9

6.6K 245 12
                                    

yanz_BCG ✭✭ Silver
August 2013

SEMBILAN

Kilas balik: di part sebelumnya Nathan yang mulai luluh hatinya bermain di taman bersama dendy, kemudian pulang ke rumah. Kenakalan Dendy membuat Nathan lepas kendali dan melakukan sebuah kesalahan nikmat yang membuatnya kembali menyesal.

-Munif POV-

Aku sudah memakai pakaian rapi dan berdiri penuh senyuman di depan cafe, "Gimana Om Franz?" tanyaku penuh harap. Aku mengenakan kemeja putih dengan kerah hitam, celana hitam kain yang membuatku terlihat sangat rapi. Sempat Om Franz sempat menyuruhku memakai jas, tapi aku malu, hanya pemilik cafe bakso buat apa pakai jas haha.

"Ah gagah sekali Nak Munif.. Seperti kita siap membuka cafe barunya.." Aku senang sekali Om Franz akhirnya merealisasikan niat baiknya untuk membantuku membuka cafe elit di tengah kota dengan makanan yang merakyat namun sangat dijaga kualitasnya, Om Franz mempekerjakan tiga pelayan tampan juga walau sebelumnya aku sempat keberatan karena terlalu merepotkannya. Tapi Om Franz sama keras kepalanya dengan Nathan, suka sekali memaksakan kehendak. Tapi disini lah terlihat kesungguhannya dalam membantuku untuk maju.

"Om, Nathan datang gak?" tanyaku dengan raut muka melas.

"Ah tadi sudah om paksa, akhir-akhir ini Nathan terlihat uring-uringan. Kamu tau apa sebabnya nak?"

"Gak tau Om, Nathan sudah gak mampir tiga hari, dia juga gak balas sms atau angkat telepon."

"Nanti coba Nak Munif ke rumah ya? Dia pasti ada masalah yang hanya mau dia sharing sama sahabatnya."

Aku hanya tersenyum sambil mengangguk. Aku mulai memotong pita putih lambang kesucian itu, dengan ini cafe kami resmi dibuka. Hari ini mengadakan selamatan, ada ustad yang membacakan doa agar dilimpahkan rezeki dan mengundang orang-orang yang lewat buat makan gratis, dalam rangka selametan dan juga promo. Banyak sekali para tamu yang datang, aku dan tiga partnerku cukup kewalahan memasukkan kuah walau dari awal baksonya sudah dimasukkan dalam mangkuk-mangkuk.

"Hei.. Apa gue kehabisan jatah?" tanya seseorang dari belakang.

Aku menoleh, ah Finaly! "Nathan kemana saja kau?" aku memeluknya erat, dia membalas pelukanku dan menepuk-nepuk bahuku.

"Gue gapapa kok.. Wah rame amat cafe lu.. Gue bantuin anter ke pelanggan ya?"

"Sipp makin rame aja nih kalau ada pangeran yang jadi pelayan.."

"Haha bisa aja lu, Nif.." Aku menatap bahu Nathan dari kejauhan, dia berusaha tersenyum ramah walau aku dapat merasakan ada aura berbeda dari dalam dirinya.

Cafeku ini didominasi dengan warna merah tua, disign sedikit klasik, pelayan yang mengenakan pakaian rapi dan make up seperti vampire. Om Franz yang memberikan konsep katanya tema vampire lagi booming. Aku hanya cengok membayangkan betapa nyambungnya para vampire menyuguhkan bakso nano-nano. Tapi gak ada salahnya mencoba hal baru. Mungkin keeanehan ini justru memikat perhatian orang-orang. Aku bertambah gembira melihat ada Tante Siska yang datang, ah mau saja dia merepotkan diri untuk pembukaan cafeku ini, aku sangat terharu.

Tante Siska langsung mencium kedua pipiku saat aku menyambutnya dengan hangat, kami berempat berasa keluarga saja berada disini, andai adikku tau keadaanku pasti dia senang. Hanya saja dia tak pernah sekali pun berkunjung semenjak kabur dari rumah, yaa aku sempat kasar dan bertengkar hebat dengan adikku waktu itu karena dia terlalu memikirkan harta warisan yang gak pasti. Jadi mungkin dia tak mau lagi menemui kaka semata wayangnya ini. Tapi aku punya keluarga baru yang tak kalah baik, Om Franz, Tante Siska dan Nathan.. Mereka luar biasa. Hidupku jadi sangat berkesan. Kami duduk di bangku dengan meja putih bundar itu, saling bercengkrama dan berkangen-kangenan,

Bakso NANO NANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang