meremas penisku membuatku terlonjak kaget, aku mendorongnya keras dengan wajah memerah.

Aku berlari, saat akan meraih pintu mereka kembali menarik tubuhku, mendorongku ke dinding dan menatapku tajam,

"Ngelawan lu ya? Punya nyawa berapa hah lu?" teriak Bagas.

Buukkk! Aku kembali tertunduk saat merasakan hantaman kuat itu merajam perutku, aku ingin muntah rasanya. Sakit sekali memar disekitar situ diserang terus menerus. Aku terengah-engah dengan mulut terbuka, Anto menarik daguku,

Bakso NANO NANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang