7

7.7K 287 12
                                    

August 2013


PART TUJUH.
-Munif POV-

"Bang?"

Aku menatap datar panci kuah dan mengaduk-aduk perlahan, pikiranku berkecamuk akan perasaanku akhir-akhir ini.

"Bang!"

Aku tak mau naluri masa lalu itu kembali datang, tapi kenapa? Nathan sampai terbawa mimpi segala, kupikir aku sudah sembuh. Tapi Nathan.. Dia berbeda dari cowok lain, dia bisa memberikan atmosfer yang berbeda jika ada dia. Kadang aku merasa tercekek saking susahnya mengatur nafas jika di sampingnya, tapi aku selalu ingin dia ada. Aku merindukannya.. Sudah dua hari dia tidak mampir dan itu membuatku sangat kacau. Apa aku melakukan kesalahan sewaktu menginap dengannya saat itu sehingga dia tak mau menemuiku? Atau dia malu kepergok ngompol saat tidur seranjang bersamaku? Ya saat bangun kemarin Nathan langsung tersentak, wajahnya memerah, dia gelabakan dan tak bersuara sedikit pun. Aku pun tak berkomentar. Yang pasti, sudah tidak diragukan lagi, aku sangat merindukannya. Nathan, kau dimana?

"Bang!!! Kok ngelamun?" teriak seorang cewek yang ada di sampingku, aku shock rupanya aku tak sadar dari tadi ada pelanggan yang memanggilku.

"Maaf ya.. Hehe.." ucapku canggung, "Pesan berapa mbak? Dibungkus atau makan disini?"

"Sepuluh porsi dibungkus.."

Aku tersenyum lebar, baru buka lapak sudah dapat rezeki lumayan banyak. Dengan cepat aku meramu bahan-bahan ke dalam plastik di atas mangkuk. Bakso buatanku selama ini dikenal sangat gurih dan beragam, kuahnya juga menjadi jagoan yang membuat orang-orang ketagihan dan kata para pelanggan yang membuat mereka betah disini adalah cara kerja tanganku yang begitu cepat sehingga para pelanggan tak perlu menunggu lama. Aku tak mampu menahan senyuman saat melihat mobil hitam mengkilat itu berhenti di dekat gerobakku, tak salah lagi. Pasti Nathan. Aku tetap memasang muka sok dingin dan tak menatapku saat dia turun dari mobilnya.

Dia berdiri di sampingku dan mengambil mangkuk, "Gue laper.. Kangen bakso lu.." Dia mengambil mie dan baksonya dengan banyak, saat meliriknya ingin sekali aku melahap pipi itu, menggemaskan sekali melihat wajah cemberutnya sehingga memberi kesan sedikit tembem.

Tapi aku harus menahan diri, ini tempat umum lagi pula belum tentu dia sama sepertiku. Aku menyerahkan sepuluh plastik bakso tadi ke pelanggan sedangkan Nathan mulai mengunyah baksonya setelah diberi kuah.

"Jorok banget sih lu keringatan Nif.. Gak biasanya lu keringatan.." ucap Nathan sambil menarik bahuku agar berhadapan dengannya.

Dia mengelap keringatku dengan dasi sekolahnya, aku hanya tertegun menatap sosok itu, tampan dan manis, memiliki aroma yang menggoda. God.. Aku tak konsen buat berjualan hari ini. Aku langsung memberesi peralatanku dan menyusun isi di gerobak,

"Loh kenapa Nif?" tanya Nathan khawatir.

"Aku gak enak badan.. Mungkin perlu istirahat hari ini dari berjualan."

"Serius Nif? Lu sakit apa?" Nathan terlihat panik meletakkan tangannya di dahiku kemudian di leherku, aku langsung menggenggam tangannya yang menempel di leher dekat kupingku. Aku menatapnya dalam-dalam.. Shit.. Im falling in love with him! Kenapa secepat ini! Aku tak yakin, bagaimana jika ini nafsu sesaat akan keelokan fisiknya? Aku harus mencari tau itu. Tapi bagaimana caranya mengetahui jika benar-benar jatuh cinta? Mungkin aku harus segera browsing setelah pulang nanti.

"Munif, lu pucat banget.. Kayanya emang harus segera pulang. Gue antar ya? Masalah gerobak lu gue udah sms orang rumah buat anter nanti.." Nathan mengusap pipiku.

Tapi aku menepisnya kasar. "Gak usah.." ucapku dingin, berusaha menyembunyikan perasaan gugupku.

Tapi Nathan menyeretku paksa, aku tak punya pilihan lain. Dia memasangkan sabuk pengaman dan menatapku dalam sebelum akhirnya menyalakan mobilnya. Kulihat ada sinar kebimbangan dari sorot matanya, apa dia merasakan hal yang sama denganku? Dadaku semakin sesak, mungkin kalian sendiri pernah merasakan bagaimana dahsyatnya denyutan jantung ketika melihat seseorang yang kita cinta.

Bakso NANO NANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang